LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN SEKOLAH
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU KELAS DALAM KEGIATAN PENILAIAN HASIL BELAJAR MELALUI PELAKSANAAN KEGIATAN SUPERVISI KUNJUNGAN
KELAS
DI SDN 001 .........................
KECAMATAN…………….
KABUPATEN …………..
TAHUN ……….
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan
Kenaikan Pangkat
............................... dst disesuaikan
Oleh :
………………………………………..
NIP. ……………..
UPT DINAS……………………………..
KECAMATAN ............
............
KATA
PENGANTAR
Puji syukur senantiasa peneliti panjatkan kehadirat
Allah, Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan kasih dan karunia-Nya
sehingga Laporan Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini dapat selesai dengan
baik.
Dalam PTS ini peneliti menentukan judul yaitu “Upaya Meningkatkan Kemampuan Guru Kelas dalam Kegiatan Penilaian Hasil Belajar Melalui Pelaksanaan Kegiatan Supervisi Kunjungan Kelas di SDN 001 .........................
Kecamatan……………. Kabupaten ………….. Tahun
………
Dalam penyusunan PTS ini tentu saja tidak terlepas dari kerja sama tim penyusun dan bantuan
semua guru yang ada di lingkungan SDN 001 .......................... Peneliti
mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan
penelitian ini khususnya kepada:
1.
……………………….., selaku Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten
………..
2.
Rekan-rekan Pengawas UPT Dinas Pendidikan Kecamatan
…………………
3.
Kepala UPT Dinas Pendidikan Kecamatan …………………
4.
Kepala Sekolah SDN 001 .........................
5.
Segenap Guru dan Karyawan SDN 001 .........................
yang telah membantu penyelesaian karya ini.
Akhirnya penulis mohon saran dan kritik dari pembaca
demi perbaikan langkah berikutnya. Harapan peneliti semoga hasil penelitian ini
dapat memberikan dampak positip terhadap perkembangan peningkatan sumber daya
manusia.
............, ............
Penulis
LEMBAR PENGESAHAN
1.
|
Judul Penelitian
|
Upaya
Meningkatkan Kemampuan Guru Kelas dalam Kegiatan Penilaian Hasil Belajar Melalui Pelaksanaan Kegiatan Supervisi Kunjungan Kelas di SDN 001 .........................
Kecamatan………… Kabupaten ………….. Tahun ………
|
2.
|
Identitas Peneliti
a. Nama Lengkap
b. NIP
c. Pangkat. Golongan
d. Tempat Tugas
e. Kabupaten/Kota
f. Provinsi
g. Alamat Kantor
h. Telepon
|
|
3.
|
Lama Penelitian
|
|
4.
|
Sumber Dana
|
Swadaya
|
..........,
...........................
Mengetahui,
Kepala UPT Dinas Pendidikan Peneliti.
Kecamatan
..............................
......................................... .........................................
NIP.
................................. NIP. .................................
Mengetahui
Kepala Dinas Pendidikan
Kabupaten
.........................................
NIP. .................................
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU KELAS DALAM KEGIATAN PENILAIAN HASIL BELAJAR MELALUI PELAKSANAAN KEGIATAN SUPERVISI KUNJUNGAN
KELAS
DI SDN 001 .........................
KECAMATAN…………….
KABUPATEN …………..
TAHUN ……….
ABSTRAK
…………………………………………
NIP. ………………..
Berdasarkan pengamatan awal bahwa terdapat kesan guru belum melaksanakan tugasnya secara optimal dalam pembelajaran. Guru masih ada
yang melaksanakan pembelajaran secara tradisional, kurang sistematis serta
kurang memperhatikan metode dan teknik pembelajaran, termasuk dalam
memberikan penilaian hasil belajar. Untuk mengatasi permasalahan tersebut,
peneliti akan melaksanakan kegiatan penelitian tindakan sekolah dengan
supervisi kunjungan kelas. Penelitian ini tergolong penelitian tindakan sekolah, dengan empat langkah
pokok, yaitu : perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan,
pengamatan (observasi), dan refleksi, dengan melibatkan enam orang guru SD Negeri 001 ..........................
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah pelaksanaan kegiatan supervisi kunjungan kelas
dapat meningkatkan kemampuan guru kelas dalam melakukan kegiatan penilaian
hasil belajar. Subjek penelitian adalah
guru kelas di SDN 001 ......................... yang terdiri dari 6 orang guru
kelas I sampai dengan guru kelas VI. Data yang
dikumpulkan dalam pelaksanaan kegiatan penelitian tindakan kelas ini
melalui teknik observasi, dan
dokumentasi. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis
deskriptif kualitatif serta kuantitatif. Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan
Sekolah (PTS) dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan supervisi kunjungan kelas
terbukti dapat meningkatkan kemampuan
guru dalam melaksanakan kegiatan penilaian hasil belajar. Guru menunjukkan
keseriusan dalam memahami dan melaksanakan kegiatan penilaian hasil belajar.
Hal itu dapat dibuktikan dari hasil
observasi /pengamatan yang memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan
guru melaksanakan kegiatan penilaian hasil belajar dari siklus ke siklus. Pada
siklus I nilai rata-rata capaian secara
klasikal dari 43,06 dengan kategori KURANG, meningkat menjadi 68,98 dengan kategori CUKUP serta
pada siklus terakhir menjadi 88,19 dengan kategori BAIK, dan secara individual
per guru dari 2 orang atau 33,33% pada siklus pertama meningkat menjadi 100%
atau 6 orang guru pada siklus terakhir.
Kata
Kunci : kunjungan kelas, penilaian, hasil belajar
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................ ii
ASBTRAK.......................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR........................................................................................ iv
DAFTAR ISI....................................................................................................... v
DAFTAR TABEL............................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah..............................................................
B. Identifikasi
Masalah....................................................................
C. Rumusan Masalah.......................................................................
D. Tujuan
Penelitian ........................................................................
E. Manfaat
Penelitian ......................................................................
BAB II KAJIAN
PUSTAKA
A. Kajian
Teori.................................................................................
B. Kerangka
Pikir.............................................................................
C. Hipotesis
Tindakan......................................................................
BAB III METODE
PENELITIAN
A. Setting Penelitian.........................................................................
B. Subjek Penelitian .........................................................................
C. Sumber Data................................................................................
D. Teknik Pengumpulan Data...........................................................
E. Prosedur Penelitian .....................................................................
F. Instrumen Pengumpulan Data......................................................
G. Indikator Kinerja .........................................................................
BAB IV HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Penelitian............................................................................
B. Pembahasan Penelitian................................................................
BAB V KESIMPULAN
DAN SARAN
A. Kesimpulan
.................................................................................
B. Saran ...........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 3.1 Lembar Observasi Peningkatan Kemampuan Guru
Dalam Melakukan Kegiatan Penilaian Hasil Belajar....................................................................................
Tabel 3.2 Kriteria Peningkatan Kemampuan Guru Dalam
Melakukan Kegiatan Penilaian Hasil Belajar...............................................................................................
Tabel 4.1 Rekapitulasi Peningkatan Kemampuan Guru dalam Melaksanakan
Kegiatan Penilaian Hasil Belajar Siswa pada
Siklus Pertama...................................................
Tabel 4.2 Rekapitulasi Peningkatan Kemampuan Guru dalam Melaksanakan
Kegiatan Penilaian Hasil Belajar Siswa pada
Siklus Pertama...................................................
Tabel 4.3 Rekapitulasi Peningkatan Kemampuan Guru dalam Melaksanakan
Kegiatan Penilaian Hasil Belajar Siswa pada
Siklus Pertama...................................................
Tabel 4.4 Rekapitulasi Peningkatan Kemampuan Guru dalam Melaksanakan
Kegiatan Penilaian Hasil Belajar Siswa
Berdasarkan Rata-rara Capain Nilai pada
Kondisi Awal, Siklus Pertama dan Kedua...............................................................................................
Tabel 4.5 Rekapitulasi Peningkatan Kemampuan Guru dalam Melaksanakan
Kegiatan Penilaian Hasil Belajar Siswa
Berdasarkan Ketuntasan Guru Per Individu
pada Kondisi Awal, Siklus Pertama
dan Kedua....................................................................................
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 4.1 Peningkatan Kemampuan Guru dalam Melaksanakan Kegiatan Penilaian
Hasil Belajar Siswa Berdasarkan
Rata-rata Capain Nilai pada Kondisi
Awal, Siklus Pertama dan Kedua ...............................................................................................
Gambar 4.2 Peningkatan Kemampuan Guru dalam Melaksanakan Kegiatan Penilaian
Hasil Belajar Siswa Berdasarkan
Ketuntasan Guru Per Individu pada Kondisi Awal, Siklus Pertama dan Kedua...............................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian
Lampiran 2 Jurnal Kegiatan Penelitian
Lampiran 3 Lembar Kemampuan Guru dalam Melakukan
Kegiatan Penilaian Hasil Belajar pada Kondisi Awal
Lampiran 4 Lembar
Kemampuan Guru dalam Melakukan Kegiatan Penilaian Hasil Belajar pada Siklus I
Lampiran 5 Lembar
Kemampuan Guru dalam Melakukan Kegiatan Penilaian Hasil Belajar pada pada Siklus II
Lampiran 6 Daftar Hadir
Kegiatan Supervisi Kunjungan Kelas pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II
Lampiran 7 Daftar
Hadir Peneliti dan Kolaburator
Lampiran 8 Dokumentasi
Pelaksanaan Kegiatan Penelitian Kondisi
Awal, Siklus I dan Siklus
II
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sekolah merupakan lembaga formal yang berfungsi
membantu khususnya orang tua dalam memberikan pendidikan kepada anak-anak
mereka. Sekolah memberikan pengetahuan, keterampilan dan sikap kepada anak
didiknya secara lengkap sesuai dengan
yang mereka butuhkan. Semua fungsi sekolah tersebut tidak akan efektif apabila
komponen dari sistem sekolah tidak berjalan dengan baik, karena kelemahan dari
salah satu komponen akan berpengaruh pada komponen yang lain yang pada akhirnya
akan berpengaruh juga pada jalannya sistem itu sendiri. Salah satu dari
bagian komponen sekolah adalah guru.
