Loggo Daerah
LAPORAN
PENELITIAN
TINDAKAN KELAS
UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL
BELAJAR MATEMATIKA DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM
BASED LEARNING) PADA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DI KELAS
VIII-2
SMP NEGERI 7 ........................
TAHUN PELAJARAN 2013/2014
Disusun dan Diajukan sebagai
Salah Satu Syarat
Kenaikan Pangkat Golongan
dari .../a ke .../b
Oleh
........................
NIP. ........................
SMP
NEGERI 7 ........................
Jl. .............................................................................
2012
LEMBAR PENGESAHAN
1. Judul Penelitian
|
Upaya
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika dengan strategi
pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) pada materi sistem
persamaan linear dua variabel di kelas VIII-2 SMPN 7 ........................ Tahun Pelajaran 2013/2014
|
2. Identitas Peneliti
a. Nama Lengkap dan Gelar
b. Jenis Kelamin
c. Pangkat, Golongan, NIP
d. Asal Sekolah
e. Alamat Kantor
f. Alamat Rumah
|
.............................................
.............................................
.............................................
.............................................
.............................................
.............................................
.............................................
Telp/HP. ..............................
|
3. Lama Penelitian
4. Sumber Biaya
|
3 bulan / dari bulan ............ sampai dengan bulan ..................
20....
Swadana
|
…………….,…………………….
Petugas Perpustakaan Peneliti
…………………….. ………………………
NIP. …………………….. NIP. ……………………..
Mengetahui/Mengesahkan
Kepala Sekolah
……………………………….
NIP.……………………..
KATA PENGANTAR
Penulis
bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa,
Allah SWT, karena berkat rahmat dan karuniaNyalah seluruh proses penelitian
sampai penulisana laporan berjudul “Upaya meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar matematika dengan strategi pembelajaran berbasis
masalah (problem based learning) pada materi sistem persamaan linear dua
variabel di kelas VIII-2 SMPN 7 ........................ Tahun Pelajaran 2013/2014” dapat
terselesaikan. Laporan
ini dibuat untuk memenuhi persyaratan kenaikan pangkat dan golongan dari ..… ke …..
Peneliti mengakui, dengan terselesaikannya penulisan karya tulis ini,
tentunya tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena
itu, melalui tulisan ini peneliti mengucapkan terimakasih kepada :
1.
………………….., Kepala Dinas ……………. yang telah mengijinkan dan mendukung dilakukannya
Penelitia Tindakan Kelas ini.
2. …………..,
SMP/MTS ……………. yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan
pada penulisan karya tulis ini.
3.
………………….. serta teman-teman guru SMPN 7 ........................ lainnya yang senantiasa memberi
semangat dan dorongan selama penelitian dan penulisan karya tulis ini
berlangsung.
4.
Siswa-siswa kami kelas VIII-2, yang telah ikut terlibat
dalam Penelitian Tindakan Kelas ini.
Penelitipun
menyadari, bahwa penulisan karya tulis
ini masih banyak kekurangannya. Untuk itu, segala kritik dan saran yang
sifatnya membangun, akan peneliti terima dengan senang hati.
Akhirnya peneliti
berharap semoga karya tulis ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.
…………………… …….
Peneliti
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR JUDUL............................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................. ii
KATA PENGANTAR....................................................................................... iii
DAFTAR ISI..................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL.............................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR......................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... vii
ABSTRAK......................................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah........................................................
B.
Rumusan Masalah ..................................................................
C.
Tujuan Penelitian ...................................................................
D.
Manfaat Penelitian .................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori ...........................................................................
B. Kerangka Berpikir .................................................................
C. Hipotesis Tindakan ................................................................
BAB III METODE PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian ......................................................................
B.
Subjek Penelitian ...................................................................
C.
Prosedur Penelitian ................................................................
D.
Instrumen Penelitian ..............................................................
E.
Teknik Pengumpulan Data ....................................................
F.
Teknik Analisis Data..............................................................
G.
Kriteria Keberhasilan Tindakan .............................................
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ......................................................................
B. Pembahasan............................................................................
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................
B. Saran.......................................................................................
DAFTAR
PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
TABEL Halaman
Tabel 3.1 Kisaran Skor Lembar
Observasi Aktivitas Siswa .......................
Tabel 4.1 Rekapitulasi Hasil Tes
Formatif Kondisi Awal...........................
Tabel 4.2 Rekapitulasi Hasil
Observasi Aktivitas Siswa dalam Kegiatan Pembelajaran Kondisi Awal
Tabel 4.3 Rekapitulasi Hasil Tes
Formatif Siklus Pertama..........................
Tabel 4.4 Rekapitulasi Hasil
Observasi Aktivitas Siswa dalam Kegiatan Pembelajaran Siklus Pertama
Tabel 4.5 Rekapitulasi Hasil Tes
Formatif Siklus Kedua............................
Tabel 4.6 Rekapitulasi Hasil
Observasi Aktivitas Siswa dalam Kegiatan Pembelajaran Siklus Kedua
Tabel 4.7 Peningkatan Nilai, dan
Ketuntasan Belajar Siswa pada Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
Tabel 4.8 Peningkatan
Aktivitas Belajar Siswa pada Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR Halaman
Gambar 4.1 Gambar 3.1 Alur
Penelititan Tindakan Kelas (Arikunto,dkk. 2010)
Gambar 4.1 Peningkatan Nilai, dan
Ketuntasan Belajar Siswa pada Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II ..................................................................................................
