– Ubah nama-blogmu.blogspot.com dengan alamat blog anda Penelitian Tindakan Kelas/Sekolah (PTK/PTS): LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KEPENGAWASAN (PTKp)

Tuesday 22 December 2015

LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KEPENGAWASAN (PTKp)



LAPORAN

PENELITIAN TINDAKAN KEPENGAWASAN

(PTKp)





PELAKSANAAN SUPERVISI MANAJERIAL SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KEPALA SEKOLAH DALAM PENYUSUNAN ADMINISTRASI RENCANA KEGIATAN DAN ANGGARAN SEKOLAH (RKAS)  DI …………………..

TAHUN PELAJARAN 2013/2014





Diajukan untuk Memenuhi Syarat Kenaikan Pangkat IV/b
Bidang Pengembangan Profesi Pengawas Sekolah






Oleh:

.....................................................
NIP. ..........................






DINAS PENDIDIKAN ..........................................................
 KABUPATEN ............................................
2013
LEMBAR PENGESAHAN


1.
Judul Penelitian
Pelaksanaan Supervisi Manajerial Sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Kepala Sekolah dalam Penyusunan Administrasi Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS)  di ………………….. Tahun Pelajaran 2013/2014
2.
Identitas Peneliti
a.       Nama
b.      NIP.
c.       Pangkat Golongan
d.      Pengawas Satuan
e.       Kabupaten
f.       Provinsi
g.      Unit Kerja


…………………………………..
................................................
................................................
................................................
................................................
................................................
................................................

3.
Lama Penelitian
4 bulan (Agustus 2013 s.d Nopember 2013)
4.
Sumber Dana
Mandiri



                     Mengetahui                                             ……………………….
             Koordinator Pengawas                                                Peneliti,
         ……………………………



          ………………………….                                ………………………….
             NIP. …………………                                 NIP. ………………………


Mengetahui / Mengesahkan
Kepala Dinas Pendidikan
…………………………………..




………………………………….
NIP. …………………….




PELAKSANAAN SUPERVISI MANAJERIAL SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KEPALA SEKOLAH DALAM PENYUSUNAN ADMINISTRASI RENCANA KEGIATAN DAN ANGGARAN SEKOLAH (RKAS)  DI …………………..
TAHUN PELAJARAN 2013/2014


ABSTRAK


Permasalahan dalam penelitian ini adalah rendahnya kemampuan kepala sekolah dalam penyusunan administrasi RKAS. Hal tersebut dibuktikan dengan kurang lengkapnya dokumen-dokumen tentang standar penyusunan RKAS oleh 3 kepala sekolah binaan. Tujuan penelitian adalah meningkatkan kemampuan kepala sekolah binaan dalam Penyusunan Administrasi Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS). Subjek penelitian adalah 3 orang kepala sekolah di daerah binaan. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Analisis data dilakukan dengan membandingkan hasil pada kondisi awal, hasil siklus I, hasil siklus II. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kondisi awal menunjukkan bahwa hasil penilaian terhadap kemampuan kepala sekolah menunjukkan hasil yang kurang baik, hal tersebut ditunjukkan dengan rendahnya kemampuan kepala sekolah yang hanya memperoleh angka nilai rata-rata 53,47 dan hanya masuk dalam kualifikasi kurang. Pada pelaksanaan siklus pertama hasil penilaian terhadap kemampuan kepala sekolah menunjukkan hasil angka nilai rata-rata 68,75 dan hanya masuk dalam kualifikasi C atau cukup.  Pada pelaksanaan siklus kedua hasil penilaian terhadap kemampuan kepala menunjukkan hasil angka nilai rata-rata 86,81 dan hanya masuk dalam kualifikasi AB atau amat baik.  Melihat data perolehan hasil penelitian dalam kegiatan Penelitian Tindakan Kepengawasan ini, dapat disimpulkan bahwa supervisi manajerial yang dilakukan oleh pengawas sekolah terhadap 3 orang kepala sekolah di daerah binaan I Kecamatan Dayeuhluhur, dinyatakan berhasil meningkatkan meningkatkan kinerja kepala sekolah dalam standar penyusunan RKAS