Guru dituntut untuk mampu menguasai kurikulum,
menguasai materi, menguasai metode, dan tidak kalah pentingnya guru juga harus
mampu mengelola kelas sedemikian rupa sehingga pembelajaran berlangsung secara
aktif, inovatif dan menyenangkan.
Namun umumnya guru masih mendominasi kelas, siswa pasif (datang, duduk, nonton,
berlatih, …., dan lupa). Guru memberikan konsep, sementara siswa menerima bahan
jadi. menurut Erman Suherman, ada hal yang menyebabkan siswa tidak
menikmati (senang) untuk belajar, yaitu kebanyakan siswa tidak siap terlebih
dahulu dengan (minimal) membaca bahan yang akan dipelajari, siswa datang tanpa
bekal pengetahuan seperti membawa wadah kosong. Lebih parah lagi, siswa tidak
menyadari tujuan belajar yang sebenarnya, tidak mengetahui manfaat belajar bagi
masa depannya nanti.
Pembelajaran akan berhasil dengan baik bila
pembelajaran itu mampu menggali kemampuan siswa dalam eksplorasi, elaborasi dan
konfirmasi sehingga siswa betul-betul memahami materi yang telah dipelajari.
Demikian pula dalam mengakhiri pembelajaran, seorang guru harus menanamkan
kesan yang mendalam bagi siswa sehingga materi itu betul-betul dikuasai dan
dipahami siswa, guru membuat umpan balik sesuai materi yang dipelajari secara
proporsional, serta bersama-sama siswa menyimpulkan materi pembelajaran.
Berdasarkan
pengamatan awal bahwa terdapat kesan guru belum melaksanakan tugasnya
secara optimal dalam
pembelajaran. Guru masih ada yang melaksanakan pembelajaran secara tradisional,
kurang sistematis serta kurang memperhatikan metode dan teknik pembelajaran.
Pembelajaran yang kurang
sistematis maka hasil pembelajaran juga tidak maksimal. Untuk melaksanakan
pembelajaran yang sistematis guru harus membuat persiapan mengajar,
mempersiapkan sarana prasarana pembelajaran yang diperlukan, membuka
pelajaran dengan baik, memotivasi siswa untuk belajar, menyampaikan tujuan
pembelajaran secara jelas, menyampaikan materi pelajaran dengan jelas dan dapat
diterima siswa, mengaktifkan siswa dalam pembelajaran, mengevaluasi hasil
pembelajaran dan bersama siswa guru menyimpulkan materi pelajaran.
Kesenjangan
yang terjadi adalah masih ada guru yang belum maksimal dalam pelaksanaan
pembelajaran, sehingga diperlukan motivasi eksternal bagi guru. Untuk
memotivasi guru agar melaksanakan pembelajaran secara optimal maka pengawas
sekolah dan pengawas perlu
mengefektifkan kembali supervisi kelas terhadap beberapa guru di SDN 001 .......................... Supervisi kelas yang akan
dilakukan meliputi tiga tahap kegiatan yaitu: 1) pengawas sekolah, pengawas dan
guru mengadakan pertemuan awal untuk membuat kesepakatan pelaksanaan supervisi
kelas, guru dapat menggali berbagai macam informasi tentang persiapan
pembelajaran, sebaliknya pengawas sekolah dan pengawas dalam hal ini dapat
memberikan pembinaan untuk perbaikan perencanaan pembelajaran 2) pelaksanaan
pembelajaran, pengawas sekolah dan pengawas mengamati, mengevaluasi pelaksanaan
pembelajaran guru, 3) pengawas sekolah dan pengawas menyampaikan kelemahan dan
kelebihan guru dalam mengajar serta
membimbing dan memberikan saran perbaikan, sehingga kelemahan-kelemahan
itu tidak akan terjadi pada pembelajaran berikutnya.
Berkaitan tugas pengawas sekolah, Nurtain (1989:
84-85) menegaskan tugas pokok yang pertama merujuk pada supervisi atau
pengawasan manajerial sedangkan tugas pokok yang kedua merujuk pada supervisi
atau pengawasan akademik. Pengawasan manajerial pada dasarnya memberikan
pembinaan, penilaian dan bantuan/bimbingan mulai dari rencana program, proses,
sampai dengan hasil. Bimbingan dan bantuan diberikan kepada kepala sekolah dan
seluruh staf sekolah dalam pengelolaan sekolah atau penyelenggaraan pendidikan
di sekolah untuk meningkatkan kinerja sekolah. Pengawasan akademik berkaitan
dengan membina dan membantu guru dalam meningkatkan kualitas proses
pembelajaran/bimbingan dan kualitas hasil belajar siswa.
Dalam proses
pendidikan, pengawasan atau supervisi merupakan bagian tidak terpisahkan dalam
upaya peningkatan prestasi belajar dan mutu sekolah. Sahertian (1981:19)
menegaskan bahwa pengawasan atau
supervisi pendidikan tidak lain dari usaha memberikan layanan kepada
stakeholder pendidikan, terutama kepada guru-guru, baik secara individu maupun
secara kelompok dalam usaha memperbaiki kualitas proses dan hasil pembelajaran.
Burhanuddin (1990:284) memperjelas hakikat pengawasan pendidikan pada hakikat
substansinya. Substansi hakikat pengawasan yang dimaksud menunjuk pada segenap
upaya bantuan supervisor kepada stakeholder pendidikan terutama guru yang
ditujukan pada perbaikan-perbaikan dan pembinaan aspek pembelajaran. Bantuan
yang diberikan kepada guru harus berdasarkan penelitian atau pengamatan yang
cermat dan penilaian yang objektif serta mendalam dengan acuan perencanan
program pembelajaran yang telah dibuat. Proses bantuan yang diorientasikan pada
upaya peningkatan kualitas proses dan hasil belajar itu penting, sehingga
bantuan yang diberikan benar-benar tepat sasaran. Jadi bantuan yang diberikan itu
harus mampu memperbaiki dan mengembangkan situasi belajar mengajar.
Dari beberapa pendekatan supervisi, peneliti memilih
supervisi kunjungan kelas. Pendekatan kunjungan kelas dalam supervisi, pengawas
sekolah dapat langsung mengetahui proses pembelajaran di kelas dan dilakukan
dialog antara guru dan pengawas sekolah untuk mengetahui keberhasilan dan
kekurangannya (Sahertian, 1989).
Hasil evaluasi
pelaksanaan kegiatan pembelajaran menunjukkan bahwa penilaian yang dilakukan di
kelas kurang mampu memperlihatkan tuntutan hasil belajar siswa, yaitu
mengungkapkan pemahamannya dengan kalimat sendiri secara lisan dan tertulis,
mengekspresi gagasan, khususnya dalam bentuk gambar, grafik, diagram, atau
simbol lainnya, mengembangkan keterampilan fungsional sebagai hasil interaksi
dengan lingkungan fisik, sosial, dan budaya, menggunakan lingkungan (fisik,
sosial, dan budaya) sebagai sumberdan media belajar, membuat laporan penelitian dan membuat
sinopsis; dan mengembangkan
kemampuan bereksporasi dan mengaktualisasi diri. Di samping itu, penilaian dilakukan tidak hanya untuk mengungkapkan hasil
belajar ranah kognitif, tetapi juga diharapkan mampu mengungkapkan hasil
belajar siswa dalam lingkup ranah afektif dan psikomotor. Diharapkan penilaian
kelas mampu mengatasi permasalahan penilaian yang ada sehingga hasil belajar
siswa dapat dinilai sesuai dengan tuntutan kompetensi
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan pengamatan penulis di SD
Negeri 001 ......................... terdapat beberapa kendala
pada pembelajaran selama ini antara lain sebagai pendidik, penulis melihat
pembelajaran menjadi kurang efektif karena hanya cenderung mengedepankan aspek
intelektual dan mengesampingkan aspek pembentukan karakter. Hal ini tentu suatu
hambatan bagi guru. Namun penulis ingin mengubah hambatan tersebut menjadi
sebuah kekuatan dalam pengelolaan kegiatan belajar mengajar yang efektif dan
efisien sehingga nantinya akan mendapatkan hasil yang memuaskan. Untuk
menjawab hal itu, penulis mencoba memberi solusi kepada guru-guru untuk melaksanakan
kegiatan penilaian hasil belajar secara benar melalui kegiatan supervisi kunjungan
kelas di SD Negeri 001 ......................... mengevaluasi pembelajaran
yang dilakukan.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah
yang diuraikan di atas, pokok masalah dalam penelitian
ini dapat dirumuskan seperti tertuang pada pertanyaan berikut “apakah pelaksanaan kegiatan
supervisi kunjungan kelas dapat meningkatkan kemampuan guru kelas dalam
melakukan kegiatan penilaian hasil belajar?”
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini ditujukan untuk hal-hal sebagai berikut.
1. Meningkatkan peran serta pengawas
sekolah SD Negeri 001 ......................... dalam memfasilitasi para guru
yang dihadapkan dengan kesulitan teknis pengelolaan pembelajaran, yang akan
memberi dampak kurang baik terhadap proses dan hasil belajar siswa.
2. Meningkatkan kemampuan guru SD
Negeri 001 ......................... dalam mengelola proses pembelajaran.
3. Meningkatkan kebermaknaan proses
belajar siswa SD Negeri 001 ......................... guna mencapai tujuan
pembelajaran.
