UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA
MATA PELAJARAN IPA MATERI ENERGI DAN USAHA MELALUI
MODEL GROUP INVESTIGASI DI KELAS VIII-B
SMP MUHAMMADIYAH .....................
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Diajukan
untuk Memenuhi Persyaratan Kenaikan
Pangkat
............................... dst disesuaikan
.....................
NIP. .....................
SMP
MUHAMMADIYAH .....................
Jl. ...................................................................
2012
LEMBAR PENGESAHAN
1. a. Judul Penelitian : Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran
IPA Materi Energi dan Usaha Melalui
Model Group Investigasi di Kelas VIII-B
SMP Muhammadiyah .....................
Tahun Pelajaran 2011/2012
b.
Bidang Ilmu : Ilmu
Pengetahuan Alam
c.
Kategori Penelitian : Teknik
Pembelajaran
d. Jenis Penelitian : Penelitian
Tindakan Kelas
2. Ketua
Peneliti
a. Nama Lengkap dan Gelar :
b.
NIP :
c. Pangkat / Golongan :
d. Jabatan :
e. Instansi :
SMP Muhammadiyah .....................
f.
Tempat Penelitian : SMP Muhammadiyah .....................
3. Lama
Penelitian : 3 bulan (Bulan ……. sampai dengan Bulan ……….
2012)
4. Sumber
Biaya : Swadaya
…………….,…………………….
Petugas Perpustakaan Peneliti
…………………….. ………………………
NIP. …………………….. NIP. ……………………..
Mengetahui/Mengesahkan
Kepala Sekolah
………………….
NIP.……………………..
KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa peneliti panjatkan kehadirat
Allah, Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan kasih dan karunia-Nya
sehingga Laporan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) ini dapat selesai dengan baik.
Dalam penulisan PTK ini peneliti menentukan judul yaitu ”Upaya Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Materi Energi dan Usaha
Melalui Model Group Investigasi di Kelas
VIII-B SMP Muhammadiyah ..................... Tahun Pelajaran 2011/2012”
Dalam
penyusunan laporan penelitian tindakan kelas
ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu
terima kasih ucapkan dengan tulus dan sedalam-dalamnya kepada Yth.:
1.
……………….., selaku Kepala Dinas ………………..
2.
……………….., selaku Pengawas SMP/MTs Dinas …………..
3.
……………….., selaku Kepala SMP Muhammadiyah ..................... ………
4.
Bapak dan Ibu Rekan-rekan Guru SMP Muhammadiyah ..................... yang
telah membantu penyelesaian PTK ini.
Akhirnya penulis mohon
saran dan kritik dari pembaca demi perbaikan langkah berikutnya. Harapan
peneliti semoga hasil penelitian ini dapat memberikan dampak positip terhadap
perkembangan peningkatan sumber daya manusia.
…………………………
Peneliti
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL ......................................................................................... i
LEMBAR
PENGESAHAN ............................................................................... ii
KATA
PENGANTAR ....................................................................................... iii
DAFTAR
ISI ...................................................................................................... iv
DAFTAR
TABEL .............................................................................................. v
DAFTAR
GAMBAR ......................................................................................... vi
DAFTAR
LAMPIRAN...................................................................................... vii
ABSTRAK/RINGKASAN
................................................................................ viii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah .......................................................
B.
Identifikasi Masalah .............................................................
C.
Rumusan Masalah .................................................................
D.
Cara Pemecahan Masalah .....................................................
E.
Tujuan Penelitian ..................................................................
F.
Manfaat
Penelitian ................................................................
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A.
Kajian Teori ..........................................................................
B.
Kerangka Pikir .....................................................................
C.
Hipotesis Tindakan ...............................................................
BAB III
METODOLODI PENELITIAN
A.
Latar dan Karakteristik Penelitian.........................................
B.
Variabel Penelitian.................................................................
C.
Prosedur Penelitian ...............................................................
D.
Teknik Pengumpulan Data ....................................................
E.
Teknik Analisis Data .............................................................
F.
Kriteria Keberhasilan.............................................................
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Penelitian ....................................................................
B.
Pembahasan...........................................................................
BAB V SIMPULAN
DAN SARAN
A.
Kesimpulan ...........................................................................
B.
Saran .....................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Rekapitulasi
Hasil Tes Formatif pada Kondisi Awal .................
Tabel 4.2 Rekapitulasi
Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa pada Kondisi Awal
Tabel 4.3 Data
Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Siklus I...............
Tabel 4.4 Rekapitulasi
Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa pada Siklus Pertama
Tabel 4.5 Data
Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Siklus II..............
Tabel 4.6 Hasil
Observasi Aktivitas Siswa Dalam Proses Pembelajaran Siklus II
Tabel 4.7 Rekapan
Hasil Belajar Siswa pada Kondisi Awal
Awal sampai dengan Siklus II.....................................................
Awal sampai dengan Siklus II.....................................................
Tabel 4.8 Rekapitulasi
Peningkatan Aktivitas belajar Siswa pada Studi Awal, Siklus I dan Siklus II .....................................................................................................
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Ketuntasan
Belajar Siswa Berdasarkan Hasil Nilai Tes Formatif pada Kondisi Awal ...............................................................................................
Gambar 4.2 Ketuntasan
Belajar Siswa Berdasarkan Obsevasi Aktivitas Belajar pada Kondisi Awal ...............................................................................................
Gambar 4.3 Ketuntasan
Belajar Siswa Berdasarkan Hasil Nilai Tes Formatif pada Siklus Pertama ...............................................................................................
Gambar 4.4 Ketuntasan
Belajar Siswa Berdasarkan Obsevasi Aktivitas Belajar pada Siklus Pertama ...............................................................................................
Gambar 4.5 Ketuntasan
Belajar Siswa Berdasarkan Hasil Nilai Tes Formatif pada Siklus Kedua ...............................................................................................
Gambar 4.6 Ketuntasan
Belajar Siswa Berdasarkan Obsevasi Aktivitas Belajar pada Siklus Kedua ...............................................................................................
Gambar 4.7 Grafik
Peningkatan dan Penurunan Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I dan II
Gambar 4.8 Grafik
Peningkatan Nilai Rata-rata Belajar Siswa
Pada Kondisi Awal, Siklus I dan II ...............................................................................................