Gambar 4.2 Peningkatan
Aktivitas Belajar Siswa pada Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat Ijin Penelitian
Lampiran 2 : Surat Pernyataan Kesediaan Menjadi Observer
Lampiran 3 : Jurnal Kegiatan Penelitian
Lampiran 4 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Siklus I
Lampiran 5 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Siklus II
Lampiran 6 : Daftar Hadir Siswa Kondisi Awal, Siklus I
dan Siklus II
Lampiran 7 : Daftar Hadir Peneliti dan Observer Kondisi
Awal, Siklus I dan Siklus II
Lampiran 8 : Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa Kondisi
Awal, Siklus I dan Siklus II
Lampiran 9 : Daftar Nilai Hasil Observasi Peningkatan
Aktivitas Belajar Siswa
Lampiran 10 : Contoh Hasil Pekerjaan Siswa
Lampiran 11 : Dokumentasi Pelaksanaan
Kegiatan Penelitian Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II
UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL
BELAJAR MATEMATIKA DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM
BASED LEARNING) PADA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DI KELAS
VIII-2
SMP NEGERI 7 ........................
TAHUN PELAJARAN 2013/2014
Oleh
........................
NIP. ........................
ABSTRAK
Penelitian
ini bertujuan untuk meningkatan hasil belajar siswa kelas VIII-2 SMPN 7 ........................
pada materi sistem persamaan linear dua variabel dengan menggunakan model Problem Based
Learning. Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas kelas
VIII-2 SMPN 7 ........................, yang terdiri dari 24 orang. Penelitian
ini dilaksanakan dalam 2 siklus terdiri dari empat komponen, yaitu:
perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan atau observasi, serta analisis
dan refleksi. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, dan pemberian
tes pada setiap akhir siklus pembelajaran. Teknik analisa data dengan
menggunakan teknik deskriptif kualitatif persentase. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa Peningkatan aktivitas siswa menunjukkan perolehan pada studi
awal hanya 9 siswa atau 37,50%, naik menjadi 13 siswa atau 54,17% pada siklus
pertama, dan 100% pada siklus kedua atau semua siswa meningkat aktivitas dalam
pembelajaran. Hal di atas didukung pula oleh peningkatan hasil belajar siswa
dari rata-rata pada studi awal hanya
57,92 naik menjadi 65,00 pada siklus pertama, dan 73,75 pada siklus kedua, dengan tingkat ketuntasan belajar
sebanyak 5 siswa (20,83%) pada studi
awal, 45,83% atau 11 siswa pada siklus
pertama, dan pada siklus terakhir
menjadi 95,83%, atau dari 24 siswa yang mengikuti pelaksanaan perbaikan
pembelajaran 23 siswa dinyatakan tuntas belajarnya dan satu siswa belum tuntas
belajarnya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa “Jika digunakan model Problem
Based Learning pada materi sistem persamaan linear dua variabel , maka
hasil belajar siswa kelas VIII-2 SMPN 7 ........................ Tahun
Pelajaran 2013/2014 akan meningkat”.
Kata kunci : problem based learning, aktivitas, hasil belajar
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Matematika merupakan ilmu yang sangat
penting dan dipelajari mulai dari sekolah dasar (SD) sampai dengan sekolah
menengah atas (SMA). Sedangakan pendidikan merupakan satu hal penting yang
menentukan perkembangan suatu bangsa, maka untuk menghasilkan sumber daya
manusia yang berkualitas, diperlukan modal dari hasil pendidikan itu sendiri.
Pelajaran matematika juga memiliki sifat yang abstrak, pemahaman konsep yang
benar sangat penting karena untuk memahami konsep matematika yang baru
diperlukan prasyarat pemahaman terhadap konsep tersebut.
Pembelajaran Matematika di SMP selama
ini masih didominasi oleh pembelajaran konvensional dimana siswa diposisikan
sebagai objek pembelajaran, siswa dianggap tidak tahu atau belum mengerti
apa-apa, sementara guru memposisikan diri sebagai seorang yang mempunyai
pengetahuan. Sehingga guru terkesan menggurui dan memiliki otoritas tertinggi
dalam proses pembelajaran. Selama ini pembelajaran Matematika yang diberikan di
sekolah sudah bentuk jadi dan keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar
masih relative rendah dalam berusaha menemukan sendiri konsep dari materi yang
diajarkan.
Guru sebagai tenaga professional pendidikan
memiliki peran penting dalam proses belajar mengajar. Guru harus mampu untuk
menjelaskan pengetahuan yang dimiliki kepada siswanya melalui pengelolaan
pembelajaran dengan menerapkan pendekatan dan model-model pengajaran yang
sesuai dengan pokok bahasan dan tingkat kognitif siswa. Selain itu, guru juga
harus memperhatikan bahwa siswa adalah peserta didik yang harus diikutsertakan
secara aktif dalam proses belajar mengajar sehingga materi yang diajarkan lebih
bermakna bagi siswa dan tujuan pembelajaran yang diinginkan dapat tercapai
(Dimyati dan Mudjiono, 2012 : 20).