Kata Kunci : supervisi manajerial, kemampuan, kepala sekolah, RKAS















KATA PENGANTAR


            Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa, Alhamdulillaah kami telah dapat  menyelesaikan penyusunan PTKp ( Penelitian Tindakan Kepengawasan) ini.  Masalah yang kami angkat berjudul  Pelaksanaan Supervisi Manajerial Sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Kepala Sekolah dalam Penyusunan Administrasi Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS)  di ………………….. Tahun Pelajaran 2013/2014
        Peneliti mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan penelitian ini khususnya kepada:
1.        Kepala Dinas Pendidikan………………… atas pemberian ijin untuk melaksanakan kegiatan penelitian.
2.    Koordinator Pengawas Dinas ……………… atas motivasi, bimbingan, serta saran dan kritik yang membangun bagi penulis.
3.    Rekan-rekan Pengawas di Dinas ……………..  atas dukungan dan kerjasamanya.
4.        Kepala Sekolah di Daerah Binaan atas kesempatan, waktu, tenaga dan peran serta aktif dalam pelaksanaan Penelitian Tindakan Kepengawasan ini.
5.    Pihak-pihak yang telah membantu yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu.
        Peneliti    menyadari     bahwa    laporan     Penelitian    ini     masih   jauh  dari  sempurna,   ini disebabkan   keterbatasan   pengetahuan   penulis.Untuk  itu  kritik   dan  saran  dari   pembaca   yang    budiman  sangat    penulis   harapkan,    hingga   nantinya   dapat  penulis    gunakan sebagai bahan perbaikan dalam menyusun laporan penelitian yang akan datang.


…………………………………

Penulis






DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL..........................................................................................      i
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................     ii
ABSTRAK..........................................................................................................    iii
KATA PENGANTAR........................................................................................    iv
DAFTAR ISI.......................................................................................................     v
DAFTAR TABEL...............................................................................................    vi
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................   vii
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................... viii

BAB    I     PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Masalah..............................................................      
B.   Identifikasi Masalah ...................................................................      
C.   Rumusan Masalah .......................................................................      
D.  Tujuan Penelitian ........................................................................      
E.   Manfaat Penelitian ......................................................................      

BAB    II   LANDASAN TEORI
A.  Kajian Teori.................................................................................      
B.   Kerangka Berpikir........................................................................      
C.   Hipotesis Tindakan......................................................................      

BAB    III METODE PENELITIAN         
A.  Setting Penelitian ........................................................................      
B.   Metode dan Rancangan Penelitian .............................................      
C.   Subjek dan Objek Penelitian........................................................      
D.  Teknik Pengumpulan Data...........................................................      
E.   Validasi Data...............................................................................      
F.    Analisis Data................................................................................      
G.  Indikator Keberhasilan................................................................      
H.  Prosedur Penelitian......................................................................      

BAB    IV  HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.  Deskripsi Data.............................................................................      
B.   Hasil Penelitian............................................................................      
C.   Pembahasan  Hasil Penelitian......................................................      

BAB    V   KESIMPULAN DAN SARAN            
A.  Kesimpulan .................................................................................      
B.  Saran ...........................................................................................      

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN



DAFTAR TABEL


Tabel                                                                                                           Halaman

Tabel   4.1       Rekapitulasi Hasil Penilaian Kemampuan Penyusunan RKAS pada Kondisi Awal             
Tabel   4.2       Rekapitulasi Hasil Penilaian Kemampuan Penyusunan RKAS pada Siklus Pertama             ..................................................................................................
Tabel   4.3       Rekapitulasi Hasil Penilaian Kemampuan Penyusunan RKAS pada Siklus Kedua              
Tabel 4.4         Rekapitulasi Hasil Pelaksanaan Supervisi Manajerial Penyusunan RKAS  pada Kondisi Awal, Siklus I, Siklus II......................................................................         
Tabel 4.5         Rekapitulasi Peningkatan Nilai Rata-Rata Penyusunan RKAS pada Kondisi Awal, Siklus I, Siklus II....................................................................................         































DAFTAR GAMBAR

Gambar                                                                                                      Halaman