Gambar 4.9 Grafik
Ketuntasan Siswa Berdasarkan Tingkat Aktivitas belajar Siswa Pada Siklus I dan
II ...............................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Lampiran 1 : Surat Ijin Penelitian
Lampiran 2 : Surat Pernyataan Kesediaan Menjadi Observer
Lampiran 3 : Jurnal Kegiatan Penelitian
Lampiran 4 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Siklus I
Lampiran 5 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Siklus II
Lampiran 6 : Daftar Hadir Siswa Kondisi Awal, Siklus I
dan Siklus II
Lampiran 7 : Daftar Hadir Peneliti dan Observer Kondisi
Awal, Siklus I dan Siklus II
Lampiran 8 : Data Hasil Tes Formatif Kondisi Awal, Siklus
I dan Siklus II
Lampiran 9 : Lembar Observasi Peningkatan Aktivitas Siswa
Dalam Kegiatan Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II
Lampiran 10 : Lembar Observasi Kegiatan Guru Dalam Proses Pembelajaran Kondisi
Awal, Siklus I dan Siklus II
Lampiran 11 : Contoh Hasil Pekerjaan Siswa
Lampiran 12 : Dokumentasi Pelaksanaan
Kegiatan Penelitian Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II
ABSTRAK
Rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah apakah melalui model Gorup
Investigasi aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VIII-B SMP Muhammadiyah ..................... dalam pelajaran IPA dapat ditingkatkan?. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa mata pelajaran IPA melalui model Group Investigasi. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII-B yang berjumlah 31 orang dan bekerja sama dengan wali kelas VIII-B tersebut sebagai guru mitra yang dilaksanakan dalam 2 siklus terlihat bahwa telah terjadi peningkatan hasil belajar siswa melalui model Group Investigasi. Teknik pengumpulan data yang dilakukan ada dua macam, yaitu teknik tes dan nontes. Teknik tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa pada materi Energi dan usaha. Sedangkan teknik nontes digunakan untuk mengetahui aktivitas siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi. Analisis data dengan teknik deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai prestasi belajar yang terus meningkat pada studi awal hanya 58,44 pada studi awal, menjadi 66,33 pada siklus pertama dan 73,44 pada siklus terakhir, aktivitas belajar siswa dari 11 siswa atau 34,38% menjadi 23 siswa atau 71,88% pada siklus pertama dan siklus terakhir sebesar 90,63% atau 29 siswa, dan ketuntasan belajar ketuntasan belajar siswa dari 9 siswa (28,13%), pada siklus I meningkat menjadi 16 siswa atau 50% dan pada siklus II meningkat kembali menjadi 29 siswa atau 90,63%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa melalui model pembelajaran Group Investigasi efektif untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VIII-B SMP Muhammadiyah ......................
Investigasi aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VIII-B SMP Muhammadiyah ..................... dalam pelajaran IPA dapat ditingkatkan?. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa mata pelajaran IPA melalui model Group Investigasi. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII-B yang berjumlah 31 orang dan bekerja sama dengan wali kelas VIII-B tersebut sebagai guru mitra yang dilaksanakan dalam 2 siklus terlihat bahwa telah terjadi peningkatan hasil belajar siswa melalui model Group Investigasi. Teknik pengumpulan data yang dilakukan ada dua macam, yaitu teknik tes dan nontes. Teknik tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa pada materi Energi dan usaha. Sedangkan teknik nontes digunakan untuk mengetahui aktivitas siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi. Analisis data dengan teknik deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai prestasi belajar yang terus meningkat pada studi awal hanya 58,44 pada studi awal, menjadi 66,33 pada siklus pertama dan 73,44 pada siklus terakhir, aktivitas belajar siswa dari 11 siswa atau 34,38% menjadi 23 siswa atau 71,88% pada siklus pertama dan siklus terakhir sebesar 90,63% atau 29 siswa, dan ketuntasan belajar ketuntasan belajar siswa dari 9 siswa (28,13%), pada siklus I meningkat menjadi 16 siswa atau 50% dan pada siklus II meningkat kembali menjadi 29 siswa atau 90,63%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa melalui model pembelajaran Group Investigasi efektif untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VIII-B SMP Muhammadiyah ......................
Kata Kunci : hasil belajar dan
model Group Investigasi.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Perkembangan globalisasi yang semakin
pesat, menuntut pendidikan di setiap satuan pendidikan menjadi lebih
berkualitas. Pendidikan yang berkualitas bukan hanya menuntut siswa memiliki
kemampuan intelektual saja, melainkan siswa harus mampu mengembangkan potensi
yang ia miliki. Seperti halnya yang tertuang dalam Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003, menyatakan bahwa tujuan pendidikan
nasional adalah untuk : “… mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis, serta bertanggung jawab” (Depdiknas. 2003: 3).
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah
sebuah mata pelajaran yang merupakan konsep pembelajaran tentang alam dan
mempunyai hubungan yang sangat luas terkait dengan kehidupan manusia.
Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga perkembangan
teknologi. Pembelajaran IPA diharapkan bisa menjadi wahana bagi siswa untuk
mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta pengembangan lebih lanjut
dalam penerapan dalam kehidupan sehari-hari (Depdiknas, 2003: 5) 2 Pembelajaran
IPA lebih menekankan aspek proses bagaimana siswa belajar dan efek dari proses
belajar tersebut bagi perkembangan siswa itu sendiri. Pembelajaran IPA
melibatkan keaktifan siswa, baik aktivitas fisik maupun aktivitas mental, dan
berfokus pada siswa, yang berdasar pada pengalaman keseharian siswa dan minat
siswa.
Pembelajaran IPA mempunyai tiga tujuan
utama yaitu ; 1) mengembangkan keterampilan ilmiah, 2) memahami konsep IPA, dan
3) mengembangkan sikap yang berdasar pada nilai-nilai yang terkandung dalam
pembelajarannya (Depdiknas, 2003: 5) Keberhasilan proses pembelajaran sebagai
proses pendidikan di suatu sekolah dipengaruhi oleh banyak faktor.
Faktor-faktor yang dimaksud misalnya guru, siswa, kurikulum, lingkungan social.
Namun dari faktor-faktor itu, guru dan siswa adalah faktor terpenting.
Pentingnya faktor guru dan siswa
tersebut dapat dilihat melalui pemahaman hakikat pebelajaran, yakni sebagai
usaha sadar guru untuk membantu siswa agar dapat belajar dengan kebutuhan
minatnya. Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa di antara faktor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran, guru dan siswa merupakan faktor
terpenting. Kedua pihak merupakan pelaku dalam pembelajaran. Keadaan Sekolah
Dasar dengan sistem guru kelas, tidak menutup kemungkinan banyak guru yang
mengalami kesulitan dalam menggunakan strategi pembelajaran yang tepat untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Karena guru dituntut untuk mengejar target materi yang
cukup banyak dan harus diselesaikan pada setiap semester.