4. Untuk mengetahui efektivitas
upaya yang ditempuh pengawas sekolah pada saat melakukan supervisi kunjungan
kelas.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian tindakan
sekolah ini, dilakukan
dengan harapan memberikan manfaat bagi siswa, guru, maupun sekolah.
1.
Manfaat bagi siswa :
a.
Memperoleh pengalaman belajar yang lebih menarik.
b.
Meningkatkan aktivitas siswa di dalam belajar.
c.
Meningkatkan penguasaan konsep.
d.
Menumbuhkan keberanian mengemukakan pendapat dalam
kelompok/ membiasakan bekerja sama dengan teman.
2.
Manfaat bagi guru:
a.
Memperoleh alternatif baru yang dapat diterapkan guru
dalam meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan.
b.
Memperoleh alternatif baru yang dapat diterapkan guru
untuk peningkatan mutu pembelajaran.
c.
Meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan kegiatan
penilaian hasil belajar siswa
3.
Manfaat bagi sekolah :
a.
Meningkatkan prestasi sekolah dalam bidang akademis.
b.
Meningkatkan kinerja sekolah melalui peningkatan
profesionalisme guru khususnya dalam melaksanakan kegiatan penilaian hasil
belajar siswa.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.
Kajian Teori
1. Penilaian Hasil Belajar
a.
Pengertian
Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai
cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang
sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian
kemampuan) peserta didik. Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa
hasil atau prestasi belajar seorang peserta didik.Hasil penilaian dapat berupa
nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif
(berupa angka). Pengukuran berhubungan dengan proses pencarian atau penentuan
nilai kuantitatif tersebut.
Stufflebeam
(Abin Syamsuddin Makmun, 1996) memengemukakan bahwa : educational evaluation
is the process of delineating, obtaining,and providing useful, information for
judging decision alternatif . Dari pandangan Stufflebeam, kita dapat
melihat bahwa esensi dari evaluasi yakni memberikan informasi bagi kepentingan
pengambilan keputusan. Di bidang pendidikan, kita dapat melakukan evaluasi
terhadap kurikulum baru, suatu kebijakan pendidikan, sumber belajar tertentu,
atau etos kerja guru.
Pengukuran (measurement) adalah proses
pemberian angka atau usaha memperoleh deskripsi numerik dari suatu tingkatan di mana seorang peserta didik telah mencapai karakteristik
tertentu.
Penilaian
(assessment) adalah penerapan
berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi
tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi
(rangkaian kemampuan) peserta didik. Penilaian menjawab pertanyaan tentang
sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta didik.Hasil penilaian
dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai
kuantitatif (berupa angka). Pengukuran berhubungan dengan proses pencarian atau
penentuan nilai kuantitatif tersebut.
Tes adalah
cara penilaian yang dirancang dan dilaksanakan kepada peserta didik pada waktu
dan tempat tertentu serta dalam kondisi yang memenuhi
syarat-syarat tertentu yang jelas.
b.
Hakikat dan Prinsip
Penilaian
Penilaian
merupakan bagian yang penting dalam pembelajaran. Dengan melakukan penilaian,
pendidik sebagai pengelola kegiatan pembelajaran dapat mengetahui kemampuan
yang dimiliki peserta didik, ketepatan metode mengajar yang digunakan,
dan keberhasilan peserta didik dalam meraih kompetensi yang telah ditetapkan.
Berdasarkan hasil penilaian, pendidik dapat mengambil keputusan secara tepat
untuk menentukan langkah yang harus dilakukan selanjutnya
Ditinjau
dari sudut profesionalisme tugas kependidikan, kegiatan penilaian merupakan
salah satu ciri yang melekat pada pendidik profesional. Seorang pendidik
profesional selalu menginginkan umpan balik atas proses pembelajaran yang
dilakukannya. Hal tersebut dilakukan karena salah satu indikator keberhasilan
pembelajaran ditentukan oleh tingkat keberhasilan yang dicapai peserta didik.
Dengan demikian, hasil penilaian dapat dijadikan tolok ukur keberhasilan proses
pembelajaran dan umpan balik bagi pendidik untuk meningkatkan kualitas proses
pembelajaran yang dilakukan. Ada empat istilah yang terkait dengan konsep
penilaian yang digunakan untuk mengetahui keberhasilan belajar peserta didik,
yaitu pengukuran, pengujian, penilaian, dan evaluasi. menurut aturan
tertentu (Guilford, 1982). Pengukuran pendidikan berbasis kompetensi berdasar
pada klasifikasi observasi unjuk kerja atau kemampuan peserta didik dengan
menggunakan suatu standar.
Pengukuran
dapat menggunakan tes dan non-tes. Pengukuran pendidikan bisa bersifat
kuantitatif atau kualitatif. Kuantitatif hasilnya berupa angka, sedangkan
kualitatif hasilnya bukan angka (berupa predikat atau pernyataan kualitatif,
misalnya sangat baik, baik, cukup, kurang, sangat kurang), disertai deskripsi
penjelasan prestasi peserta didik. Pengujian merupakan bagian dari pengukuran
yang dilanjutkan dengan kegiatan penilaian.
Penilaian
(assessment) adalah istilah umum yang mencakup semua metode yang biasa
digunakan untuk menilai unjuk kerja individu atau kelompok peserta didik.
Proses penilaian mencakup pengumpulan bukti yang menunjukkan pencapaian belajar
peserta didik. Penilaian merupakan suatu pernyataan berdasarkan sejumlah fakta
untuk menjelaskan karakteristik seseorang atau sesuatu (Griffin & Nix,
1991). Penilaian mencakup semua proses pembelajaran. Oleh karena itu, kegiatan
penilaian tidak terbatas pada karakteristik peserta didik saja, tetapi juga
mencakup karakteristik metode mengajar, kurikulum, fasilitas, dan administrasi
sekolah. Instrumen penilaian untuk peserta didik dapat berupa metode dan/atau
prosedur formal atau informal untuk menghasilkan informasi tentang peserta
didik. Instrumen penilaian dapat berupa tes tertulis, tes lisan, lembar
pengamatan, pedoman wawancara, tugas rumah, dan sebagainya. Penilaian juga
diartikan sebagai kegiatan menafsirkan data hasil pengukuran atau kegiatan
untuk memperoleh informasi tentang pencapaian kemajuan belajar peserta didik.
Evaluasi
(evaluation) adalah penilaian yang sistematik tentang manfaat atau
kegunaan suatu objek (Mehrens & Lehmann, 1991). Dalam melakukan evaluasi
terdapat judgement untuk menentukan nilai suatu program yang sedikit
banyak mengandung unsur subjektif. Evaluasi memerlukan data hasil pengukuran
dan informasi hasil penilaian yang memiliki banyak dimensi, seperti kemampuan,
kreativitas, sikap, minat, keterampilan, dan sebagainya. Oleh karena itu, dalam
kegiatan evaluasi, alat ukur yang digunakan juga bervariasi bergantung pada
jenis data yang ingin diperoleh.
Pengukuran,
penilaian, dan evaluasi bersifat bertahap (hierarkis), maksudnya kegiatan
dilakukan secara berurutan, dimulai dengan pengukuran, kemudian penilaian, dan
terakhir evaluasi.
c.
Tujuan Penilaian
Penilaian memiliki tujuan
yang sangat penting dalam pembelajaran, diantaranya untuk grading, seleksi,
mengetahui tingkat penguasaan kompetensi, bimbingan, diagnosis, dan prediksi. Nasoetion (1993:72) menjelaskan tujuan
dari penilaian adalah :
1)
Sebagai grading,
penilaian ditujukan untuk menentukan atau membedakan kedudukan hasil kerja
peserta didik dibandingkan dengan peserta didik lain. Penilaian ini akan
menunjukkan kedudukan peserta didik dalam urutan dibandingkan dengan anak yang
lain. Karena itu, fungsi penilaian untuk grading ini cenderung membandingkan
anak dengan anak yang lain sehingga lebih mengacu kepada penilaian acuan norma
(norm-referenced assessment).
2)
Sebagai alat seleksi,
penilaian ditujukan untuk memisahkan antara peserta didik yang masuk dalam
kategori tertentu dan yang tidak. Peserta didik yang boleh masuk sekolah
tertentu atau yang tidak boleh. Dalam hal ini, fungsi penilaian untuk
menentukan seseorang dapat masuk atau tidak di sekolah tertentu.
3)
Untuk menggambarkan
sejauh mana seorang peserta didik telah menguasai kompetensi.
4)
Sebagai bimbingan,
penilaian bertujuan untuk mengevaluasi hasil belajar peserta didik dalam rangka
membantu peserta didik memahami dirinya, membuat keputusan tentang langkah
berikutnya, baik untuk pemilihan program, pengembangan kepribadian maupun untuk
penjurusan.
5)
Sebagai alat
diagnosis, penilaian bertujuan menunjukkan kesulitan belajar yang dialami
peserta didik dan kemungkinan prestasi yang bisa dikembangkan. Ini akan
membantu guru menentukan apakah seseorang perlu remidiasi atau pengayaan.
6)
Sebagai alat prediksi,
penilaian bertujuan untuk mendapatkan informasi yang dapat memprediksi
bagaimana kinerja peserta didik pada jenjang pendidikan berikutnya atau dalam
pekerjaan yang sesuai. Contoh dari penilaian ini adalah tes bakat skolastik
atau tes potensi akademik.
Dari keenam tujuan penilaian
tersebut, tujuan untuk melihat tingkat penguasaan kompetensi, bimbingan, dan
diagnostik merupakan peranan utama dalam penilaian.