Pemilihan pendekatan atau strategi pembelajaran
yang akan digunakan oleh guru dalam proses belajar mengajar dapat mempengaruhi
minat dan motivasi siswa untuk belajar. Selain itu, juga dapat mempengaruhi
pemahaman siswa terhadap materi ataupun konsep-konsep dasar yang akhirnya
memberikan pengaruh pada aktivitas dan hasil belajar siswa.
Berdasarkan hasil observasi awal yang
dilakukan peneliti, khususnya di kelas VIII-2 SMPN 7 ........................
yang merupakan subjek penelitian peneliti. Diperoleh hasil bahwa 79,17% siswa
atau 19 siswa mendapatkan nilai di bawah standar ketuntasan yaitu 68,00. Model
pengajaran yang terjadi di kelas tersebut secara umum masih menggunakan metode
ceramah yang kegiatannya lebih banyak melibatkan guru sehingga siswa dalam
proses belajar mengajar lebih cenderung pasif. Kondisi ini menunjukkan bahwa
diperlukannya suatu usaha perbaikan dalam model pengajaran matematika yang
dapat merangsang siswa untuk belajar secara aktif dalam proses belajar
mengajar.
Proses pembelajaran matematika harus
melibatkan proses dan aktivitas berpikir siswa secara aktif dengan
mengembangkan kemampuan kognitif masing masing siswa, dikarenakan perkembangan
kognitif sebagai penentu kecerdasan intelektual anak, kemampuan kognitif terus
berkembang seiring dengan proses pendidikan serta juga dipengaruhi oleh faktor
perkembangan fisik terutama otak secara biologis. Perkembangan selanjutnya
berkaitan dengan kognitif adalah bagaimana mengelola atau mengatur kemampuan
kognitif tersebut dalam merespon situasi atau permasalahannya. Tentunya, aspek-aspek
kognitif tidak dapat berjalan sendiri secara terpisah tetapi perlu dikendalikan
atau diatur sehingga jika seseorang akan menggunakan kemampuan kognitifnya maka
perlu kemampuan untuk menentukan dan pengatur aktivitas kognitif apa yang akan
digunakan.
Kenyataan di lapangan siswa hanya
menghafal konsep dan kurang mampu menggunakan konsep tersebut jika menemui
masalah dalam kehidupan nyata yang berhubungan dengan konsep yang dimiliki
(Trianto, 2011 : 65). Lebih jauh lagi bahkan siswa kurang mampu menentukan
masalah dan merumuskannya. Rendahnya aktivitas pembelajaran ataupun pengajaran
apalagi jika dikaitkan terhadap pemahaman siswa mengenai pemahaman materi yang
diajarkan. Pemahaman yang dimaksud ini adalah pemahaman siswa terhadap dasar
kualitatif di mana fakta-fakta saling berkaitan dengan kemampuannya untuk
menggunakan pengetahuan tersebut dalam situasi baru. Sebagian besar siswa
kurang mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana
pengetahuan tersebut akan dimanfaatkan / diaplikasikan pada situasi baru.
Menurut Arends (Trianto, 2011 : 66-67)
didalam mengajar guru selalu menuntut siswa untuk belajar dan jarang memberikan
pelajaran tentang bagaimana siswa untuk belajar, guru juga menuntut siswa untuk
menyelesaikan masalah, tapi jarang mengajarkan bagaimana siswa seharusnya
menyelesaikan masalah. Untuk memberikan pemahaman konsep materi yang diajarkan
agar dapat digunakan dan dapat diingat juga masih menjadi masalah yang
mendasar. Bagaimana guru dapat berkomunikasi baik dengan siswanya, bagaimana
guru dapat membuka wawasan berpikir yang beragam dari seluruh siswa, sehingga
dapat mempelajari berbagai konsep dan cara mengaitkannya dalam kehidupan nyata.
Boud dan Margetson (Rusman, 2012:230) mengatakan bahwa Pembelajaran Berbasis
Masalah adalah inovasi yang paling signifikan dalam pendidikan. PBM membantu
meningkatkan perkembangan keterampilan belajar dalam pola pikir yang terbuka,
reflektif, kritis, dan belajar aktif.
Dari uraian di atas, peneliti merasa
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ upaya meningkatkan aktivitas
dan hasil belajar matematika dengan strategi pembelajaran berbasis masalah (problem
based learning) pada materi sistem persamaan linear dua variabel di kelas VIII-2
SMPN 7 ........................ Tahun
Pelajaran 2013/2014.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut,
maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimanakah meningkatkan aktivitas siswa melalui
penerapan strategi pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning) dalam
pembelajaran matematika pada pembahasan materi sistem persamaan linear dua
variabel di kelas VIII-2 SMPN 7 ........................ ?
2. Bagaimana meningkatkan hasil belajar matematika
siswa melalui penerapan strategi pembelajaran berbasis masalah (problem
based learning) dalam pembelajaran matematika pada pembahasan materi sistem
persamaan linear dua variabel di kelas VIII-2 SMPN 7 ........................ ?
C.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan di atas, maka
tujuan penelitian adalah :
1. Untuk mengetahui cara meningkatkan aktivitas
siswa melalui penerapan pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) dalam pembelajaran matematika pada
pembahasan materi sistem persamaan linear dua variabel di kelas VIII-2 SMPN 7 ........................
?