Pembelajaran seperti ini menyebabkan
sebagian besar siswa tidak mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari
dan bagaimana pengetahuan tersebut akan dipergunakan atau dimanfaatkan. Konsep
pembelajaran yang diterima siswa pun pada umumnya bersifat abstrak sehingga
cenderung menimbulkan verbalisme dalam diri siswa. Diharapkan dalam proses
pembelajaran siswa mau dan mampu mengemukakan pendapat sesuai dengan apa yang
telah dipahami, berinteraksi secara positif antara siswa dengan siswa maupun
antara siswa dan guru apabila ada kesulitan. Keberhasilan proses pembelajaran
tidak terlepas dari kemampuan guru menerapkan model-model pembelajaran yang
berorientasi pada peningkatan intensitas keterlibatan siswa secara efektif di
dalam proses pembelajaran.
Pengembangan model pembelajaran yang
tepat pada dasarnya bertujuan untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang
memungkinkan siswa dapat belajar secara aktif dan menyenangkan sehingga siswa
dapat meraih hasil belajar dan prestasi yang optimal.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan
oleh peneliti di SMP Muhammadiyah ..................... dapat ditemukan hal-hal
sebagai berikut: (1) kondisi lingkungan yang kurang kondusif, karena letak
sekolah tersebut berdekatan dengan jalan dan rumah penduduk. Dari situasi dan
kondisi seperti ini mempengaruhi proses
pembelajaran yang sedang berlangsung, seperti kebisingan dan banyaknya
kendaraan yang lalu lalang, sehingga perhatian siswa dapat terganggu. Selain
itu perhatian orang tua terhadap prestasi belajar anaknya juga kurang, dengan
bukti saat guru memberikan informasi tentang hasil belajar anaknya yang sangat
menurun, banyak orang tua bersikap masa bodoh, sehingga hal ini yang
menyebabkan penurunan hasil belajar siswa.
Di samping itu bahwa rendahnya hasil
belajar siswa dalam mata pelajaran IPA, disebabkan pula oleh pembelajaran yang
dilaksanakan selama ini kurang memberi pemahaman yang mendalam tentang materi
yang dipelajari siswa. Dalam konteks ini siswa sering dipaksa untuk menyajikan
tingkat hafalan yang tinggi terhadap materi yang diterimanya. Sementara dalam
kenyataannya siswa seringkali kurang mengerti dan tidak memahami secara
mendalam mengenai pengetahuan yang bersifat hafalan tersebut. Kondisi yang
dijelaskan di atas menunjukkan perlunya suatu model pembelajaran yang lebih
membermaknakan konsep pembelajaran yang diterima siswa. Model pembelajaran yang
dapat digunakan dalam pembelajaran IPA banyak macamnya, salah satu diantaranya
adalah model investigasi kelompok.
Model group investigasi kelompok
merupakan salah satu model yang dilakukan dengan cara penyajian dengan
mempertujukkan kepada siswa tentang sesuatu keadaan atau suatu langkah dalam
menggunakan benda tertentu. Dalam pembelajaran kontekstual terdapat tiga model
pembelajaran bagi guru dalam rangka penerapannya. Salah satunya adalah model
pembelajaran kooperatif (belajar melalui konteks komunikasi personal, pemakaian
bersama. Model kooperatif merupakan model pembelajaran yang akhir-akhir ini
sangat populer, termasuk untuk mata pelajaran IPA.
Model ini tidak hanya unggul dalam
membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit, tetapi juga sangat berguna
untuk menumbuhkan kerjasama, kemampuan membantu teman dan sebagainya. Sementara
itu aktivitas siswa lebih banyak berupa bekerja, membaca, dan diskusi antar
siswa. Penyampaian materi di kelas VIII-B SMP Muhammadiyah .....................
selama ini telah diupayakan agar memperoleh hasil guna dan menumbuhkan minat
peserta didik terhadap pelajaran IPA. Selama ini guru menyampaikan pelajaran
secara singkat baik dengan contoh atau gambar kemudian dilengkapi dengan
pemberian tugas. Akibatnya siswa hanya menghafalkan materi tersebut dengan
benar dan dalam kegiatan pembelajaran jarang dilakukan praktikum/percobaan
sehingga berdampak pada nilai ulangan IPA siswa kelas VIII-B SMP Muhammadiyah .....................
pada tahun pelajaran 2011/2012 masih rendah. Hal ini dapat dilihat pada nilai pra
siklus dimana hanya terdapat 9 siswa tuntas atau 28,13% dengan rata-rata secara
klasikal sebesar 58,44.
Melihat hal tersebut di atas, maka guru
perlu menemukan cara terbaik untuk menyampaikan berbagai konsep yang diajarkan
di dalam mata pelajaran yang diampunya, sehingga semua siswa dapat menggunakan
dan mengingatnya lebih lama konsep tersebut dan setiap mata pelajaran dipahami
sebagai bagian yang saling berhubungan dan membentuk satu pemahaman yang utuh.
Seorang guru dapat berkomunikasi secara efektif dengan siswanya untuk
menanyakan tentang alasan dari sesuatu, arti dari sesuatu, dan hubungan dari
apa yang mereka pelajari, serta guru dapat membuka wawasan berpikir yang
beragam dari siswa, sehingga mereka dapat mempelajari berbagai konsep dan mampu
mengkaitkannya dengan kehidupan nyata.
Berdasarkan kenyataan di atas, dalam hal
ini peneliti menerapkan model pembelajaran Group Investigasi dalam
pembelajaran IPA karena mata pelajaran IPA adalah pelajaran yang membutuhkan
pemahaman tentang konsep-konsep yang mendasar. Penerapan konsep-konsep yang
mendasar dibutuhkan langkah-langkah pembelajaran yang optimal. Model Group
Investigasi menerapkan siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam
berkomunikasi maupun dalam ketrampilan proses kelompok (group process skills).
Melalui model Group Investigasi siswa
mengalami sendiri usaha pada penemuan sesuatu, misalnya mengapa kita perlu
menjaga lingkungan. Siswa memperoleh pengertian dan pemahaman lebih mendalam tentang materi dalam pelajaran IPA
dan yang telah dipelajari akan tetap melekat padanya. Berdasarkan uraian di
atas peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang penerapan model
pembelajaran kooperatif Group Investigasi sebagai upaya untuk
meningkatkan hasil belajar IPA materi Energi dan usaha, dengan formulasi judul
penelitian yaitu: “Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA
Materi Energi dan usaha melalui Model Group Investigasi di Kelas III SMP
Muhammadiyah ..................... ”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas,
dapat diidentifikasi beberapa masalah yaitu;
1. Hasil belajar siswa terhadap materi Energi dan usaha masih sangat
rendah.