Gambar 2.1    Bagan Kerangka Pikir...............................................................         
Gambar 3.1    Siklus dalam Penelitian Tindakan Kepengawasan....................         
Gambar 4.1    Grafik Hasil Penilaian Kinerja Penyusunan RKAS pada Kondisi Awal                   
Gambar 4.2    Grafik Hasil Penilaian Kinerja Penyusunan RKAS pada Siklus Pertama                 
Gambar 4.3    Grafik Hasil Penilaian Kinerja Penyusunan RKAS pada Siklus Kedua                    
Gambar 4.4    Peningkatan Kinerja Kepala Sekolah dalam Penyusunan RKAS Pada Kondisi Awal, Siklus I, dan  Siklus II............................................................................         































DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran                                                                                                                  

Lampiran    1     Surat Ijin Penelitian
Lampiran    2     Jadwal Kegiatan Penelitian Tindakan Kepengawasan
Lampiran    3     Rencana Penelitian Tindakan Kepengawasan
Lampiran    4     Instrumen Pengumpulan Data
Lampiran    5     Contoh Hasil Kerja  Instrumen Penyusunan RKAS
Lampiran    6     Analisis Data Hasil Penelitian
Lampiran    7     Daftar Hadir Pelaksanaan Supervisi Manajerial Penyusunan RKAS
Lampiran    8     Foto Dokumentasi Kegiatan  Supervisi Manajerial