2. Untuk mengetahui cara meningkatkan hasil
belajar matematika siswa melalui penerapan strategi pembelajaran berbasis
masalah (problem based learning)
dalam pembelajaran matematika pada pembahasan materi sistem persamaan linear
dua variabel di kelas VIII-2 SMPN 7 ........................ ?
D.
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini
adalah :
1. Bagi siswa
a. Meningkatkan hasil belajar siswa, khususnya pada mata pelajaran
matematika.
b. Melatih siswa agar lebih aktif dalam proses belajar mengajar,
khususnya pada mata pelajaran matematika.
2.
Bagi Guru
a. Memberikan alternatif lain bagi guru tentang strategi pembelajaran
yang dapat digunakan dalam proses belajar mengajar.
b. Memberikan informasi kepada guru, bahwa peran keaktifan siswa
dalam proses belajar mengajar sangat diperlukan.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Aktivitas Belajar
Aktivitas merupakan prinsip atau asas
yang sangat penting didalam interaksi belajar-mengajar. Dalam aktivitas belajar
ada beberapa prinsip yang berorientasi pada pandangan ilmu jiwa, yakni menurut
pandangan ilmu jiwa lama dan ilmu jiwa modern. Menurut pandangan ilmu jiwa lama
aktivitas didominasi oleh guru sedang menurut pandangan ilmu jiwa modern,
aktivitas didominasi oleh siswa.
Aktivitas belajar merupakan hal yang sangat
penting bagi siswa, karena memberikan kesempatan kepada siswa untuk bersentuhan
dengan obyek yang sedang dipelajari seluas mungkin, karena dengan demikian
proses konstruksi pengetahuan yang terjadi akan lebih baik. Aktivitas Belajar
diperlukan aktivitas, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat mengubah
tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada
aktivitas. Dari uraian diatas dapat diambil pengertian aktivitas belajar adalah
keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian dalam kegiatan
belajar guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh
manfaat dari kegiatan tersebut.
Adapun jenis-jenis aktivitas dalam
belajar yang digolongkan oleh Paul B. Diedric (Sardiman, 2012: 101) adalah
sebagai berikut:
a. Visual activities, yang
termasuk di dalamnya misalnya membaca, memperhatikan gambar demonstrasi,
percobaan, pekerjaan orang lain.
b. Oral Activities, seperti
menyatakan merumuskan, bertanya, memberi saran, berpendapat, diskusi,
interupsi.
c. Listening Activities, sebagai
contoh mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato.
d. Writing Activities, seperti
misalnya menulis cerita, karangan, laporan, menyalin.
e. Drawing Activities,
menggambar, membuat grafik, peta, diagram.
f. Motor Activities, yang
termasuk di dalamnya antara lain: melakukan percobaan, membuat konstruksi,
model, mereparasi, berkebun, beternak.
g. Mental Activities, sebagai
contoh misalnya: menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis,
mengambil keputusan.
h. Emotional Activities, seperti
misalnya, merasa bosan, gugup, melamun, berani, tenang.
Berdasarkan berbagai pengertian jenis
aktivitas di atas, peneliti berpendapat bahwa dalam belajar sangat dituntut
keaktifan siswa. Siswa yang lebih banyak melakukan kegiatan sedangkan guru
lebih banyak membimbing dan mengarahkan.
2. Hasil Belajar
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2012 : 3)
hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak
mengajar setelah proses belajar mengajar. Hasil belajar terdiri dari beberapa
aspek yaitu aspek kognititf (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotorik
(keterampilan/prilaku). Hasil belajar bukan hanya berupa pengetahuan yang lebih
banyak bersifat hafalan, tetapi juga berupa keterampilan, sikap, motivasi, dan
perilaku siswa.
Dengan demikian, hasil belajar dapat
diartikan sebagai hasil dari interaksi belajar dan mengajar yang terdiri dari
tiga aspek yaitu aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikokmotor
(keterampilan/perilaku).
3. Pembelajaran Matematika
Pentingnya pelajaran matematika tidak
lepas dari peran matematika
dalam segala aspek kehidupan oleh karena itu matematika tidak terlepas
dari pembelajaran. Menurut Enceng Mulyana (2008:17), pembelajaran
dapat diartikan sebagai setiap upaya yang sistematis dan disengaja untuk
menciptakan kondisi-kondisi agar terjadi kegiatan belajar membelajarkan.
dalam segala aspek kehidupan oleh karena itu matematika tidak terlepas
dari pembelajaran. Menurut Enceng Mulyana (2008:17), pembelajaran
dapat diartikan sebagai setiap upaya yang sistematis dan disengaja untuk
menciptakan kondisi-kondisi agar terjadi kegiatan belajar membelajarkan.
Menurut Usman (Asep Jihad, 2008: 12)
pembelajaran adalah inti dari
proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang
peranan utama. Pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung
serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik
yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.
Menurut Oemar Hamalik (2005:57) pembelajaran adalah suatu kombinasi
yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, matrial, fasilitas, perlengkapan, da prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan
pembelajaran.
proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang
peranan utama. Pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung
serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik
yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.
Menurut Oemar Hamalik (2005:57) pembelajaran adalah suatu kombinasi
yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, matrial, fasilitas, perlengkapan, da prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan
pembelajaran.