Sesuai dengan tujuan
tersebut, penilaian menuntut guru agar secara langsung atau tak langsung mampu
melaksanakan penilaian dalam keseluruhan proses pembelajaran. Untuk menilai
sejauhmana siswa telah menguasai beragam kompetensi, tentu saja berbagai jenis
penilaian perlu diberikan sesuai dengan kompetensi yang akan dinilai, seperti
unjuk kerja/kinerja (performance), penugasan (proyek), hasil karya (produk),
kumpulan hasil kerja siswa (portofolio), dan penilaian tertulis (paper and pencil
test). Jadi, tujuan penilaian adalah memberikan masukan informasi secara
komprehensif tentang hasil belajar peserta didik, baik dilihat ketika saat
kegiatan pembelajaran berlangsung maupun dilihat dari hasil akhirnya, dengan
menggunakan berbagai cara penilaian sesuai dengan kompetensi yang diharapkan
dapat dicapai peserta didik.
d.
Pendekatan Penilaian
Ada dua pendekatan yang
dapat digunakan dalam melakukan penilaian hasil belajar, yaitu penilaian yang
mengacu kepada norma (Penilaian Acuan Norma atau norm-referenced assessment)
dan penilaian yang mengacu kepada kriteria (Penilaian Acuan Kriteria atau criterion referenced assessment).
Perbedaan kedua pendekatan tersebut terletak pada acuan yang dipakai. Pada
penilaian yang mengacu kepada norma, interpretasi hasil penilaian peserta didik
dikaitkan dengan hasil penilaian seluruh peserta didik yang dinilai dengan alat
penilaian yang sama. Jadi hasil seluruh peserta didik digunakan sebagai acuan.
Sedangkan, penilaian yang mengacu kepada kriteria atau patokan, interpretasi
hasil penilaian bergantung pada apakah atau sejauh mana seorang peserta didik
mencapai atau menguasai kriteria atau patokan yang telah ditentukan. Kriteria
atau patokan itu dirumuskan dalam kompetensi atau hasil belajar dalam kurikulum
berbasis kompetensi.
Dalam pelaksanaan kurikulum
berbasis kompetensi, pendekatan penilaian yang digunakan adalah penilaian yang
mengacu kepada kriteria atau patokan. Dalam hal ini prestasi peserta didik
ditentukan oleh kriteria yang telah ditetapkan untuk penguasaan suatu
kompetensi. Meskipun demikian, kadang kadang dapat digunakan penilaian acuan
norma, untuk maksud khusus tertentu sesuai dengan kegunaannya, seperti untuk
memilih peserta didik masuk rombongan belajar yang mana, untuk mengelompokkan
peserta didik dalam kegiatan belajar, dan untuk menyeleksi peserta didik yang
mewakili sekolah dalam lomba antar-sekolah.
e.
Teknik Penilaian
Berbagai macam teknik penilaian dapat dilakukan
secara komplementer (saling melengkapi) sesuai dengan kompetensi yang
dinilai. Sudjana (2006:82-84)
menjelaskan bahwa teknik penilaian yang
dimaksud antara lain melalui tes, observasi, penugasan, inventori, jurnal,
penilaian diri, dan penilaian antarteman yang sesuai dengan
karakteristik kompetensi dan tingkat perkembangan peserta didik.
1)
Tes adalah pemberian
sejumlah pertanyaan yang jawabannya dapat benar atau salah. Tes dapat
berupa tes tertulis, tes lisan, dan tes praktik atau tes kinerja. Tes
tertulis adalah tes yang menuntut peserta tes memberi jawaban secara
tertulis berupa pilihan dan/atau isian. Tes yang jawabannya berupa pilihan
meliputi pilihan ganda, benarsalah, dan menjodohkan. Sedangkan tes yang
jawabannya berupa isian dapat berbentuk isian singkat dan/atau uraian. Tes
lisan adalah tes yang dilaksanakan melalui komunikasi langsung (tatap
muka) antara peserta didik dengan pendidik. Pertanyaan dan jawaban
diberikan secara lisan. Tes praktik (kinerja) adalah tes yang meminta
peserta didik melakukan perbuatan/mendemonstasikan/ menampilkan keterampilan.
Dalam rancangan penilaian, tes dilakukan secara berkesinambungan melalui
berbagai macam ulangan dan ujian. Ulangan meliputi ulangan harian,
ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan
kelas. Sedangkan ujian terdiri atas ujian nasional dan ujian sekolah.
2)
Observasi adalah
penilaian yang dilakukan melalui pengamatan terhadap peserta didik selama
pembelajaran berlangsung dan/atau di luar kegiatan pembelajaran.
Observasi dilakukan untuk mengumpulkan data kualitatif dan kuantitatif
sesuai dengan kompetensi yang dinilai, dan dapat dilakukan baik secara
formal maupun informal. Penilaian observasi dilakukan antara lain sebagai
penilaian akhir kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia,
kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok
mata pelajaran estetika, serta kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga,
dan kesehatan.
3)
Penugasan adalah
pemberian tugas kepada peserta didik baik secara perorangan maupun
kelompok. Penilaian penugasan diberikan untuk penugasan terstruktur
dan kegiatan mandiri tidak terstruktur, dan dapat berupa praktik di
laboratorium, tugas rumah, portofolio, projek, dan/atau produk.
4)
Portofolio adalah
kumpulan dokumen dan karyakarya peserta didik dalam bidang tertentu yang
diorganisasikan untuk mengetahui minat, perkembangan prestasi, dan
kreativitas peserta didik (Popham, 1999). Bentuk ini cocok
untuk mengetahui perkembangan unjuk kerja peserta didik dengan
menilai bersama karyakarya atau tugastugas yang dikerjakannya. Peserta didik
dan pendidik perlu melakukan diskusi untuk menentukan skor. Pada
penilaian portofolio, peserta didik dapat menentukan karyakarya yang
akan dinilai, melakukan penilaian sendiri kemudian hasilnya dibahas.
Perkembangan kemampuan peserta didik dapat dilihat pada hasil penilaian
portofolio. Teknik ini dapat dilakukan dengan baik apabila jumlah peserta didik
yang dinilai sedikit.
5)
Projek adalah
tugas yang diberikan kepada peserta didik dalam kurun waktu
tertentu. Peserta didik dapat melakukan penelitian melalui pengumpulan,
pengorganisasian, dan analisis data, serta pelaporan hasil kerjanya. Penilaian
projek dilaksanakan terhadap persiapan, pelaksanaan, dan hasil.
6)
Produk (hasil
karya) adalah penilaian yang meminta peserta didik menghasilkan
suatu hasil karya. Penilaian produk dilakukan terhadap persiapan,
pelaksanaan/proses pembuatan, dan hasil.
7)
Inventori merupakan
teknik penilaian melalui skala psikologis yang dipakai
untuk mengungkapkan sikap, minat, dan persepsi peserta didik terhadap
objek psikologis.
8)
Jurnal merupakan
catatan pendidik selama proses pembelajaran yang berisi informasi hasil
pengamatan terhadap kekuatan dan kelemahan peserta didik yang berkait
dengan kinerja ataupun sikap dan perilaku peserta didik yang dipaparkan secara
deskriptif.
9)
Penilaian diri
merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta
didik untuk menilai dirinya sendiri mengenai berbagai hal. Dalam
penilaian diri, setiap peserta didik harus mengemukakan kelebihan
dan kekurangan dirinya secara jujur.
10)
Penilaian antarteman
merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik mengemukakan
kelebihan dan kekurangan temannya dalam berbagai hal secara jujur.
11)
Kombinasi penggunaan
berbagai teknik penilaian di atas akan memberikan informasi yang lebih
akurat tentang kemajuan belajar peserta didik.
2. Supervisi Kunjungan Kelas
a.
Pengertian Supervisi
Pendidikan
Istilah supervisi secara
umum dikenal dari bahasa Inggris “supervsion”, yangartinya mengawasi, atau
atasan yangmenilai kinerja bahawan. Supervisi dapat diartikan sebagai bentuk
pelayanan, bantuan professional, atau bimbingan bagi guru-guru dan dengan
melalui pertumbuhan kemampuan guru hendak meningkatkan mutu pendidikan dan
pengajaran (Sutisna, 1993:271). erkaitan dengan istilah supervisi, Mulyasa
2003) menjelaskan bahwa dalam pelaksanaannya sering digunakan secara bergantian
dengan istilah pengawasan, pemeriksaan, dan inspeksi. Pengawasan dapat
diartikan sebagai proses untuk menjamin bahwa tujuan-tujuan organisasidan
manajemen tercapai (Handoko, 1992). Pengawasan juga dapat diartikan suatu
kegiatan untuk melakukan dimaksudkan
untuk melihat suatu kegiatan yang dilaksanakan telah mencapai tujuan. Sedangkan
inspeksi dimaksudkan untuk mengetahui kekurangan- kekurangan atau kesalahan
yang perlu diperbaiki dalam suatu pekerjaan. Berbeda dengan Sutisna (1993) yang
menjelaskan bahwa secara umum supervision diberi arti sama dengan direction
atau pengawasan dan ada kecenderungan
untuk membatasi pemakaian istilah supervisorpada orang-orang yang berada dalam
kedudukan yang lebih bawah dalam hierarkhi manajemen. Kedudukan yang setingkat
dengan supervisor adalah manajer lini pertama (first line management),
pengawas, atau mandor.
Dalam organisasi pendidikan,
pengawas sekolah adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggung
jawab,dan wewenang secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan
pengawasan pendidikan di sekolah dengan melaksanakan penilaian dan pembinaan
dari segi teknis pendidikan dan administrasi pada satuan pendidikan pra
sekolah, dasar dan menengah (Menpan, 1996). Kedududukan pengawas dalam
institusi pendidikan sangat strategis karena melakukan penilaian sekaligus
pembinaan terhadap kinerja guru, pengawas sekolah, dan staf administrasi dalam
pengelolaam pendidikan di sekolah. Penilaian dilakukan untuk mengetahui
pencapaian tujuan yang ditetapkan, sedangkan pembinaan bertujuan untuk
memperbaiki dan meningkatkan kinerja guru, pengawas sekolah dan petugas
administrasi dalam pencapaian tujuan pendidikan. Salah satu tugas penting
pengawas adalah melakukan supervisi secara rutin dan berkelanjutan di sekolah
yang menjadi tanggung jawabnya.