2. Kurangnya kreativitas guru dalam menciptakan proses pembelajaran
yang menyenangkan yang dapat memotivasi siswa lebih aktif dalam belajar.
3. Model pembelajaran group investigasi belum maksimal diterapkan
oleh guru dalam pembelajaran IPA.
C. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah: “Apakah melalui model Group Investigasi dapat meningkatkan hasil
belajar siswa pada mata pelajaran IPA
materi Energi dan usaha di kelas III SMP Muhammadiyah .....................?”
D. Cara Pemecahan Masalah
Untuk meningkatkan hasil belajar siswa
pada mata pelajaran IPA di kelas III SMP Muhammadiyah .....................
dilakukan langkah-langkah :
1. Guru harus menggunakan model group investigasi dalam
pembelajaran.
pembelajaran.
2. Guru harus banyak memberi latihan kepada siswa.
3. Guru harus menerapkan metode yang dapat dimaknai siswa.
4. Guru harus menggunakan media lingkungan dalam pembelajaran.
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian tindakan
kelas ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA
dengan materi Energi dan usaha melalui penerapan model group investigasi di kelas VIII-B SMP Muhammadiyah ......................
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian tindakan ini dapat
bermanfaat bagi;
1. Guru, untuk memberikan informasi kepada guru untuk memilih
alternatif model dalam pembelajaran IPA dengan menggunakan pendekatan
pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Siswa, sebagai masukkan kepada siswa untuk meningkatkan kegiatan
belajarnya, mengoptimalkan kompetensi berfikir positif dalam mengembangkan
dirinya di tengah-tengah lingkungan dalam meraih keberhasilan belajar.
3. Sekolah, sebagai bahan informasi kepada guru/stakeholder
pendidikan lainnya tentang esensi penerapan model group investigasi dalam
pembelajaran IPA.
4. Peneliti, bermanfaat sebagai rujukan dalam penelitian lanjutan
terutama yang terkait dengan masalah-masalah pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.
Kajian Teoretis
a. Pengertian Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar siswa adalah merupakan
indikator atau gambaran keberhasilan guru dalam melaksanakan proses belajar
mengajar, sehingga masalah hasil belajar siswa merupakan salah satu problem
yang tidak pernah habis dibicarakan dalam dunia pendidikan. Banyak faktor yang
mempengaruhi hasil belajar antara lain : strategi dan model pembelajaran yang
diterapkan oleh guru dalam kelas, lingkungan belajar siswa, dan media
pengajaran yang digunakan oleh guru. Ketidaktepatan model pembelajaran guru
akan berakibat pada rendahnya motivasi dan aktivitas belajara siswa. (Sudjana,
2004:111)
Hasil belajar adalah kemampuan yang
dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar
mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Proses penilaian terhadap
hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa
dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar.
Selanjutnya dari informasi tersebut guru dapat menyusun dan membina
kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk keseluruhan kelas maupun
individu (Daryanto, 2007)
Menurut Daryanto (2007: 120) hasil
belajar merupakan perubahan tingkah laku sebagai akibat dari proses belajar. Ia
juga mengatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan aktual yang diukur secara langsung.
Hasil pengukuran belajar inilah akhirnya akan diketahui seberapa jauh tujuan
pendidikan dan pembelajaran yang telah dicapai. Selanjutnya terkait dengan
pengertian hasil belajar.
Sudjana (2002: 22) menjelaskan bahwa
hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima
pengalaman belajarnya. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar adalah kemampuan keterampilan, sikap dan keterampilan yang diperoleh
siswa setelah ia menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat
mengkonstruksikan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari.
Hasil belajar mempunyai peranan penting
dalam proses pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat
memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai
tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar. Selanjutnya dari informasi
tersebut guru dapat menyusun dan membina kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut,
baik untuk keseluruhan kelas maupun individu. Hasil belajar adalah kemampuan yang
dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar
mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Proses penilaian terhadap
hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa
dalam upaya mencapai tujuan-tujuan
belajarnya melalui kegiatan belajar. Selanjutnya dari informasi tersebut guru
dapat menyusun dan membina kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk
keseluruhan kelas maupun individu (Muhibbin, 2003)
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:
250-251) hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu
sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat
perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum
belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah
kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar
merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran. Menurut Oemar Hamalik (2006:
30) hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan
tingkah laku pada orang tersebut dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak
mengerti menjadi mengerti.
Berdasarkan teori Taksonomi Bloom (dalam
Sudjana, 2004: 22) hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga
kategori ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotor. Perinciannya adalah
sebagai berikut:
a. Ranah Kognitif
Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari aspek
yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian.
b. Ranah Afektif
Berkenaan dengan sikap
dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima,
menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai
atau kompleks nilai.
c. Ranah Psikomotor
Meliputi keterampilan
motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi neuromuscular (menghubungkan,
mengamati).
Tipe hasil belajar kognitif lebih
dominan daripada afektif dan psikomotor karena lebih menonjol, namun hasil
belajar psikomotor dan afektif juga harus menjadi bagian dari hasil penilaian
dalam proses pembelajaran di sekolah. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan
yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.
Hasil belajar digunakan oleh guru untuk
dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini
dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh
perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi. Pendapat dari Horward Kingsley ini
menunjukkan hasil perubahan dari semua proses belajar. Hasil belajar ini akan
melekat terus pada diri siswa karena sudah menjadi bagian dalam kehidupan siswa
tersebut (Oemar Hamalik,2005: 14)
Berdasarkan pengertian di atas maka
dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses
dan pengenalan yang telah dilakukan berulang-ulang. Serta akan tersimpan dalam
jangka waktu lama. Hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau
diperoleh siswa berkat adanya usaha atau fikiran di mana hal tersebut
dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan dan kecakapan dasar yang
terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri indivdu
penggunaan penilaian terhadap sikap, pengetahuan dan kecakapan dasar yang
terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri individu perubahan
tingkah laku secara kuantitatif (Oemar Hamalik, 2005: 13)
Hasil belajar adalah kemampuan yang
dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar
merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi
guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang
lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan
mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan
psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat
terselesikannya bahan pelajaran.
Menurut Oemar Hamalik (2005: 13) hasil
belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku
pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak
mengerti menjadi mengerti. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang
dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.