Menurut Arief, dkk (2003:9) proses
pembelajaran harus dirancang
secara sistematis dengan memusatkan perhatian pada siswa. Pembelajaran
direncanakan berdasarkan kebutuhan dan karakteristik siswa serta
diarahkan kepada perubahan tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan yang
akan tercapai.
secara sistematis dengan memusatkan perhatian pada siswa. Pembelajaran
direncanakan berdasarkan kebutuhan dan karakteristik siswa serta
diarahkan kepada perubahan tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan yang
akan tercapai.
Dari uraian di atas disimpulkan bahwa
pembelajaran adalah sebagai
upaya sistematis yang terdapat interaksi didalamnya baik itu antara guru
dengan siswa, siswa dengan siswa, siswa dengan sumber belajar, sehingga
mengarah kepada perubahan tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai.
upaya sistematis yang terdapat interaksi didalamnya baik itu antara guru
dengan siswa, siswa dengan siswa, siswa dengan sumber belajar, sehingga
mengarah kepada perubahan tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai.
Pembelajaran matematika, menurut Bruner
(Herman Hudoyo, 2000 : 56) adalah belajar tentang konsep dan struktur matematika
yang terdapat
dalam materi yang dipelajari serta mencari hubungan antara konsep dan
struktur matematika di dalamnya. Menurut Cobb (Erman Suherman,
2003: 71) pembelajaran matematika sebagai proses pembelajaran yang
melibatkan siswa secara aktif mengkonstruksi pengetahuan matematika.
Dari uraian di atas disimpulkan bahwa pembelajaran matematika
merupakan proses aktif dan konstruktif sehingga siswa mencoba
menyelesaikan masalah yang ada sekaligus menjadi penerima atau sumber dipelajari serta mencari hubungan antara konsep dan struktur matematika
di dalamnya.
dalam materi yang dipelajari serta mencari hubungan antara konsep dan
struktur matematika di dalamnya. Menurut Cobb (Erman Suherman,
2003: 71) pembelajaran matematika sebagai proses pembelajaran yang
melibatkan siswa secara aktif mengkonstruksi pengetahuan matematika.
Dari uraian di atas disimpulkan bahwa pembelajaran matematika
merupakan proses aktif dan konstruktif sehingga siswa mencoba
menyelesaikan masalah yang ada sekaligus menjadi penerima atau sumber dipelajari serta mencari hubungan antara konsep dan struktur matematika
di dalamnya.
4. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem
Based Learning)
Pembelajaran berbasis masalah (problem
based learning) atau disingkat PBL merupakan salah satu model pembelajaran
inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa. PBL adalah
suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah
melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan
yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan
untuk memecahkan masalah (Ngalimun, 2013 : 89).
Model pembelajaran PBL menekankan keaktifan
siswa, siswa dituntut aktif dalam memecahkan suatu masalah. Inti dari model PBL
adalah masalah (problem). Model PBL bercirikan penggunaan masalah kehidupan
nyata sebagai sesuatu yang harus dipelajari oleh siswa untuk melatih dan
meningkatkan keterampilan berpikir kritis sekaligus pemecahan masalah, serta
mendapatkan pengetahuan konsep-konsep penting. Oleh karena itu guru harus memfokuskan
diri untuk membantu siswa mencapai keterampilan mengarahkan diri. Dengan
pengertian tersebut, maka model pembelajaran PBL ini bisa digolongkan kedalam
pembelajaran berbasis sains (Sitiatava, 2012 : 67).
PBL berfokus pada penyajian suatu
permasalahan terhadap siswa, kemudian ia diminta mencari pemecahan masalah
melalui serangkaian penelitian dan investigasi berdasarkan teori, konsep, serta
prinsip yang dipelajari dari berbagai bidang ilmu (multiple perspective). Dalam
hal ini, permasalahan menjadi fokus, stimulus, dan pemandu proses belajar,
sedangkan guru menjadi fasilitator dan pembimbing.
Pada penerapan metode problem based
learning, masalah tidak hanya dilihat sebagai sumber belajar tetapi masalah
dapat menjadi strategi untuk meningkatkan proses pembelajaran di kelas. Berikut
adalah pandangan penggunaan masalah sebagai strategi dalam penerapan problem
based learning didalam kelas (Sitiatava, 2012 : 69) :
a. Permasalahan sebagai pemandu ; masalah menjadi acuan konkret yang
harus menjadi perhatian siswa. Bacaan diberikan sejalan dengan masalah. Dan,
masalah menjadi kerangka berpikir siswa dalam mengerjakan tugas.
b. Pemasalahan sebagai kesatuan dan alat evaluasi ; masalah disajikan
setelah tugas-tugas dan penjelasan diberikan. Tujuannya ialah memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menerapkan pengetahuannya guna memecahkan
masalah.
c. Permasalahan sebagai contoh ; masalah disajikan sebagai contoh dan
bagian dari bahan belajar. Masalahpun digunakan untuk menggambar teori serta
konsep atau prinsip, yang dibahas antara siswa dan guru.
d. Permasalahan sebagai fasilitas proses belajar ; masalah dijadikan
sebagai alat untuk melatih siswa dan guru.
e. Permasalahn sebagai stimulus belajar ; masalah bisa merangsang
siswa untuk mengembangkan keterampilan mengumpulkan dan menganalisis data yang
berkaitan dengan masalah dan keterampilan metakognitif.
5. Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran berbasis masalah merupakan
penggunaan berbagai macam kecerdasan yang diperlukan untuk melakukan
konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan untuk menghadapi segala
sesuatu yang baru dan kompleksitas yang ada (Rusman, 2012 : 232).
Karakteristik pembelajaran berbasis
masalah adalah sebagai berikut :
a. Belajar dimulai dengan satu masalah.
b. Memastikan bahwa masalah tersebut berhubungan dengan kehidupan
sehari hari.
c. Mengorganisasikan pelajaran seputar masalah, bukan disiplin ilmu.
d. Memberikan tanggung jawab yang besar kepada siswa dalam membentuk
dan menjalankan secara langsung proses belajar.
e. Menggunakan kelompok kecil.
f. Menuntut siswa untuk mendemonstrasikan yang telah dipelajari dalam
bentuk produk atau kinerja.
Berdasarkan uraian tersebut, tampak
jelas bahwa pembelajaran dengan model PBL dimulai dengan adanya masalah yang
dapat dimunculkan oleh siswa ataupun guru, kemudian siswa memperdalam
pengetahuannya tentang sesuatu yang telah diketahuinya sekaligus yang perlu
diketahuinya untuk memecahkan masalah yang dianggap menarik untuk dipecahkan,
sehingga ia terdorong untuk berperan katif dalam belajar.
6. Penerapan Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah
Ada beberapa cara menerapkan PBL dalam
pembelajaran. Secara umum penerapan model ini mulai dengan adanya masalah yang
harus dipecahkan atau dicari pemecahannya oleh siswa. Masalah tersebut dapat berasal
dari siswa atau mungkin juga diberikan oleh pengajar. Siswa akan memusatkan
pembelajaran di sekitar masalah tersebut, dengan arti lain, siswa belajar teori
dan metode ilmiah agar dapat memecahkan masalah yang menjadi pusat
perhatiannya.
Menurut Rusman (2010 : 237) dalam problem
based learning sebuah masalah yang dikemukakan kepada siswa harus dapat
membangkitkan pemahaman siswa terhadap masalah, sebuah kesadaran akan
kesenjangan, pengetahuan, keinginan memecahkan masalah, dan persepsi bahwa
meraka mampu memecahkan masalah tersebut. Masalah yang disajikan dalam problem based
learning sebaiknya merupakan masalah autentik. Masalah autentik adalah masalah
yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari dan bermanfaat langsung jika
ditemukan penyelesainnya. Langkah-langkah dalam pengajaran PBL terjadi dalam 5
fase, berikut ini adalah tahap pembelajaran menurut Ibrahim dan Nur (Rusman
2012 : 243) :
a. Mengorientasikan siswa pada masalah
Pembelajaran dimulai dengan menjelaskan
tujuan pembelajaran dan aktivitas aktivitas yang akan dilakukan. Dalam
penggunaan PBL, tahapan ini sangat penting dimana guru harus menjelaskan dengan
rinci apa yang harus dilakukan oleh siswa. Disamping proses yang akan
berlangsung, sangat penting juga dijelaskan bagaimana guru akan mengevaluasi
proses pembelajaran.
b. Mengorganisasikan siswa untuk belajar
Disamping mengembangkan keterampilan
memecahkan masalah, pembelajaran PBL juga mendorong siswa belajar kolaborasi.
Pemecahan suatu masalah sangat membutuhkan kerjasama dan sharing antar anggota.
Oleh sebab itu, guru dapat memulai kegiatan pembelajaran dengan membentuk
kelompok-kelompik siswa dimana masing-masing kelompok akan memilih dan
memecahkan masalah yang berbeda. Prinsip-prinsip pengelompokan siswa dalam
pembelajaran kooperatif dapat digunakan dalam konteks ini seperti : kelompok
harus heterogen, pentingnya interaksi antar anggota, kemungkinan yang efektif,
adanya tutor sebaya, dan sebagainya. Guru sangat penting memonitoring dan
mengevaluasi kerja masing-masingkelompik untuk menjaga kinerja dan dinamika
kelompok selama pengajaran.
c. Membimbing penyelidikan individu dan kelompok
Penyelidikan adalah inti dari PBL.
Meskipun setiap situasi permasalahan memerlukan teknik penyelidikan yang
berbeda, namun pada umumnya tentu melibatkan karakter yang identik, yakni
pengumpulan data dan eksperimen, berhipotesis dan penjelasan, dan memberikan
pemecahan. Pengumpulan data dan eksperimentasi merupakan aspek yangt sangat
penting. Pada tahap ini, guru harus mendorong siswa untuk mengumpulkan data dan
melaksanakan eksperimen sampai mereka betul-betul memahami dimensi situasi
permasalahan. Tujunnya adalah agar siswa mengumpulkan cukup informasi untuk
menciptakan dan membangun ide mereka sendiri.
d. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Tahap penyelidikan diikuti dengan
menciptakan hasil karya seperti halnya laporan hasil belajar atau dapat juga
mempresentasikannya dideepan kelompok lain. Dimana pada kegiatan ini guru
sebagai fasilitator melihat dan menilai hasi kerja dari masing-masing kelompok
atau individu.
e. Menganalisis dan
mengevaluasi proses pemecahan masalah
Tahap ini merupakan tahap akhir pada
PBL. Tahap ini dimaksudkan untuk membantu mahasiswa menganalisis dan
mengevaluasi proses mereka sendiri dan keterampilan penyelidikan dan intelektual
yang mereka gunakan. Selama tahap ini guru meminta siswa untuk merekonstruksi
pemikiran dan aktivitas yang telah dilakukan selama proses kegiatan belajarnya.