Supervisi merupakan suatu
proses yang dirancang secara khusus untuk membantu para guru dan supervisor
agar dapat menggunakan pengetahuan dan keterampilannya dalam memberikan layanan
kepada orang tua peserta didik dan sekolah, sebagaimana dikemukakan oleh
Sergiovanni (1991) sebagai berikut: “Supervision
is a process designed to help teacher and supervisor learn more about their
practice; to better able to use their knowledge and skills to better serve
parents and schools; and to make the school a more effective learning community”. Hal senada dikemukakan oleh Kimbrough (1990)
bahwa, Supervision is provided for
improving the teaching and learning environment of the school”. Supervisi tidak hanya membantu guru dalam meningkatkan
kemampuan mengajar, tetapi juga menambah pengetahuan bagi supervisor secara
sinergi menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif.
Pendapat Jones yang dikutip
Pidarta (1988) menjelaskan bahwa supervisi merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari seluruh proses administrasi pendidikan yang ditujukan terutama
untuk mengembangkan efektivitas kinerja personalia sekolah yang berhubungan
dengan tugas-tugas utama pendidikan.
Dalam definisi di atas,
supervisi dipandang sebagai sub sistem dari sistem administrasi sekolah.
Sebagai sub sistem, supervisi tidakterlepas dari sistem administrasi yang juga
menyangkut tenaga non guru, termasuk pengawas sekolah dan petugas administrasi.
Namun titik berat supervisi adalah perbaikan dan pengembangan kinerja guru yang
langsung menangani peserta didik. Melalui perbaikan dan pengembangan kinerja
guru, diharapkan proses pengajaran dapat berkembang, pada akhirnya berdampak
pada efektivitas proses pembelajaran.
Secara lebih khusus, Sutisna
(1993) mengartikan supervisi sebagai bantuan dalam mengembangkan situasi
belajarmengajar yang lebih baik. Dengan perkataan lain, supervisi adalah suatu
kegiatan pembelajaran yang disediakan untuk membantu para guru untuk
meningkatkan kemampuan dalam menjalankan tugas pengajaran. Peran supervisor
adalah membantu, memotivasi dan mendukung guru agar semakin matang (mature) dan
mandiri dalam menjalankan tugas utamanya. Tidak berbeda dengan pendapat di
atas, Sahertian (1989) mengartikan supervisi adalah bantuan yang diberikan
kepada seluruh staf untuk mengembangkan situasi belajar-mengajar yang lebih
baik. Bantuan yang diberikan kepada staf dalam hal ini paraguru meliputi teknis
administratif dan teknik edukatif Teknik administratif berkenaan dengan
persiapan bahan pengajaran, penataan dokumendokumen penilaian, penyiapan berkas
laporan kemajuan belajar siswa atau data yang berkaitan dengan laporan
pengajaran pada akhir tahun ajaran. Sedangkan bantuan teknik edukatif berupa
bimbingan kepada guru untuk mengatasi masalahmasalah yang dihadapi dalam
pembelajaran antara lain, masalah siswa, pemilihan berbagai strategi
pembelajaran, analisis kurikulum, pemilihan sumber belajar, ataupun penggunaan
media belajar.
Dengan istilah yang berbeda,
Supandi (1990) mengartikan supervisi pendidikan adalah bantuan yang
diberikan kepada personel pendidikan
untuk mengembangkan proses pendidikan yang lebih baik. Personel pendidikan
dimaksud meliputi pengawas sekolah, guru, dan petugas sekolah lainnya termasuk
staf administrasi. Dalam menjalankan tugasnya, personel sekolah sering
menghadapi masalah-masalah pendidikan,karena itu pengawas sekolah perlu
melakukan bimbingan dan pengarahan dalam bidang administratif ataupun bidang
akademik terutama perbaikan pada aspek pengelolaan pengajaran yang dilakukan
oleh guru. Guru perlu mendapat bimbingan ataupun bantuan supervisor dalam
memecahkan masalah-masalah pembelajaran agar proses dan hasil pembelajaran
dapat mencapai sasaran yang ditetapkan. Istilah supervisi pendidikan
dansupervisi pengajaran dalam pelaksanaannya sering digunakan secara
bergantian, dan mempunyai arti yang tidak berbeda karena keduanya memberikan
bantuan perbaikan pengajaran sehingga proses pendidikan di sekolah berjalan
dengan baik.
b.
Tujuan dan Fungsi
Supervisi
1)
Tujuan Supervisi
Prestasi belajar siswa dapat
dicapai tidak terlepas dari peranan pengawas, pengawas sekolah dan guru. Tugas
pokok guru adalah mengajar dan membantu siswa menyelesaikan masalahmasalah
belajar dan perkembangan pribadi dan sosialnya. Pengawas sekolah memimpin guru
dan siswa dalam proses pembelajaran serta membantu mengatasi masalah yang
dihadapi. Pengawas melakukan supervisi dan memberikan bantuan kepada pengawas
sekolah, guru dan siswa dalam mengatasi persoalan yang dihadapi selama proses
pendidikan berlangsung.
Dikemukakan oleh Sahertian
dan Mataheru (1985) bahwa tujuan supervisi ialah memperkembangkan situasi
belajar dan mengajar yang lebih baik.Yang dimaksud situasi belajar dan mengajar
ialah situasi dimana terjadi proses interaksi antara guru dengan siswa dalam
usaha mencapai tujuan belajar yang ditentukan. Usaha ke arah perbaikan
pembelajaran ditujukan kepada pencapaian tujuan akhir pendidikan yaitu
pembentukan pribadi anak yang mandiri. Lebih lanjut dikemukakan oleh Sahertian
dan Mataheru, bahwa tujuan konkrit supervisi pendidikan yaitu (1) membantu
guru melihat dengan jelas tujuan-tujuan
pendidikan, (2) membantu guru dalam membimbing pengalaman belajar murid-murid,
(3) membantu guru dalam menggunakan sumber-sumber pengalaman belajar, (4) membantu
guru dalam menggunakan metode-metode/alat-alat pembelajaran, (5) membantu guru
dalam memenuhi kebutuhan belajar murid-murid, (6) membantu guru dalam hal
menilai kemajuan murid-murid dan hasil pekerjaan guru itu sendiri, (7) membantu
guru dalam membina reaksi mental atau moral kerja guru dalam rangka pertumbuhan
pribadi dan jabatan mereka, (8) membantu guru baru di sekolah sehingga mereka
merasa gembira dengan tugas yang diperolehnya, (9) membantu guru agar lebih
mudah mengadakan penyesuaian terhadap masyarakat dan cara-cara memanfaatkan masyarakat
sebagai sumber belajar, (10) membantu guru agar waktu dan tenaga tercurahkan
sepenuhnya dalam pembinaan sekolahnya. Tujuan supervisi di atas merupakan usaha
atau bantuan yang dilakukan oleh supervisor kepada guru-guru untuk meningkatkan
kemampuan pengelolaan pengajaran termasuk pertumbuhan kepribadian dan
sosialnya.
Mulyasa (2003) mengemukakan
bahwa tujuan supervisi adalah mengembangkan iklim yang kondusif dan lebih baik
dalam kegiatan pembelajaran, melalui pembinaan dan peningkatan profesi mengajar.
Dengan kalimat lain, tujuan supervisi pengajaran adalah membantu dan memberikan
kemudahan kepada para guru untuk belajar meningkatkan kemampuan mereka guna
mewujudkan tujuan belajar peserta didik. Secara lebih operasional, tujuan
supervisi menurut Ametembun (Mulyasa, 2003) adalah (1) membina pengawas sekolah
dan guru agar lebih memahami tujuan pendidikan, (2) meningkatkan kemampuan pengawas
sekolah dan guru-guru untuk mempersiapkan peserta didik menjadi anggota
masyarakat yang lebih efektif, (3) membantu pengawas sekolah dan guru
mengadakan diagnosis secara kritis terhadap aktivitas kerja, persoalan
pembelajaran, serta membantu merencanakan perbaikan-perbaikan, (4) meningkatkan
kesadaran pengawas sekolah dan guru-guru serta petugas sekolah lainnya terhadap
cara kerja yang demokratis, serta kesediaan untuk tolong menolong, (5)
memperbesar semangat guru-guru dan meningkatkan motivasi berprestasi, (6)
membantu pengawas sekolah untuk mensosialisasikan program pendidikan di sekolah
kepada masyarakat, (7) melindungi warga sekolah yang disupervisi terhadap
tuntutan yang tidak wajar dan kritik-kritik yang tidak sehat dari masyarakat,
(8) membantu pengawas sekolah dan guru-guru dalam mengevaluasi aktivitasnya
untuk mengembangkan kreati vitas peserta didik, (9) mengembangkan rasa kesatuan
(kolegialitas) sesama guru.
Supervisi pendidikan
berperan memberikan kemudahan dan membantu pengawas sekolah dan guru
mengembangkan potensi secara optimal. Supervisi harus dapat meningkatkan
kepemimpinan pengawas sekolah sehingga dapat mencapai efektivitas dan efisiensi
program sekolah secara keseluruhan. Melalui supervisi, guru diberi kesempatan
untuk meningkatkan kinerja, dilatih untuk memecahkan berbagai permasalahan yang
dihadapi. Dalam merumuskan program sekolah, guru diberi kesempatan untuk
memberikan masukan dan penilaian program yang disusun. Keterlibatan guru secara
penuh dapat meningkatkan rasa kebersamaan dan berdampak pada peningkatan
semangat kerja. Dengan demikian tujuan supervisi pendidikan adalah meningkatkan
kemampuan profesional dan teknis bagi guru, pengawas sekolah, dan personel
sekolah lainnya agar proses pendidikan disekolah lebih berkualitas. Dan yang
utama, supervisi pendidikan dilakukan atas dasarkerjasama, partisipasi, dan
kolaborasi, bukan berdasarkan paksaan dan kepatuhan. Dengan demikian, akan
timbul kesadaran, inisiatif, dan kreativitas personel sekolah.