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Pengawas sekolah sebagai salah satu pengembang pendidikan bertanggung jawab terhadap kelancaran pelaksanaan pendidikan dan pengajaran di sekolah. Sebagai pengembang peningkatan kualitas pendidikan dan pengajaran di sekolah tidaklah mudah sebagaimana di amanahkan Permendiknas No. 12 tahun 2007 tentang standar pengawas sekolah maka pengawas berkewajiban melaksanakan kepengawasan ses uai dengan peraturan-peraturan tersebut, khususnya layanan supervisi sebagai salah satu kompetensinya, dalam rangka mengembangkan kerja sama antar personal agar secara serempak selurunya bergerak ke arah pencapaian tujuan melalui kesediaan melaksanakan tugas masing-masing secara efisien dan efektif.
Pengawas pendidikan, dalam konteks perubahan pendidikan adalah
elemen yang dapat memberikan pencerahan yang bersifat komprehensif di
lingkungan persekolahan. Kemampuan pengawas memiliki kedudukan strategis dalam menciptakan situasi yang kondusif bagi pencapaian kemampuan setiap elemen yang ada di sekolah terutama kepala sekolah. Akhir dari pelaksanaan kemampuan pengawas, adalah terciptanya personil kepala sekolah yang memiliki kemampuan profesional, sehingga mampu melakukan perubahan menuju ke arah yang lebih efektif bagi manajemen persekolahan.
Pengawas (supervisor) adalah salah satu tenaga kependidikan, yang bertugas memberikan pengawasan agar tenaga kependidikan (guru, kepala sekolah, personil lainnya di sekolah) dapat menjalankan tugasnya dengan baik. Tenaga pengawas TK/SD, SMP, SMA dan SMK merupakan tenaga kependidikan yang peranannya sangat penting dalam membina kemampuan profesional tenaga pendidik dan kepala sekolah dalam meningkatkan kemampuan sekolah. Pengawas Sekolah merupakan jabatan strategis dalam penyelenggaraan sistem pendidikan nasional yang memiliki tugas pokok menilai dan membina penyelenggaraan pendidikan di sekolah tertentu yang menjadi tanggungjawabnya.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengawas merupakan salah satu komponen yang memiliki peranan penting dalam peningkatan mutu pendidikan. Dengan adanya pengawasan yang dilakukan pengawas (supervisor) akan menumbuhkan semangat dan motivasi kepada personil dan lembaga pendidikan. Kemampuan pengawas, walaupun adakalanya bersifat teknis, tetapi memiliki kedudukan yang strategis dalam menciptakan situasi yang kondusif bagi pencapaian kemampuan setiap elemen yang ada di sekolah, baik itu kepala sekolah, guru, tenaga administrasi, peserta didik dan lainnya yang terlibat secara langsung terhadap proses pembelajaran. Akhir dari pelaksanaan kemampuan pengawas adalah terciptanya personil sekolah yang dapat melaksanakan tugas sebagaimana tuntutan kemampuannya, sehingga tercipta situasi yang kondusif untuk melakukan perubahan menuju ke arah yang lebih efektif bagi manajemen persekolahan.
Hal ini jika diadakan supervisi, pengawasan dan pembinaan lebih
intensif dari Pengawas sekolah tidak mustahil akan semakin meningkatkan
kemampuan profesional kepala sekolah. Hal itulah yang membuat peneliti
tertarik untuk mengungkap lebih dalam tentang supervisi manajerial
pengawas sekolah terhadap peningkatan kemampuan profesional kepala
sekolah. Penelitian tentang supervisi manajerial yang dilakukan para Pengawas sekolah diharapkan mampu memberikan kontribusi yang maksimal terhadap peningkatan mutu profesional kepala sekolah khususnya di sekolah binaan peneliti yang pada gilirannya berimplikasi terhadap peningkatan mutu Pendidikan Nasional untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
Dalam hubungannya dengan penyusunan RKAS di masing-masing sekolah binaan khususnya di 3 sekolah yang menjadi binaan peneliti ditemukan adanya permasalahan mendasar dalam penyusunan RKAS. Hal ini tentunya menjadi permasalahan tersendiri mengingat Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) berisikan program-program dan rencana kegiatan dalam jangka pendek (satu tahunan) yang menjadi acuan pelaksanaan kegiatan-kegiatan di sekolah baik yang bersifat akademik maupun non akademik. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa RKAS inilah yang akan dipergunakan sebagai dasar untuk melakukan monitoring dan evaluasi, pembinaan, dan pembimbingan oleh berbagai pihak yang berkepentingan dengan sekolah.