Kapan mereka pertama kali memperoleh pemahaman yang jelas tentang situasi
masalah ? kapan mereka yakin dalam pemecahan tertentu ? mengapa mereka dapat
menerima penjelasan lebih siap dibanding yang lain ? mengapa mereka menolak
beberapa penjelasan ? mengapa mereka mengadopsi pemecahan akhir dari mereka ? .
Tentunya masih banyak lagi pertanyaan yang dapat diajukan untuk memberikan
umpan balik dan menginvestigasi kelemahan dan kekuatan PBL untuk pengajaran.
Dalam mengajar didalam kelas yang
menggunakan PBL, guru memiliki beberapa metode yang dapat digunakan guna untuk
membantu kegiatan diskusi ataupun saling tukar pikiran. Karena pada kelas yang
masih menggunakan metode pembelajaran konvensional guru memberikan pengetahuan
dalam bentuk sudah jadi tanpa siswa tersebut mengembangkannya. Tetapi dalam
kelas yang menggunakan metode pembelajaran berbasis masalah siswa dituntut
untuk mengembangkan pengetahuan yang mereka miliki,siswa diberikan beberapa
teori yang mendasari masalah tersebut tujuannya agar siswa dapat membangun
pembelajaran bermakna pada diri mereka sendiri dan mendorong siswa mendapatkan
pemahaman konsep yang relevan. Untuk mencapai pemahaman yang lebih besar ini,
siswa membutuhkan kesempatan untuk mendiskusikan konsep asing dan ide-ide yang
akan digunakan. Mereka harus mampu untuk menguji pemahaman mereka dan dapat
menggunakan kemampuan kognitif yang mereka miliki dengan baik.
Ada 10 metode untuk meningkatkan
kegiatan diskusi dan dialog (Diane, 2001: 42) :
a. Menyiapkan alat peraga dalam pembelajaran..
b. Menanyakan pertanyaan terbuka.
c. Mendorong siswa untuk bertanya.
d. Mendorong siswa untuk memberikan ide.
e. Mendorong siswa untuk mengkaji ide dan pertanyaan yang diberikan.
f. Mendorong siswa untuk saling diskusi dan bertukar pikiran.
g. Menggunakan pertanyaan-pertanyaan siswa dan tanggapan untuk
mengembangkan topik yang relevan dan bermakna
h. Mendorong anak untuk mencari sumber atau referensi pembelajaran
dari berbagai sumber.
i.
Mendorong siswa untu
merefleksi langkah-langkah dalam penyelesaian masalah.
j.
Dari beberapa uraian diatas,
hindari menggunakan jawaban langsung atau harus menganalisis masalah terlebih
dahulu.
Dapat dikatakan bahwa melalui pendekatan
PBL siswa mempresentasikan gagasannya, siswa terlatih merefleksi persepsinya,
mengargumentasikan dan mengomunikasikan ke pihak lain sehingga guru pun
memahami proses berpikir siswa, dan guru dapar membimbing serta
menginvestasikan ide baru berupa konsep dan prinsip. Dengan demikian,
pembelajaran berlangsung sesuai dengahn kemampuan siswa dengan siswa menjadi
terkondisi dan terkendali (Rusman, 2012 : 245).
Pembelajaran melalui metode pembelajaran PBL
merupakan suatu rangkaian pendekatan kegiatan belajar yang diharapkan dapat
memberdayakan siswa untuk menjadi seorang individu yang mandiri dan mampu
menghadapi setiap permasalahan dalam hidupnya di kemudian hari. Dalam
pelaksanaan pembelajaran, siswa dituntut terlibat aktif dalam mengikuti proses
pembelajaran melalui diskusi kelompok. Langkah awal dalam pembelajaran PBL
dengan mengajak siswa untuk memahami situasi yang diajukan baik oleh guru
maupun siswa, yang dimulai dari apa yang telah diketahui oleh siswa. Dalam
aplikasinya PBL membutuhkan kesiapan guru dan siswa untuk bisa berkolaborasi
dalam memecahkan masalah yang diangkat. Guru harus siap menjadi pembimbing
sekaligus tutor bagi para siswa yang dapat memberikan motivasi, semangat, dan
membantu dalam menguasai keterampilan pemecahan masalah.
Guru dapat melakukan pembelajaran dengan
mengorientasikan siswa pada masalah kontekstual yang mendorong mereka untuk
mampu menemukan masalahnya, menelaah kuantitas, kualitas dan kompleksitas
masalah yang diajukan. Siswa perlu diminta untuk mempresentasikan hasil
temuannya berupa perumusan masalah dan pengumpulan fakta-fakta (apa yang mereka
ketahui, apa yang mereka perlu ketahui dan apa yang harus mereka laksanakan),
membuat pertanyaan-pertanyaan, mengantisipasi informasi-informasi yang
dibutuhkan, merepharese masalah, dan akhirnya membuat suatu formulasi sebagai
alternative proses pemecahan masalah (Rusman, 2012 : 247).