2)
Fungsi Supervisi
Supervisi mempunyai fungsi
ganda, untuk meningkatkan kemampuan mengajar guru dan untuk pengembangan
kurikulum. Burton (Oliva, 1984: 16) mengidentifikasi fungsi supervisi sebagai
berikut: “(1) The improvement of the
teaching act, (2) The improvement of
teachers in service, (3) The
selection and organization of subjectmatter, (4) Testing and measuring, and (5) The
rating of teachers”. Sedangkan Oliva sendiri membagi fungsi supervisi
menjadi tiga yaitu, pengembangan staf (staff
development), pengembangan kurikulum (curriculum
development), dan perbaikan pengajaran (instructional
development). Pengembangan staf
dimaksudkan sebagai pembinaan terhadap pengawas sekolah, guru-guru dan personel
sekolah lainnya agar meningkatkan kemampuan dan kinerjanya serta saling
bekerjasama dalam merealisasi program pendidikan di sekolah. Pengembangan
kurikulum adalah pengkajian kurikulum disesuaikan dengan kebutuhan dan
perkembangan lingkungan. Pengembangan kurikulum termasuk dalam kegiatan
memperbaharui program pembelajaran, mengembangkan bahan instruksional, memilih
bahan ajar, mengembangkan media pembelajaran, dan menentukan strategi/metode
yang tepat untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Perbaikan pengajaran
merupakan kegiatan yang dilakukan guru secara berkelanjutan dengan menyesuaikan
perkembangan kurikulum maupun tuntutan terhadap kemajuan Iptek. Perbaikan
pembelajaran dapat dilakukan dari sisi perencanaan, materi (subject matter)
maupun metode pembelajaran
Bahan yang dipersiapkan
untuk pembelajaran berdasarkan kurikulum terbaru dan dilengkapi dengan
bahan-bahan pembelajaran penting yang belum tercakup dalam perencanaan
pembelajaran. Sedangkan Gwyn (dalam
Indrafachrudi, 1989) membedakan tiga tanggung jawab utama seorang supervisor
adalah (1) bertanggung untuk menolong guru-guru secara individual, (2)
bertanggung jawab dalam mengkoordinir dan lebih memperbaiki seluruh staf
sekolah dalam melakukan tugas pelayanan pendidikan dan pengajaran di sekolah,
(3) bertanggung jawab dalam mendayagunakan berbagai sumber daya manusia
sebagaimana sumber yang membantu pertumbuhan guru dan sekaligus sebagai
penerjemah program-program di sekolah, maupun kepada masyarakat. Secara makro,
Sutisna (1993) berpendapat bahwa fungsi supervisi adalah (1) sebagai penggerak
perubahan, (2) sebagai program pelayanan untuk memajukan pengajaran, (3)
meningkatkan kemampuan hubungan manusia, (4) sebagai kepemimpinan kooperatif.
Supervisi berfungsi sebagai
penggerak perubahan, seringkali guru menganggap tugas mengajar sebagai
pekerjaan rutin, dari waktu ke waktu tidak mengalami perubahan baik segi materi
maupun metode/pendekatan. Menghadapi keadaan yang demikian, perlu ada inisiatif
dari pengawas sekolah atau supervisor untuk mengarahkan guru agar melakukan
pembaharuan materi pembelajaran sesuai dengan kemajuan Iptek dan kebutuhan
lingkungan.
Demikian pula dalam
menerapkan metode pembelajaran, guru terus didorong agar berani melakukan uji coba
dan menerapkan metode sesuai denganmateri yang dibahas. Lebih lanjut dijelaskan
oleh Sutisna (1993) bahwa pengawas, penilik, dan orang-orang yang diserahi
tanggung jawab khusus tentang supervisi, jika menginginkan perubahan, maka
mereka harus menghargai perbedaan pandangan, menilai tinggi guru yang kreatif
dan imajinatif.
Supervisi berfungsi sebagai
program pelayanan untuk memajukan pengajaran, dalam situasi belajar sering
terjadi masalah,baik yang dihadapi guru maupun siswa. Guru sering menghadapi kesulitan
dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran, karena itu
supervisor memberikan bimbingan kepada guru agardapat mengelola pembelajaran
secara lebih efektif termasuk bantuan menyelesaikan masalah-masalah belajar
siswa. Supervisi berfungsi meningkatkan kemampuan hubungan manusia, untuk
mencapai tujuan, guru ataupun pengawas sekolah tidak dapat melakukan sendiri,
maka perlu kerjasama dan bantuan sesamaguru, pengawas sekolah ataupun dengan
masyarakat. Pada kenyataannya, tidak semua guru dan pengawas sekolah mampu
melaksanakan hubungan kerjasama dengan pihak-pihak yang terkait, maka tugas
supervisor membantu guru mengenali diri dan mengenali tugas-tugasnya, serta
bagaimana dapat menyelesaikannya. Dan lebih penting adalah membantu guru dan pengawas
sekolah untuk meningkatkan kerjasama dengan orang tua siswa, masyarakat maupun
dengan instansi terkait.
Supervisi sebagai
kepemimpinan kooperatif, keberhasilan supervisi tidak hanya ditentukan oleh
kemampuan supervisor dalam menjalankan tugas dan fungsinya, akan tetapi
memerlukan dukungan dan partisipasi dari pengawas sekolah, guru-guru, konselor,
dan orang tua siswa secara bersama-sama ikut memikirkan perkembangan anak didik
ke arah tercapainya tujuan-tujuan sekolah. Karena itutugas supervisor bukan
hanya menilai kinerja guru, melainkan turut membantu guru untuk memajukan
proses pembelajaran. Pelaksanaan fungsi-fungsi sebagaimana disebutkan di atas,
harus dilaksanakan secara kontinyu, konsistendan terpadu dengan antara program
supervisi dengan program pendidikan di sekolah. Sebab inti dari kegiatan
supervisi adalah pembinaan terhadap kemampuan profesional guru dan tenaga
kependidikan lainnya agar tercipta iklim belajar yang kondusif.
c.
Pendekatan Supervisi
Terdapat beberapa macam
pendekatan supervisi yang dapat dilakukan, dan pilihan terhadap pendekatan
didasari oleh pertimbangan dan alasan tertentu. Wiles dan Lovell (1993)
mengemukakan bahwa pendekatan utama supervisi adalah meliputi, collaborative
supervisiondan clinical supervison. Sedangkan Sergiovanni (1991) mengklasifikasi
pendekatan supervisi menjadi empat macam yaitu, (1) supervisi klinis (clinical supervision), (2) supervisi
kolegial (collegial supervision), (3)
Supervisi individual (selfdirected
supervision), dan (4) Supervisi informal (informal supervision).
Nurtain (1989) berpendapat
bahwa pada masa kini terdapat kecenderungan kegiatan supervisi pengajaran
mengarah kepada supervisi klinis. Lebih lanjutNurtain menjelaskan bahwa
pemilihan terhadap supervisi klinis sebagai pendekatan dengan alasan;
pengajaran tidak dapat dipandang hanya proses penyampaian pengetahuan saja,
akan tetapi suatu perbuatan yang komplek melibatkan unsur teknologi, ilmu,
seni, dan pilihan nilai. Pada prinsipnya tidak ada suatu pendekatan tunggal
yang dapat digunakan untuk segala situasi dan tempat. Pemilihan yang tepat
bergantung pada masalah yang dihadapi dan tujuan yang hendak dicapai. Untuk
kepentingan dimaksud, berikut di uraikan pendekatan kolegial, pendekatan
individual dan pendekatan klinis.
1)
Pendekatan Kolegial
Supervisi kolegial atau
supervisi rekanan diistilahkan dalam beberapa nama antara lain, peer
supervision, cooperative professional development, dan bahkan sering disebut
collaborative supervision.Supervisi kolegial sebagai proses formal moderat
dimana dua orang guru atau lebih bekerjasama untuk kepentingan perkembangan
profesional guru, sebagaimana dikemukakan oleh Glatthorn (Sergiovanni,
1991:303) sebagai berikut: “Collegial
supervision as a moderately formalized process by which two or more teachers
agreed to work together for their own professional growth, usually by observing
each other’s classroom, giving each other feedback about the observation, and
discussing shared professional concerns”. Kegiatan supervisi kolegial
dilakukan dengan saling mengadakan observasi kelas masing-masing, dan
selanjutnya saling memberikan balikan tentang observasi yang dilakukan, dan
membahas masalahmasalah profesional mereka.
Bentuk supervisi kolegial menurut Kimbrough
(1990:183-186) antara lain pertemuan guru-guru (faculty meetings), lokakarya (workshops),
dan observasi sesama guru di kelas (teachers
observing teachers). Pertemuan guru-guru (faculty meetings) harus mempunyai agenda yang jelas dan
membicarakan topik-topik yang berkaitan dengan kemajuan pendidikan di sekolah.