Dari hasil observasi awal diketahui bahwa terdapat 1 kepala sekolah  atau 33,33% dalam kriteria cukup dan 2 kepala sekolah lainnya atau 66,67% dalam kriteria kurang, dan belum ada satupun kepala sekolah yang berada dalam kriteria minimal baik dalam Penyusunan Administrasi Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) di sekolahnya masing-masing.
Dalam  Panduan   Pelaksanaan  Tugas  Pengawas   Sekolah/ Madrasah (Direktorat Tenaga Kependidikan, 2009:20) dinyatakan bahwa supervisi  manajerial adalah supervisi yang berkenaan dengan aspek pengelolaan  sekolah yang terkait langsung dengan peningkatan efisiensi dan efektivitas sekolah yang mencakup perencanaan, koordinasi, pelaksanaan,  penilaian, pengembangan kompetensi sumberdaya manusia (SDM) kependidikan dan  sumberdaya  lainnya.
Dalam  melaksanakan  fungsi  supervisi  manajerial,  pengawas sekolah/madrasah berperan sebagai: (1) kolaborator  dan  negosiator  dalam proses perencanaan,  koordinasi,  pengembangan manajemen  sekolah,  (2)  asessor  dalam  mengidentifikasi kelemahan  dan  menganalisis  potensi  sekolah,  (3)  pusat informasi  pengembangan  mutu  sekolah, dan (4) evaluator terhadap pemaknaan hasil pengawasan
Dari penjelasan di atas, maka peneliti sebagai pengawas sekolah khususnya pada Sekolah binaan merasa bertanggung jawab untuk memperbaiki kendala-kendala yang terdapat di lapangan khususnya yang berkaitan dengan masalah penyusunan RKAS. Perwujudan tindakan yang peneliti lakukan adalah dengan melaksanakan kegiatan Penelitian Tindakan Kepengawasan dengan judul  “Upaya Meningkatkkan Kemampuan Kepala Sekolah melalui Supervisi Manajerial dalam Penyusunan Administrasi Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS)  di SMA Binaan …………..  Kabupaten ……….. Tahun 2013”.
B.   Identifikasi Masalah
Dari penjelasan pada latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa permasalahan yang ada, diantaranya :
1.    Belum semua kepala sekolah di wilayah binaan mampu menyusun Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) dengan baik dan benar.
2.    Pemahaman kepala sekolah di wilayah binaan tentang pentingnya penyusunan  Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) masih rendah.
3.    Belum semua kepala sekolah di wilayah binaan pernah mengikuti kegiatan sosialisasi penyusunan  Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS).
C.  Rumusan Masalah
Dari analisis masalah sebagaimana dijelaskan di atas, maka rumusan masalah dalam kegiatan penelitian ini adalah:
a.       Bagaimana upaya meningkatkan kemampuan kepala sekolah dalam Penyusunan Administrasi Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS)  melalui Supervisi Manajerial SMA Binaan …………..  Kabupaten ……….. Tahun 2013?
b.      Bagaimana pelaksanaan  supervisi manajerial meningkatkan kemampuan dalam Penyusunan Administrasi Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS)  melalui Supervisi Manajerial SMA Binaan …………..  Kabupaten ……….. Tahun 2013?
D.  Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari pelaksanaan kegiatan penelitian manajerial pada adalah untuk :
1.      Meningkatkan kemampuan kepala sekolah dalam Penyusunan Administrasi Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS)  melalui Supervisi Manajerial SMA Binaan …………..  Kabupaten ……….. Tahun 2013
2.      Mengetahui pelaksanaan supervisi manajerial dalam upaya meningkatkan kemampuan kepala sekolah menyusun Administrasi Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS)  melalui Supervisi Manajerial SMA Binaan …………..  Kabupaten ……….. Tahun 2013
E.   Manfaat Penelitian
Pelaksanaan kegiatan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain :
  1. Manfaat Teoritis
Untuk memberikan sumbangan pemikiran dalam pengembangan
ilmu manajemen sistem pendidikan, khususnya mengenai manajemen
kepengawasan dalam meningkatan kemampuan kepala sekolah menyusun Administrasi Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS)  melalui Supervisi Manajerial.
  1. Manfaat Praktis
Memberi masukan kepada Pengawas Sekolah dan Kepala Sekolah
binaan pengawas sebagai bahan pertimbangan atau bahan evaluasi tentang penerapan supervisi manajerial pengawas sekolah, kendala-kendala dan solusi yang diterapkannya untuk meningkatkan mutu pendidikan.