7. Kelebihan dan Kekurangan Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah
a. Kelebihan Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah
Model pembelajaran PBL ini memiliki
beberapa kelebihan, di antaranya ialah sebagai berikut (Sitiatava, 2012 :
82-83) :
1)
Siswa lebih memahami konsep
yang diajarkan karena siswa tersebut yang menemukan konsep.
2)
Melibatkan siswa secara
aktif dalam memecahkan masalah dan menuntut keterampilan berpikir siswa yang
lebih tinggi.
3)
Pengetahuan tertanam
berdasarkan schemata yang dimiliki oleh siswa, sehingga pembelajaran lebih
bermakna.
4)
Siswa dapat merasakan
manfaat pembelajaran, karena masalah-masalah yang diselesaikan langsung
dikaitkan dengan kehidupa nyata. Hal ini bisa meningkatkan motivasi dan
ketertarikan siswa terhadap bahan yang dipelajarinya.
5)
Menjadikan siswa lebih
mandiri dan dewasa, mampu member aspirasi dan menerima pendapat orang lain,
serta menanamkan sikap yang positif dengan siswa lainnya.
6)
Pengondisian siswa dalam
belajar kelompok yang saling berinteraksi terhadap pembelajaran dan temannya,
sehingga pencapaian ketuntasan belajar siswa dapat diharapkan.
7)
PBL diyakini pula dpaat
menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan kreativitas siswa, baik secara
individual maupun kelompok, karena hampir setiap langkah menuntut adanya
keaktifan siswa.
b. Kekurangan Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah
Selain berbagai kelebihan tersebut,
model PBL juga memiliki beberapa kekurangan, yakni (Sitiatava, 2012 : 84) :
1)
Bagi siswa yang malas,
tujuan dari metode tersebut tidak dapat tercapai.
2)
Membutuhkan waktu yang lebih
banyak.
3)
Tidak semua mata pelajaran
bisa diterapkan dengan metode PBL.
B. Kerangka Pemikiran
Matematika sangat diperlukan dalam
proses pembelajaran karena mampu untuk membantu seseorang memecahkan berbagai
persoalan. Pembelajaran matematika mempunyai objek yang bersifat abstrak. Sifat
abstrak ini menyebabkan banyak siswa mengalami kesulitan dalm mengaplikasikan
matematika kedalam situasi kehidupan nyata. Hal lain yang menyebabkan sulitnya
matematika bagi siswa adalah karena pembelajaran matematika yang kurang
bermakna. Guru dalam pembelajarannya di kelas tidak mengaitkan dengan skema
yang telah dimiliki oleh siswa dan siswa kurang diberikan kesempatan untuk
menemukan kembali dan mengkonstruksi sendiri ide-idenya.
Salah satu model pembelajaran yang dapat
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa sehingga kesulitan siswa dalam
pemecahan masalah matematika dapat diatasi yakni melalui model Problem based
learning. Model
Problem Based Learning ini merupakan model pembelajaran yang menghadapkan siswa kepada situasi masalah yang autentik dan bermakna. Salah satu keuntungan adanya model Problem Based Learning adalah memberi semangat kepada siswa untuk berinisiatif, aktif, kreatif dan kritis karena menurut model Problem Based Learning, pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari pikiran guru kepikiran siswa. Berarti bahwa siswa harus aktif secara mental membangun pengetahuannya berdasarkan kematangan kognitifnya. Pemecahan masalah merupakan konteks untuk mengajarkan topik pelajaran yang diberikan pada awal pembelajaran kemudian siswa berusaha mencari strategi penyelesaian masalah lebih bervariasi berdasarkan pengetahuannya sendiri. Konsep matematika ditemukan siswa dengan bimbingan guru, kemampuan ini dipengaruhi oleh aktivitas pembelajaran yang dilakukan oleh guru yang menggunakan model Problem Based Learning
Problem Based Learning ini merupakan model pembelajaran yang menghadapkan siswa kepada situasi masalah yang autentik dan bermakna. Salah satu keuntungan adanya model Problem Based Learning adalah memberi semangat kepada siswa untuk berinisiatif, aktif, kreatif dan kritis karena menurut model Problem Based Learning, pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari pikiran guru kepikiran siswa. Berarti bahwa siswa harus aktif secara mental membangun pengetahuannya berdasarkan kematangan kognitifnya. Pemecahan masalah merupakan konteks untuk mengajarkan topik pelajaran yang diberikan pada awal pembelajaran kemudian siswa berusaha mencari strategi penyelesaian masalah lebih bervariasi berdasarkan pengetahuannya sendiri. Konsep matematika ditemukan siswa dengan bimbingan guru, kemampuan ini dipengaruhi oleh aktivitas pembelajaran yang dilakukan oleh guru yang menggunakan model Problem Based Learning
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian Tindakan Kelas
C. Hipotesis Tindakan
1. Jika diterapkan metode pembelajaran Problem Based Learning (PBL) maka aktivitas belajar matematika
siswa kelas XI SMAN 2 Bukit dapat meningkat.
2. Jika diterapkan metode pembelajaran Problem Based Learning (PBL) maka hasil belajar matematika siswa
kelas VIII-2 SMPN 7 ........................ dapat meningkat.
Untuk mendapatkan file secara lengkap, terdiri dari Bagian Depan, Bab I, II, III, IV, V, Daftar Pustaka dan Lampiran2, silakan klik disini.
Terima kasih.