Hasil belajar digunakan oleh guru untuk
dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini
dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh
perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi. Berdasarkan pengertian di atas
maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari
proses dan pengenalan yang telah dilakukan berulang-ulang. Serta akan tersimpan
dalam jangka waktu lama atau bahkan tidak akan hilang selama-lamanya karena
hasil belajar turut serta dalam membentuk pribadi individu yang selalu ingin
mencapai hasil yang lebih baik lagi sehingga akan merubah cara berpikir serta
menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik. Hasil belajar yang diperoleh siswa
adalah sebagai akibat dari proses belajar yang dilakukan oleh siswa, harus
semakin tinggi hasil belajar yang diperoleh siswa. Proses belajar merupakan
penunjang hasil belajar yang dicapai siswa, (Sudjana, 2002:111)
Tujuan pembelajaran dapat tercapai
dengan baik jika hasil belajar sesuai dengan standar yang diharapkan dalam
proses pembelajaran tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar harus dirumuskan
dengan baik untuk dapat dievaluasi pada akhir pembelajaran (BSNP, 2006: 3). Hasil
belajar seseorang tidak langsung kelihatan tanpa orang itu melakukan sesuatu
untuk memperlihatkan kemampuan yang diperolehnya melalui belajar. Namun
demikian, hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah
dalam sikap dan tingkah lakunya. Hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang
dicapai siswa dalam mengikuti 7 program belajar mengajar sesuai dengan tujuan
pendidikan yang ditetapkan yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan
psikomotor.
Muhibbin (2003: 91 -92) menyatakan bahwa hasil
belajar juga dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu secara kuantitatif,
institusional, dan kualitatif. Aspek kuantitatif menekankan pada pengisian dan pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta-fakta yang
berarti. Aspek insitusional atau kelembagaan menekankan pada ukuran seberapa
baik perolehan belajar siswa yang dinyatakan dalam angka-angka. Sedangkan aspek
kualitatif menekankan pada seberapa baik pemahaman dan penafsiran siswa
terhadap lingkungan di sekitarnya. Sehingga dapat memecahkan masalah
yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan definisi dan uraian
yang telah dikemukakan, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan
tingkah laku yang dapat diamati setelah mengikuti program belajar mengajar
dalam bentuk tingkat penguasaan siswa terhadap pengetahuan dan keterampilan.
(Depdiknas, 2004: 17)
Hasil belajar IPA sangat terkait dengan tujuan
pendidikan IPA yang telah tercantum dalam kurikulum dengan tidak melupakan
hakikat IPA itu sendiri. Hasil belajar IPA dikelompokkan berdasarkan hakikat
sains yang meliputi IPA sebagai produk, proses, dan sikap ilmiah. Oleh karena
itu, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar IPA meliputi pencapaian IPA sebagai
produk, proses dan sikap ilmiah. Dalam segi produk,
siswa diharapkan dapat memahami konsep-konsep IPA dan keterkaitannya dalam kehidupan sehari-hari.
Dari segi proses, siswa diharapkan memiliki kemampuan untuk mengembangkan
pengetahuan, gagasan, pengetahuan, dan menerapkan konsep yang diperolehnya
untuk memecahkan masalah yang mereka hadapi dalam kehidupan sehahri-hari. Dari
segi ilmiah, siswa diharapkan mempunyai minat untuk mempelajari benda-benda di
sekitarnya, bersikap ingin tahu, tekun, kritis, mawas diri, bertanggung jawab,
dapat bekerja sama dan mandiri, serta mengenal dan rasa cinta terhadap alam
sekitar dan Tuhan Yang Maha Esa. Contoh dalam materi Energi dan usaha, dimensi
produk yang akan diperoleh siswa adalah pemahaman konsep tentang Energi dan
usaha, cara menjaga lingkungan, dan pengaruh lingkungan terhadap kesehatan
manusia.
Dari dimensi proses, siswa diharapkan
memiliki kemampuan mengembangkan pengetahuan tentang manfaat Energi dan usaha
dan mampu mengkomunikasikan gagasan tentang pengaruhnya terhadap kesehatan
manusia. Serta siswa juga diharapkan dapat menerapkan konsep-konsep tentang
menjaga kesehatan dalam kehidupan mereka sehari-hari. Sedangkan dari dimensi
sikap ilmiah yang akan diperoleh siswa meliputi sikap ingin tahu mengenai Energi
dan usaha dan tidak sehat dan dapat berpikir kritis untuk memecahkan berbagai
macam permasalahan tentang lingkungan dan pengaruhnya terhadap kehidupan
manusia.
b.
Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar yang dicapai siswa
dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor dari dalam diri siswa dan faktor dari
luar diri siswa (Sudjana, 2002 : 39). Dari pendapat ini faktor yang dimaksud
adalah faktor dalam diri siswa perubahan kemampuan yang dimilikinya seperti
yang dikemukakan oleh Clark (dalam Sudjana 2002: 39) menyatakan bahwa hasil
belajar siswa disekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30 %
dipengaruhi oleh lingkungan. Demikian juga faktor dari luar diri siswa yakni
lingkungan yang paling dominan berupa kualitas pembelajaran (Sudjana, 2002 :
39).
Disamping itu hasil belajar siswa sangat
dipengaruhi oleh kamampuan siswa dan kualitas pembelajaran (Slameto, 2004: 41).
Kualitas pembelajaran yang dimaksud adalah profesional yang dimiliki oleh guru.
Artinya kemampuan dasar guru baik di bidang kognitif (intelektual), bidang
sikap (afektif) dan bidang perilaku (psikomotorik). Dari beberapa pendapat di
atas, maka hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor dari dalam individu
siswa berupa kemampuan personal (internal) dan faktor dari luar diri siswa
yakni lingkungan.
Menurut Nana Sudjana (2002: 22)
dikatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu : 1. Faktor
Internal (dari dalam individu yang belajar). Faktor yang mempengaruhi kegiatan
belajar ini lebih ditekankan pada faktor dari dalam individu yang belajar.
Adapun faktor yang 10 mempengaruhi kegiatan tersebut adalah faktor psikologis,
antara lain yaitu : motivasi, perhatian, pengamatan, tanggapan dan lain
sebagainya. 2. Faktor Eksternal (dari luar individu yang belajar). Pencapaian
tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan belajar yang kondusif.
Hal ini akan berkaitan dengan faktor dari luar siswa. Adapun faktor yang
mempengaruhi adalah mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep dan keterampilan,
dan pembentukan sikap.
c.