BAB II
LANDASAN TEORI
A.    Kajian Teori
1.      Kemampuan
Mampu adalah cakap dalam menjalankan tugas, mampu dan cekatan. Kata kemampuan sama artinya dengan kecekatan. Mampu atau kecekatan adalah kepandaian melakukan sesuatu pekerjaan dengan cepat dan benar. Seseorang yang dapat melakukan dengan cepat tetapi salah tidak dapat dikatakan mampu. Spencer and Spencer dalam Hamzah Uno (2010: 62) mendefinisikan kemampuan sebagai “Karakteristik yang menonjol dari seseorang individu yang berhubungan dengan kinerja efektif dan/superior dalam suatu pekerjaan atau situasi”. Poerwadarminta (2007: 742) mempunyai pendapat lain tentang kemampuan yaitu mampu artinya kuasa (bisa, sanggup) melakukan sesuatu, sedangkan kemampuan artinya kesanggupan, kecakapan, kekuatan. Pendapat lain dikemukakan juga oleh Nurhasnah (2007: 552) bahwa mampu artinya (bisa, sanggup) melakukan sesuatu, sedangkan kemampuan artinya kesanggupan, kecakapan. Sehubungan dengan hal tersebut Tuminto (2007: 423) menyatakan bahwa kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan atau kekuatan.
Mampu adalah cakap dalam menjalankan tugas, mampu dan cekatan. Kata kemampuan sama artinya dengan kecekatan. Mampu atau kecekatan adalah kepandaian melakukan sesuatu pekerjaan dengan cepat dan benar. Demikian pula apabila seseorang dapat melakukan sesuatu dengan benar tetapi lambat, juga tidak dapat dikatakan mampu. Seseorang yang mampu dalam suatu bidang tidak ragu-ragu melakukan pekerjaan tersebut, seakan-akan tidak pernah dipikirkan lagi bagaimana melaksanakannya, tidak ada lagi kesulitan kesulitan yang menghambat. Ruang lingkup kemampuan cukup luas, meliputi kegiatan berupa perbuatan, berfikir, berbicara, melihat, dan sebagainya. Akan tetapi, dalam pengertian sempit biasanya kemampuan lebih ditunjukkan kepada kegiatan yang berupa perbuatan.
2.      Supervisi Manajerial
a.      Pengertian Supervisi Manajerial
Pengawas Sekolah sebagai tenaga supervisor harus memahami bahwa kegiatan supervisi yang dilakukannya adalah “serangkaian usaha pemberian bantuan kepada guru dalam bentuk layanan professional yang diberikan kepada guru guna meningkatkan mutu proses dan hasil belajar mengajar”.(Sri Banun Muslim, 2009:41). Pengertian ini menegaskan bahwa supervisi atau pembinaan guru lebih menekankan pada layanan profesional, maka ia disebut ”Pembinaan Profesional Guru” Istilah supervisi berasal dari dua kata yaitu ”super” dan ”vision”. Dalam Webstr’s New Word Dictionari (1991:1343) istilah super berarti ”Higher in rank or position than, superior to (superintendent), greater or better than others” sedangkan dalam buku yang sama (1991:1492), kata vision berarti ”the ability to perceive something not actually visible, as through mental acutness or keen foresight. Ini artinya seorang supervisor adalah seorang profesional, ketika ia menjalankan tugasnya, ia bertindak atas dasar kaidah-kaidah ilmiah untuk meningkatkan mutu pendidikan.
Untuk menjalankan supervisi diperlukan kelebihan yang dapat melihat dengan tajam terhadap permasalahan peningkatan mutu pendidikan, menggunakan kepekaan untuk memahaminya dan tidak hanya sekedar menggunakan penglihatan mata biasa, sebab yang diamatinya bukan masalah kongkrit yang tampak, melainkan memerlukan insight dan kepekaan mata bathin.Supervisi pada dasarnya diarahkan pada dua aspek, yakni: supervisi akademis, dan supervisi manajerial. Supervisi akademis menitikberatkan pada pengamatan supervisor terhadap kegiatan akademis, berupa pembelajaran baik di dalam maupun di luar kelas. Supervisi manajerial menitikberatkan pada pengamatan pada aspek-aspek pengelolaan dan administrasi sekolah yang berfungsi sebagai pendukung (supporting) terlaksananya pembelajaran.
Dalam Panduan Pelaksanaan Tugas Pengawas Sekolah/Madrasah (Direktorat Tenaga Kependidikan, 2009: 20) dinyatakan bahwa supervisi manajerial adalah supervisi yang berkenaan dengan aspek pengelolaan sekolah yang terkait langsung dengan peningkatan efisiensi dan efektivitas sekolah yang mencakup perencanaan, koordinasi, pelaksanaan, penilaian, pengembangan kompetensi sumberdaya manusia (SDM) kependidikan dan sumberdaya lainnya. Dalam melaksanakan fungsi supervisi manajerial, pengawas sekolah/madrasah berperan sebagai: (1) kolaborator dan negosiator dalam proses perencanaan, koordinasi, pengembangan manajemen sekolah, (2) asesor dalam mengidentifikasi kelemahan dan menganalisis potensi sekolah, (3) pusat informasi pengembangan mutu sekolah, dan (4) evaluator terhadap pemaknaan hasil pengawasan.
b.      Prinsip-Prinsip Dan Metode Supervisi Manajerial
a.      Prinsip-Prinsip Supervisi Manajerial
Prinsip-prinsip supervisi manajerial pada hakikatnya tidak berbeda dengan supervisi akademik, yaitu:
1)      Prinsip yang pertama dan utama dalam supervisi adalah pengawas harus menjauhkan diri dari sifat otoriter, di mana ia bertindak sebagai atasan dan kepala sekolah/guru sebagai bawahan.