Kegiatan dalam pertemuan guru-guru meliputi, (1) guru tergabung dalam
kelompok-kelompok kecil menentukan topik yang menarik untuk didiskusikan, (2)
guru melakukan curah pendapat (brain storming) berkaitan dengan isue yang
dikemukakan, (3) guru bertukar pengalaman dalam penggunaan sumber belajar atau
media, (4) berdiskusi untuk menyelesaikan masalah siswa, (5) merencanakan
program bersama, (6) mengevaluasi kegiatan yang telah dilakukan oleh guru, (7)
menindaklanjuti hasil evaluasi dan program pembelajaran, (8) berbagi pengalaman
antar guru mengenai keberhasilan dan kegagalan dalam melaksanakan pembelajaran,
(9) mendiskusikan berbagai upaya untuk meningkatkan suasana kerja yang lebih
baik, (10) ikut memikirkan masalah administratif di sekolah dan memberikan
masukan kepada pengawas sekolah.
Supervisi kolegial dapat
jugadilakukan melalui lokakarya (workshops)
yaitu suatu kegiatan kelompok yang terdidi dari pengawas sekolah, supervisor
(pengawas) dan guru untuk memecahkan masalah yang dihadapi melalui percakapan
dan bekerja secara kelompok (Sahertian dan Mataheru, 1985).
Setiap peserta/anggota dalam
lokakarya berusaha untuk mengembangkan kesanggupan berfikir dan bekerja
bersama-sama, baik mengenai masalahmasalah yang bersifat teoretis maupun yang
bersifat praktis dengan maksud untuk meningkatkan kualitas pendidikan umumnya
dan kemampuan profesional masing-masing anggota. Prosedur pelaksanaan lokakarya
(workshops) sebagai berikut, (1) merumuskan tujuan, output yang akan dicapai,
(2) merumuskan pokok-pokok masalah yang akan dibahas secara rinci, (3)
menentukan strategi pemecahan masalah yang meliputi, merumuskan masalah yang
akan dibahas, tujuan pembahasan, metodepembahasan, menentukan alat atau bahan
perlengkapan yang digunakan selama lokakarya, merumuskan kesulitan-kesulitan
yang dihadapi, dan merumuskan simpulan dan saran-saran.
Observasi sesama guru di kelas (teachers
observing teachers) dapat dikategorikan supervisi kolegial karenamelibatkan
sesama rekan guru secara bergantian untuk melihat dan menilai kegiatan
pembelajaran di kelas dengan mencatat keberhasilan dan kekurangannya. Sedangkan
tujuan observasi sesama guru adalah untuk memperoleh data yang lengkap dan
objektif tentang proses pembelajaran termasuk aktivitas siswa selama proses
belajar berlangsung, selanjutnya informasi yang diperoleh dapat dijadikan
balikan (feedback) bagi rekan guru yang diobservasi maupun bagidiri guru yang
bersangkutan. Instrumen (alat) untuk melakukan observasi dapat berupa check
listyaitu daftar itemitem yang sudah dipersiapkan lebih dahulu sehingga guru
tinggal mencocokkan pilihan yang tersedia dengan kenyataan di kelas.Alat
observasi lainnya dapat berupa lembar observasi kelas, tujuannya adalahuntuk
mengetahui tingkat keberhasilan seorang guru dalam mengembangkan sistem instruksional
yang menjadi tanggung jawabnya. Aspek-aspek penting yang tertulis dalam
lembarobservasi antara lain, (1) kemampuan guru dalam merumuskan tujuan
pembelajaran, kompetensi dasar serta indikator yang harus dicapai setiap mata
pelajaran, (2) pencapaian target setiap pertemuan (3) aktivitas siswa selama
proses pembelajaran berlangsung, (4) kreativitas anak dalam memecahkan
kesulitan yang dihadapi secara individu maupun kelompok, (5) kemampuan guru
dalam mengelola kelas, (6) keterampilan guru dalam menggunakan media atau
alatperaga, (7) kemampuan guru dalam membantu kesulitan belajar anak.
2)
Pendekatan Klinis
Supervisi klinis
dikembangkan olehRobert Hammer dan Moris Kogan tahun 1973 serta rekan-rekannya
di Universitas Harvard. Tujuannya adalah mencari pendekatan yang lebih efektif
dalam supervisi pengajaran. Hingga kini, gagasan tentang supervisi klinis telah
berkembang dan mengalami penyesuaian. Cogan (dalam Wiles dan Lovell, 1993:168)
mengemukakan bahwa definisi supervisi klinis adalah sebagai berikut: “Clinical supervision may therefore be define
as the rationale and practice designed to improve the teacher’s classroom
performance. It takes its principal data from the events of the classroom. The
analysis of these data and the relationship between teacher and supervisor form
the basis of the program, procedures and strategies designed to improve the
student’s learning by improving the teacher’s classroom behavior”.
Berdasarkan definisi di atas, supervisi klinis dirancang
untuk meningkatkan performansi guru kelas. Untuk kepentingan dimaksud
diperlukan data dari pengawas sekolah mengenai kejadian di kelas. Analisis dari
peristiwa di kelas dan hubungan antara guru dan supervisor merupakan dasar bagi
program, prosedur, dan strategi yang dirancang untuk meningkatkan pembelajaran
siswa dengan cara meningkatkan perilaku guru kelas. Tidak berbeda dengan
pendapat di atas, Acheson dan Gall (1987) mengartikan supervisi klinis adalah
bentuk supervisi yang difokuskan pada peningkatan pembelajaran dengan tahapan atau
melalui siklus yang sistematis dalam perencanaan, pengamatan serta analisis
yang logis dan intensif mengenai penampilan mengajar yang nyata, dalam
mengadakan perubahan dengan cara yang rasional. Sedangkan tahapan atau siklus
dalam pendekatan klinis menurut beberapa ahli yang dikutip oleh Oliva (1984)
sebagai berikut: Goldhammer, Anderson dan Krajewski (1980) meliputi lima
langkahyaitu, (1) pre observation conference, (2) observation, (3) analysis and
strategy, (4) supervision conference, dan (5) postconference analysis.
Selanjutnya Mosher dan Purpel (1975) membagi tahapan supervisi klinis adalah
(1) planing, (2) observation, dan
(3) evaluation or analysis. Hal yang
sama dikemukakan oleh Acheson dan Gall (1980) bahwa siklus pendekatan klinis
meliputi (1) planning conference, (2) classroom observation, dan (3) feedback
conference.
Pendapat para ahli tentang supervisi klinis
terdapat pengembangan dalam tahap-tahap perencanaan maupun pada pelaksanaannya.
Namun pada dasarnya para ahli mempunyai prinsip yang sama, bahwa supervisi
klinis berlangsung dalam suatu proses yang berbentuk siklusdengan tiga tahap
yaitu (1) pertemuan awal, (2) tahap observasi kelas, dan (3) tahap pertemuan
balikan/evaluasi. Terjadinya variasi dalam pengembangan tahap supervisi klinis disebabkan
oleh pemberian tekanan secara eksplisit dalam beberapa kegiatan yang terdapat
dalam tahap tertentu. Pada tahap pertemuan awal terdapat kegiatan-kegiatan;
pembahasan pemantapan hubungan antara guru dengan supervisor, membuat
perencanaan bersama. Pada tahapan terakhir dari supervisi klinis terdapat
kegiatan-kegiatan; analisis data hasil observasi, pertemuan untuk mendiskusikan
hasil observasi. Prosedur supervisi klinis disebut “siklus” karena ketiga
tahapan itu merupakan suatu proses yang berkelanjutan, pada akhir tahap ketiga
(pertemuan balikan) sudah mulai dibicarakan bahan masukan (input) untuk tahap
pertama (pertemuan awal) pada siklus berikutnya.
3)
Pendekatan Individual
Pendekatan individual dalam
supervisi juga sering disebut wawancara individual yaitu suatu kesempatan yang
diciptakan oleh pengawas atau pengawas sekolah untuk bekerja secara individual
dengan guru sehubungan dengan masalah-masalah profesionalnya (Sutisna, 1993).
Masalah-masalah yang mungkin dibicarakan melalui pembicaraan individual antara
lain; masalah pembelajaran, masalah kesulitan belajar siswa, hubungan antar
guru, atau bahkan guru dimintai pendapat berkaitan dengan kebijakan-kebijakan pengawas
sekolah. Tema yang menjadi pembicaraan berkaitan dengan tugas-tugas guru
sehingga mereka terbantu untuk mengembangkan diri. Pendekatan ini menekankan
pada tanggung jawab pribadi guru terhadap perkembangan profesionalnya. Guru
membuat rancangan pembelajaran, selanjutnya rancangan tersebut disampaikan
kepada supervisor, pengawas sekolah atau pihak lain yang kompeten. Pada akhir
semester biasanya guru dan supervisor bertemu untuk membicarakan
kendala-kendala yang dihadapi selama melaksanakan program pembelajaran. Dalam
pertemuan secara face to face, guru diharapkan dapat menunjukkan dan memberikan
beberapa bentuk dokumentasi yang menggambarkan kemajuan pencapaian tujuan.
Masalah pencapaian menjadi fokus dalam supervisi, sebagaimana dikemukakan oleh
Sergiovanni (1991: 304) sebagai berikut: “A number of problems are associated
with approaches to supervision that rely heavily on target setting”.Pendekatan
individual bermanfaatbagi guru untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya.
Masalah yang didiskusikan dengan supervisor (pengawas/pengawas sekolah) dapat
juga berkaitan dengan permasalahan kerjasama dengan guru lain atau berkaitan
dengan permasalahan orang tua siswa. Pendekatan individual dapat dilakukan
dengan teknik-teknik kunjungan kelas, pembicaraan individual, atau
kunjungankelas antar guru (Sutisna, 1993:268-269). Sedangkan Sahertian menggolongkan
pendekatan individual terdiri dari (1) perkunjungan kelas, (2) observasi kelas,
(3) percakapan pribadi, (4) saling mengunjungi kelas, (5) menilai diri sendiri
(self evaluation). Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan individual
dengan teknik kunjungan kelas oleh pengawas sekolah dengan mempertimbangkan
kelebihan dan kekurangannya.
3. Teknik Supervisi Kunjungan Kelas
a.