Hakikat
IPA dan Pembelajaran IPA
IPA adalah suatu ilmu yang mempelajari
tentang alam sekitar beserta isinya. Hal ini berarti IPA mempelajari semua
benda yang istilah Ilmu Pengetahuan Alam atau IPA dikenal juga dengan istilah
sains. Kata sains ini berasal dari bahasa Latin yaitu scientia yang
berarti ”saya tahu”. Dalam bahasa Inggris,kata sains berasal dari kata science
yang berarti” pengetahuan”. IPA bisa disebut juga dengan natural science
(Slameto, 2004: 41)
Dalam kamus Fowler (dalam Slameto, 2004:
41) natural science bahwa IPA didefinisikan sebagai: “systematic and
formulated knowledge dealing with material phenomena and based mainly on
observation and
induction” (yang diartikan bahwa ilmu pengetahuan alam didefinisikan sebagai: pengetahuan yang sistematis dan disusun dengan menghubungkan gejala-gejala alam yang bersifat kebendaan dan didasarkan pada hasil pengamatan dan induksi ). Webster’s New Lollegiate Dictionary, menyatakan natural science knowledge concerned with the physical world and its phenomena, yang artinya ilmu pengetahuan alam adalah pengetahuan tentang alam dan gejala-gejalanya.
induction” (yang diartikan bahwa ilmu pengetahuan alam didefinisikan sebagai: pengetahuan yang sistematis dan disusun dengan menghubungkan gejala-gejala alam yang bersifat kebendaan dan didasarkan pada hasil pengamatan dan induksi ). Webster’s New Lollegiate Dictionary, menyatakan natural science knowledge concerned with the physical world and its phenomena, yang artinya ilmu pengetahuan alam adalah pengetahuan tentang alam dan gejala-gejalanya.
Sedangkan dalam Purnel’s ( dalam
Slameto, 2004: 42)
Concise Dictionary of Science tercantum definisi tentang IPA sebagai berikut : “Science the broad field of human knowledge, acquired by systematic observation and experiment, and explained by means of rules, laws, principles, theories, and hypotheses”. Artinya ilmu pengetahuan alam adalah pengetahuan manusia yang luas, yang didapatkan dengan cara observasi dan eksperimen yang sistematik, serta dijelaskan dengan bantuan aturan-aturan, hukum-hukum, prinsipprinsip, teori-teori, dan hipotesa-hipotesa.
Concise Dictionary of Science tercantum definisi tentang IPA sebagai berikut : “Science the broad field of human knowledge, acquired by systematic observation and experiment, and explained by means of rules, laws, principles, theories, and hypotheses”. Artinya ilmu pengetahuan alam adalah pengetahuan manusia yang luas, yang didapatkan dengan cara observasi dan eksperimen yang sistematik, serta dijelaskan dengan bantuan aturan-aturan, hukum-hukum, prinsipprinsip, teori-teori, dan hipotesa-hipotesa.
Sumber lain menyatakan bahwa natural science
didefinisikan sebagai a “piece of theoretical knowledge” atau sejenis
pengetahuan teoritis. IPA merupakan cabang pengetahuan yang berawal dari
fenomena alam. Dapat disimpulkan dari pengertian diatas, bahwa pada hakikatnya
IPA merupakan ilmu pengetahuan tentang gejala alam yang dituangkan berupa
fakta, konsep, prinsip dan hukum yang teruji kebenarannya dan melalui suatu
rangkaian kegiatan dalam metode ilmiah. Dan IPA juga memberikan pemahaman kepada kita bagaimana caranya agar
kita dapat hidup dengan cara menyesuaikan diri terhadap hal-hal tersebut.
Didalam pembagian hakikat IPA dibagi
menjadi tiga, diantaranya :
a.
IPA
Sebagai Produk
IPA sebagai produk adalah kumpulan hasil
kegiatan dari para ahli saintis sejak berabad-abad, yang menghasilkan berupa
fakta, data, konsep, prinsip, dan teori-teori. Jadi hasil yang berupa fakta
yaitu dari kegiatan empiric (berdasarkan fakta), sedangkan data, konsep,
prinsip dan teori dalam IPA merupakan hasil kegiatan analitik. Dalam hakikat
IPA dikenal dengan istilah :
1) Fakta dalam IPA adalah pernyataan-pernyataan tentang benda-benda
yang benar-benar ada, atau peristiwa yang betul-betul terjadi dan sudah
dikonfirmasi secara objektif atau bisa disebut sesuatu yang dapat dibuktikan
kebenarannya. Misal : Air membeku dalam suhu 0⁰C.
2) Konsep IPA adalah merupakan penggabungan ide antara fakta-fakta
yang ada hubungannya satu dengan yang lainnya. Misal : Makhluk hidup
dipengaruhi oleh lingkungannya.
3) Prinsip IPA adalah generalisasi ( kesimpulan ) tentang hubungan
diantara konsep-konsep IPA. Prinsip bersifat analitik dan dapat berubah bila
observasi baru dilakukan, sebab prinsip bersifat tentative ( belum pasti ).
Misal : udara yang dipanaskan memuai, adalah prinsip menghubungkan konsep udara, panas, pemuaian.
Artinya udara akan memuai jika udara tersebut dipanaskan.
4) Hukum alam adalah prinsip – prinsip yang sudah diterima meskipun
juga bersifat tentative, tetapi karena mengalami pengujian – pengujian yang
lebih keras daripada prinsip, maka hukum alam bersifat lebih kekal. Misal : hukum
kekekalan energi.
5) Teori ilmiah adalah merupakan kerangka yang lebih luas dari
faktafakta, data-data, konsep-konsep, dan prinsip-prinsip yang saling
berhubungan. Teori ini dapat berubah jika ada bukti-bukti baru yang berlawanan
dengan teori tersebut. Misal : teori meteorologi membantu para ilmuan untuk
memahami mengapa dan bagaimana kabut dan awan terbentuk.
b.
IPA
Sebagai Proses
IPA sebagai proses adalah strategi atau
cara yang dilakukan para ahli saintis dalam menemukan berbagai hal tersebut
sebagai implikasi adanya temuan-temuan tentang kejadian-kejadian atau
peristiwa-peristiwa alam. Jadi dalam prosesnya kita bisa berfikir dalam
memecahkan suatu masalah yang ada di lingkungan. Moejiono dan Dimyati, Melalui
proses ini kita bisa mendapatkan temuan-temua ilmiah, dan perwujudannya berupa
kegiatan ilmiah yang disebut penyelidikan ilmiah. Moejiono dan Dimyati,
ditinjau dari tingkat kerumitan dalam penggunaannya, keterampilan proses IPA
dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu keterampilan: Proses Dasar (Basic Skills),
dan Keterampilan Proses Terintegrasi (Integrated Skills).
c.