Pengertian
Sebagaimana di ketahui
bahwa, supervisi kunjungan kelas merupakan salah satu pendekatan supervisi
individual. Supervisi kunjungan kelas adalah kegiatan pengawas sekolah/pengawas
sekolah mengunjungi kelas tempat guru sedang melaksanakan pembelajaran
(Sahertian dan Mataheru, 1985:45). Pengawas sekolah maupun pengawas dalam
melaksanakan supervisi kepada guru di kelas dilengkapi dengan lembar
observasi/kuesioner yang dijadikan alat ukur keberhasilan guru dalam
membelajarkan siswa. Pendapat yang hampir sama dikemukakan oleh Sutisna
(1993:268) bahwa supervisi kunjungan kelas adalah pengamatan yang dilakukan
oleh pengawas sekolah atau pengawas terhadap guru yang sedang mengajar dan
melihat alat, metode, dan sarana belajar lainnya di kelas. Aspek yang diamati
oleh supervisor di kelas tidak hanya kegiatan guru dalam membelajarkan siswa,
akan tetapi termasuk sarana yang diperlukan untuk mendukung kegiatan
pembelajaran antara lain media, ketepatan metode pembelajaran dengan materi
pelajaran, termasuk ketersediaan bahan ajar lainnya. Dalam pelaksanaan
supervisi kunjungan kelas dapat dilakukan secara mendadak tanpa pemberitahun,
dengan pemberitahuan terlebih dahulu, atau atas permintaan guru. Tapi satu hal
yang pasti ialah dalam supervisi kunjungan kelas terjadi dialog antara guru dan
pengawas sekolah. Melalui dialog itu guru akan melihat kelebihan dan
kekurangannya. Guru mendapat pengalaman yang dapat memotivasi untuk melakukan
refleksi. Dalam konteks penelitian ini menggunakan teknik supervisi kunjungan
kelas dengan memberitahu guru terlebih dahulu agar guru dapat mempersiapkan
diridari segi mental, penguasaan materi dan strategi pembelajaran maupun
pengelolaan kelas.
b.
Langkah-langkah
Supervisi Kunjungan Kelas
Supervisi kunjungan kelas
dilaksanakan melalui tahapan atau langkahlangkah tertentu agar pelaksanaan
dapat berjalan lancar dan mencapai target yang di tentukan. Langkah-langkah supervisi
kunjungan kelas meliputi, (1) tahap persiapan, (2) tahap pelaksanaan, (3) tahap
evaluasi.
1)
Tahap Persiapan
Tahap persiapan merupakan
pembuatan kerangka kerja, instrumen penilaian dipersiapkan oleh supervisor dan
guru sebaiknya juga mengetahui indikator-indikator yang menjadi objek
penilaian. Selanjutnya guru diberitahukan waktu akan diadakan supervisi.
Aktivitas-aktivitas yang dilakukan pada tahap persiapan ialah (1) menilai
pencapaian belajar siswa pada bidang studi tertentu, (2) mempersiapkan instrumen
atau alat observasi kunjungan kelas, (3) memberitahukan kepada guru yang akan
disupervisi termasuk waktu kunjungan, (4) mengadakan kesepakatan pelaksanaan
supervisi.
2)
Tahap Pelaksanaan
Pada tahap ini, guru melakukan kegiatan
pembelajaran sesuai rencana pembelajaran (RP) yang telah dibuat. Selanjutnya
supervisor melakukan observasi berdasarkan instrumen atau pedoman observas yang
telah disediakan. Tahap pelaksanaan supervisi kunjungan kelas sebagai berikut,
(1) supervisor bersama guru memasuki ruang kelas tempat prosespembelajaran akan
berlangsung, (2) guru menjelaskan kepada siswa tentang maksud kedatangan
supervisor di ruang kelas, (3) guru mempersilakan supervisor untuk menempati
tempat duduk yang telah disediakan, (4) guru mulai melaksanakan kegiatan
mengacu pada rencana pembelajaran (RP) yang telah dibuat, (5) supervisor
mengobservasi penampilan guru berdasarkan format observasi yang telah
disepakati, (6) setelah guru selesai melaksanakan seluruh rangkaian kegiatan
pembelajaran, bersama-sama dengan supervisor meninggalkan ruang kelas dan
pindah ke ruang guru atau ruang pembinaan.
3)
Tahap Evaluasi dan
balikan
Tahap akhir dari supervisi
kunjungan kelas adalah evaluasi dan refleksi. Supervisor dalam hal ini pengawas
sekolah mengevaluasi hal-hal yang telah terjadi selama observasi terhadap guru
selama melaksanakan proses pembelajaran. Tahap evaluasi merupakan diskusi umpan
balik antara supervisor (pengawas sekolah) dan guru. Suasana pertemuan penuh
persahabatan, bebas dari prasangka, dan tidak bersifat mengadili. Supervisor
memaparkan data secara objektif sehingga guru dapat mengetahui kekurangan dan
kelebihan selama prosespembelajaran berlangsung. Yang menjadi dasar dari
balikan terhadap guru adalah kesepakatan tentang item-item observasi yang
digunakan, sehingga guru menyadari tingkat keberhasilan dalam melaksanakan
pembelajaran. Secara lebih konkrit langkah-langkah evaluasi dan balikan sebagai
berikut, (1) pengawas sekolah menanyakan perasaan guru selama proses
observasiberlangsung untuk menciptakan suasana santai agar guru tidak merasa di
adili, (2) pengawas sekolah memberikan penguatan kepada guru yang telah
melaksanakan pembelajaran dalam suasana penuh persahabatan, (3) pengawas
sekolah bersama-sama guru membicarakan kembali kontrak yang pernah dilakukan
mulai daritujuan pengajaran sampai evaluasi pengajaran, (4) Supervisor
menunjukkan datahasil observasi yang telah dianalisis dan diinterpretasikan,
kemudian memberikan waktu pada guru untuk menganalisis data dan
menginterpretasikan, selanjutnya didiskusikan bersama, (5) menanyakan kembali
perasaan guru setelah mendiskusikan hasil analisis dan interpretasi data hasil
observasi, dan meminta guru menganalisis proses dan hasil pembelajaran yang
telah dicapai oleh siswa, (6) bersama-sama guru, supervisor membuat kesimpulan
tentang hasil pencapaian latihan pembelajaran yang telah dilakukan.
B.
Kerangka Pikir
Dalam menjalankan tugas
sebagai supervisor, pengawas sekolah dapat memilih pendekatan yang tepat sesuai
dengan masalah yang dihadapi guru dan perlu memperhatikan tingkat kematangan
guru. Supervisi tidak didefinisikan secara sempit sebagai satu cara terbaik
untuk diterapkan disegala situasi melainkan perlu memperhatikan kemampuan
individu, kebutuhan, minat, tingkat kematangan individu, karakteristik personal
guru, semua itu dipertimbangkan untuk menerapkan supervisi.
Prioritas utama pendidikan
di Indonesia adalah meningkatkan mutu, selanjutnya relevansi, pemerataan,
efektivitas dan efisiensi. Fakta yang terjadi dilapangan ini mendorong semua
pihak teruta-ma para pemikir, pemerhati, dan pihak-pihak yang bertanggung jawab
terhadap masalah pendidikan di Indonesia untuk bersama-sama memperbaiki
kualitas pengajaran pada semua jenis dan jenjang pendidikan di sekolah.
Untuk
menilai sejauhmana siswa telah menguasai beragam kompetensi, tentu saja
berbagai jenis penilaian perlu diberikan sesuai dengan kompetensi yang akan
dinilai, seperti unjuk kerja/kinerja (performance),
penugasan (proyek), hasil karya (produk), kumpulan hasil kerja siswa (portofolio), dan penilaian tertulis (paper and pencil test). Jadi, tujuan
penilaian adalah memberikan masukan informasi secara komprehensif tentang hasil
belajar peserta didik, baik dilihat ketika saat kegiatan pembelajaran
berlangsung maupun dilihat dari hasil akhirnya, dengan menggunakan berbagai
cara penilaian sesuai dengan kompetensi yang diharapkan dapat dicapai peserta
didik.
Supervisi kunjungan kelas
dilaksanakan melalui tahapan atau langkahlangkah tertentu agar pelaksanaan
dapat berjalan lancar dan mencapai target yang di tentukan. Langkah-langkah
supervisi kunjungan kelas meliputi, (1) tahap persiapan, (2) tahap pelaksanaan,
(3) tahap evaluasi.
Dalam pelaksanaan supervisi
kunjungan kelas dapat dilakukan secara mendadak tanpa pemberitahun, dengan
pemberitahuan terlebih dahulu, atau atas permintaan guru. Tapi satu hal yang
pasti ialah dalam supervisi kunjungan kelas terjadi dialog antara guru dan pengawas
sekolah. Melalui dialog itu guru akan melihat kelebihan dan kekurangannya. Guru
mendapat pengalaman yang dapat memotivasi untuk melakukan refleksi. Dalam
konteks penelitian ini menggunakan teknik supervisi kunjungan kelas dengan
memberitahu guru terlebih dahulu agar guru dapat mempersiapkan diri dari segi
mental, penguasaan materi dan strategi pembelajaran maupun pengelolaan kelas.
C.
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teori dan kerangka
pikir yang diuraikan di atas, maka dapat
disimpulkan hipotesis dalam penelitian adalah Pelaksanaan Kegiatan Supervisi
Kunjungan Kelas dapat Meningkatkan Kemampuan Guru Kelas dalam
Melakukan Kegiatan Penilaian Hasil Belajar di SDN 001 .........................
Tahun ………
Untuk mendapatkan file secara lengkap, terdiri dari Bagian Depan, Bab I, II, III, IV, V, Daftar Pustaka dan Lampiran2, silakan klik disini.
Terima kasih.