IPA
Sebagai Sikap Ilmiah
Maksudnya adalah dalam proses IPA
mengandung cara kerja, sikap, dan cara berfikir. Dan dalam memecahkan masalah
atau persoalan, seorang ilmuan berusaha mengambil sikap tertentu yang memungkin
usaha mencapai hasil yang diharapkan. Sikap ini dinamakan sikap ilmiah. Menurut
Wynne Harlei (dalam Arifin 2008: 64), sikap ilmiah yang dapat dikembangkan pada
anak yaitu: a. Sikap ingin tahu b. Sikap ingin mendapatkan sesuatu yang baru c.
Sikap kerja sama d. Sikap tidak putus asa e. Sikap tidak berprasangka f. Sikap
mawas diri g. Sikap bertanggung jawab h. Sikap berpikir bebas 16 i. Sikap
kedisiplinan diri j. Sikap ilmiah lain yang muncul dari hasil pengamatan/
obsevasi: 1) Jujur 2) Teliti 3) Cermat Ilmu pengetahuan alam (IPA) atau Sains
dalam arti sempit telah dijelaskan diatas merupakan disiplin ilmu yang terdiri
dari physical sciences (ilmu fisik), dan life sciences (ilmu biologi). Yang
termasuk physical sciences adalah ilmu-ilmu, astronomi, kimia, geologi,
mineralogy, eteorologi, dan fisika. sedangkan life science meliputi astronomi,
fisiologi, zoology, citologi, embriologi, mikrobiologi (Arifin 2008: 67)
IPA (Sains) berupaya membangkitkan minat
manusia agar mau meningkatkan kecerdasan dan pemahamannya tentang alam seisinya
yang penuh dengan rahasia yang tidak habis-habisnya. Dengan tersingkapnya tabir
rahasia alam itu satu persatu, serta mengalirnya informasi yang dihasilkannya,
jangkauan sains semakin luas dan lahirlah sifat terapannya, yaitu tekhnologi
adalah lebar. Namun dari waktu jarak tersebut semakin lama semakin sempit,
sehingga semboyan " Sains hari ini adalah tekhnologi hari esok"
merupakan semboyan yang berkali-kali dibuktikan oleh sejarah. Bahkan kini Sains
dan teknologi manunggal menjadi budaya ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang
saling mengisi (komplementer), ibarat mata uang, yaitu satu sisinya mengandung
hakikat Sains (the nature of Science)
dan sisi yang lainnya mengandung makna teknologi (the meaning of technology).
IPA membahas tentang gejala-gejala alam
yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan
pengamatan yang dilakukan oleh manusia. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan
oleh Powler bahwa IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala-gejala alam
dan kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang
berupa kumpulan dari hasil obervasi dan eksperimen.
Dari uraian di atas Sains adalah ilmu
pengetahuan yang mempunyai Obyek, menggunakan metode Ilmiah sehingga perlu
diajarkan di Sekolah Dasar. Setiap guru harus paham akan alasan mengapa sains
perlu diajarkan di sekolah dasar. Ada berbagai alasan yang menyebabkan satu
mata pelajaran itu dimasuk ke dalam kurikulum suatu sekolah.
Usman Samatowa mengemukakan empat alasan
sains dimasukan dikurikulum yaitu: Bahwa sains berfaedah Bagi suatu bangsa,
kiranya tidak perlu dipersoalkan panjang lebar. Kesejahteraan materil suatu
bangsa banyak sekali tergantung pada kemampuan bangsa itu dalam bidang sains,
sebab sains merupakan dasar teknologi, sering disebut-sebut sebagai tulang
punggung pembangunan. Pengetahuan dasar untuk teknologi ialah sains. Orang
tidak menjadi Insinyur elektronika yang baik, atau dokter yang baik, tanpa
dasar yang cukup luas mengenai berbagai gejala alam. Bila diajarkan sains menurut cara yang tepat,
maka sains merupakan suatu mata pelajaran yang memberikan kesempatan berpikir
kritis; misalnya sains diajarkan dengan mengikuti metode "menemukan
sendiri". Dengan ini siswa dihadapkan pada suatu masalah; umpamanya dapat
dikemukakan suatu masalah demikian". Dapatkah tumbuhan hidup tanpa
daun?" Anak diminta untuk mencari dan menyelidiki hal ini. Bila sains
diajarkan melalui percobaan -percobaan yang dilakukan sendiri oleh anak. maka
sains tidaklah merupakan mata pelajaran yang bersifat hafalan belaka. Mata
pelajaran ini mempunyai: nilai – nilai pendidikan yaitu mempunyai potensi yang
dapat membentuk keprbadian anak secara keseluruhan. Standar Kompetensi (SK) dan
Kompetensi Dasar (KD) IPA di SD/MI merupakan standar minimum yang secara
nasional harus dicapai oleh peserta didik dan menjadi acuan dalam pengembangan
kurikulum disetiap satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan
peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan
sendiri yang difasilitasi oleh guru. (Depdiknas. 2006: 12)
d.
Hakikat
Model Pembelajaran Group Investigasi
Menurut Height (dalam Krismanto, 2004:
21), investigasi berkaitan dengan kegiatan mengobservasi secara rinci dan
menilai secara sistematis. Jadi investigasi adalah proses penyelidikan yang
dilakukan seseorang, dan selanjutnya orang tersebut mengkomunikasikan hasil
perolehannya, dapat membandingkannya
dengan perolehan orang lain, karena dalam suatu investigasi dapat diperoleh
satu atau lebih hasil.
Dalam kegiatan di kelas yang
mengembangkan diskusi kelas berbagai kemungkinan jawaban itu berimplikasi pada
berbagai alternatif jawaban dan argumentasi berdasarkan pengalaman siswa.
Akibatnya ialah jawaban siswa tidak selalu tepat benar atau bahkan salah karena
prakonsepsi yang mendasari pemikiran siswa tidak benar. Secara khusus istilah
“model” diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman
dalam melakukan sesuatu kegiatan. Atas dasar tersebut, maka yang dimaksud
dengan model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur
yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai
tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang
pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas
belajar mengajar (Syarif, 2009:47) Model pembelajaran pada dasarnya merupakan
bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara
khas oleh guru.
Model pembelajaran secara mendasar bukan
semata-mata menyangkut kegiatan belajar guru tetapi justru lebih
menitikberatkan kepada aktivitas murid. Sehingga hakekat model pembelajaran
adalah membantu para pelajar memperoleh informasi, ide, ketrampilan, nilai,
cara berfikir, sarana untuk mengekspresikan dirinya, dan cara-cara belajar 20
bagaimana belajar. Dengan demikian aktivitas belajar mengajar benar-benar
merupakan kegiatan bertujuan yang tertata secara sistematis. (Syarif, 2009:47)
Model pembelajaran Group Investigasi (group
investigation) merupakan salah model kooperatif yang diterapkan di sekolah
dasar saat ini. Di dalam pembelajaran ini, siswa bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil menggunakan inkuiri kooperatif (pembelajaran kooperatif
bercirikan penemuan), diskusi kelompok dan perencanaan kooperatif (Nurasma,
2008:29)
Dalam model Group Investigasi ini,
siswa tergabung dalam kelompok-kelompok yang terdiri dari empat sampai enam
anggota. Setelah memilih subtopik dari sebuah topik yang sedang dipelajari
seluruh kelas, kelompok-kelompok itu memecahkan sub topik mereka. Setiap
kelompok kemudian membuat presentasi/ peragaan untuk mengkomunikasikan temuanya
kepada seluruh kelas (Kiranawaty, 2007: 25)
Dalam pembelajaran dengan menggunakan
model Group Investigasi memiliki tiga tujuan, yaitu: 1) Invetigasi
kelompok membantu siswa belajar bagaimana menyelidiki suatu topik/materi secara
sistematis dan analitis (proses inquiri), 2) Pemahaman yang mendalam atas suatu
materi, 3) belajar bagaimana bekerjasama dalam memecahkan suatu masalah.
Menurut Sharan (2005: 86), terdapat enam
tahapan Group Investigasi yaitu sebagai berikut:
1) Pemilihan topik Siswa memilih subtopik dari topik yang dipelajari,
yang biasanya ditetapkan oleh guru. Dalam hal ini siswa memilih lembar kegiatan
yang disediakan oleh guru. Selanjutnya siswa diorganisasikan menjadi empat
sampai enam anggota tiap kelompok menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi
tugas. Komposisi kelompok hendaknya heterogen secara akademis maupun etnis.
2) Perencanaan kooperatif Siswa dan guru merencanakan prosedur
pembelajaran, tugas dan tujuan khusus tentang subtopik yang telah dipilih pada
tahap pertama.
3) Implementasi Siswa menerapkan rencana yang telah mereka kembangkan
didalam tahap kedua. Kegiatan pembelajaran hendaknya melibatkan ragam aktivitas
dan ketrampilan yang luas dan hendaknya mengarahkan siswa kepada jenisjenis
sumber belajar yang berbeda baik didalam maupun diluar sekolah. Guru secara
ketat mengikuti kemajuan tiap kelompok dan menawarkan bantuan bila diperlukan.
4) Analisis dan sintesis Siswa menganalisis dan mengevaluasi
informasi yang diperoleh pada tahap ketiga dan merencanakan bagaimana informasi
tersebut diringkas dan disajikan sebagai bahan untuk dipresentasikan kepada
seluruh kelas.
5) Presentasi hasil final Beberapa kelompok menyajikan hasil
penyelidikannya kepada seluruh kelas, dengan tujuan agar siswa yang lain
terlibat satu sama lain dalam pekerjaan mereka dan memperoleh perspektif luas
pada topik itu.
6) Evaluasi Siswa dan guru mengevaluasi tiap konstibusi kelompok
terhadap kerja kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi yang dilakukan dapat
berupa penilaian individual atau kelompok Group Investigasi merupakan
tipe pembelajaran kooperatif yang melibatkan kelompok kecil, yaitu siswa
bekerja menggunakan inkuiri kooperatif, perencanaan kooperatif, dan kemudian
mempresentasikan penemuan mereka kepada kelas.
Langkah-langkah pembelajaran Group Investigasi
sebagai berikut:
1) Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok heterogen
2) Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok
3) Guru memanggil ketua kelompok dan setiap kelompok mendapat tugas
satu materi/tugas yang berbeda dari kelompok lain
4) Masing-masing kelompok membahas materi yang sudah ada secara
kooperatif yang bersifat penemuan
5) Setelah selesai diskusi, juru bicara kelompok menyampaikan hasil
pembahasan kelompok
6) Guru memberikan penjelasan singkat sekaligus memberi kesimpulan
7) Evaluasi
8) Penutup
B. Kerangka Pikir
Pada dasarnya setiap
proses belajar mengajar bertujuan untuk mencapai perubahan tingkah laku pada
diri peserta didik dari tidak tahu menjadi tahu. Sehingga dalam setiap kegiatan
belajar mengajar selesai diharapkan selalua ada peningkatan hasil belajar peserta
didik. Berdasarkan latar belakang dapat diketahui kurangnya perhatian peserta
didik pada penjelasan guru saat proses pembelajaran, beberapa peserta didik
lebih senang mengobrol, ada pula peserta didik yang mengantuk, dan melamun
dalam proses pembelajaran. Hal ini di sebabkan karena kurangnya inovasi dalam
penyampaian materi pelajaran. Sehingga kegiatan belajar mengajar masih pasif,
dan sulit untuk terjadinya interaksi aktif baik antara peserta didik dengan
peserta didik, maupun antara peserta didik dengan guru. Berbagai masalah dalam
kegiatan belajar mengajar dikelas tentu akan berpengaruh pada hasil belajar
peserta didik. Dalam kegiatan belajar mengajar memuat materi yang akan di
sampaikan, metode yang di gunakan ataupun media pengajaran yang mendukungnya.
Salah satu alternatif untuk dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik
adalah dengan metode pembelajaran group investigation. Dengan penggunaan metode
pembelajaran group investigation diharapkan dapat meningkatkan aktivitas
peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Metode group investigation
melibatkan peserta didik sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun
untuk mempelajarinya melalui investigasi, sehingga peserta didik menjadi lebih
aktif, dan dapat menambah pemahaman terhadap materi pelajaran. Berdasarkan
uraian di atas dan tinjauan pustaka dapat di tarik kesimpulan bahwa pengguaan
metode group investigation dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan landasan
teori di atas maka hipotesis tindakan penelitian ini adalah “Jika dalam
pembelajaran IPA dengan materi Energi dan usaha digunakan model Group
Investigasi, maka hasil belajar siswa kelas VIII-B SMP Muhammadiyah .....................
dapat meningkat”.
Untuk mendapatkan file secara lengkap, terdiri dari Bagian Depan, Bab I, II, III, IV, V, Daftar Pustaka dan Lampiran2, silakan klik disini.
Terima kasih.