2)      Supervisi harus mampu menciptakan hubungan kemanusiaan yang harmonis. Hubungan kemanusiaan yang harus diciptakan harus bersifat terbuka, kesetiakawanan, dan informal (Dodd, 1972).
3)      Supervisi harus dilakukan secara berkesinambungan. Supervisi bukan tugas bersifat sambilan yang hanya dilakukan sewaktu-waktu jika ada kesempatan (Alfonso dkk., 1981 dan Weingartner, 1973).
4)      Supervisi harus demokratis. Supervisor tidak boleh mendominasi pelaksanaan supervisi. Titik tekan supervisi yang demokratis adalah aktif dan kooperatif.
5)      Program supervisi harus integral. . Di dalam setiap organisasi pendidikan terdapat bermacam-macam sistem perilaku dengan tujuan sama, yaitu tujuan pendidikan (Alfonso, dkk., 1981).
6)      Supervisi harus komprehensif. Program supervisi harus mencakup keseluruhan aspek, karena hakikatnya suatu aspek pasti terkait dengan aspek lainnya.
7)      Supervisi harus konstruktif. Supervisi bukanlah sekali-kali untuk mencari kesalahan-kesalahan guru.
8)      Supervisi harus obyektif. Dalam menyusun, melaksanakan, dan mengevaluasi, keberhasilan program supervisi harus obyektif. Obyektivitas dalam penyusunan program berarti bahwa program supervisi itu harus disusun berdasarkan persoalan dan kebutuhan nyata yang dihadapi sekolah.
b.      Metode Supervisi Manajerial
Apabila prinsip-prinsip supervisi manajerial relatif sama dengan supervisi akademik, namun dalam metode terdapat perbedaan. Hal ini dikarenakan fokus kedua hal tersebut berbeda. Berikut ini akan diuraikan tentang beberapa metode supervisi manajerial, yaitu: monitoring dan evaluasi, refleksi dan FGD, metode Delphi, dan Workshop.
1)      Monitoring dan Evaluasi
Metode utama yang harus dilakukan oleh pengawas satuan pendidikan dalam supervisi manajerial tentu saja adalah monitoring dan evaluasi.
2)      Diskusi Kelompok Terfokus (Focused Group Discussion)
Sesuai dengan paradigma baru manajemen sekolah yaitu pember-dayaan dan partisipasi, maka judgement keberhasilan atau kegagalan sebuah sekolah dalam melaksanakan program atau mencapai standar bukan hanya menjadi otoritas pengawas. Hasil monitoring yang dilakukan pengawas hendaknya disampaikan secara terbuka kepada pihak sekolah, terutama kepala sekolah, komite sekolah dan guru. Secara bersama-sama pihak sekolah dapat melakukan refleksi terhadap data yang ada, dan menemukan sendiri faktor-faktor penghambat serta pendukung yang selama ini mereka rasakan. Forum untuk ini dapat berbentuk Focused Group Discussion (FGD), yang melibatkan unsur-unsur stakeholder sekolah. Diskusi kelompok terfokus ini dapat dilakukan dalam beberapa putaran sesuai dengan kebutuhan. Tujuan dari FGD adalah untuk menyatukan pandangan stakeholder mengenai realitas kondisi (kekuatan dan kelemahan) sekolah, serta menentukan langkah-langkah strategis maupun operasional yang akan diambil untuk memajukan sekolah. Peran pengawas dalam hal ini adalah sebagai fasilitator sekaligus menjadi narasumber apabila diperlukan, untuk memberikan masukan berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya.
3)      Metode Delphi
Metode Delphi dapat digunakan oleh pengawas dalam membantu pihak sekolah merumuskan visi, misi dan tujuannya. Sesuai dengan konsep MBS. Dalam merumuskan Rencana Pengembangan Sekolah (RPS) sebuah sekolah harus memiliki rumusan visi, misi dan tujuan yang jelas dan realistis yang digali dari kondisi sekolah, peserta didik, potensi daerah, serta pandangan seluruh stakeholder.
4)      Workshop
Workshop atau lokakarya merupakan salah satu metode yang dapat ditempuh pengawas dalam melakukan supervisi manajerial. Metode ini tentunya bersifat kelompok dan dapat melibatkan beberapa kepala sekolah, wakil kepala sekolah dan/atau perwakilan komite sekolah. Penyelenggaraan workshop ini tentu disesuaikan dengan tujuan atau urgensinya, dan dapat diselenggarakan bersama dengan Kelompok Kerja Kepala Sekolah, Kelompok Kerja Pengawas Sekolah atau organisasi sejenis lainnya. Sebagai contoh, pengawas dapat mengambil inisiatif untuk mengadakan workshop tentang pengembangan KTSP, sistem administrasi, peran serta masyarakat, sistem penilaian dan sebagainya.
c.       Pembinaan Manajemen Peningkatan Mutu
a.       Penerapan MBS
Manajemen peningkatan mutu sekolah tentu harus didasarkan pada karakteristik sekolah tersebut, dengan segala potensi, kekuatan dan kelemahan-nya. Dalam koteks inilah maka kemudian diintroduksikan suatu model manajemen yang dikenal dengan School-based Management atau Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).
MBS memiliki tujuan umum dan khusus. Tujuan umum MBS adalah untuk memandirikan atau memberdayakan sekolah melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada sekolah, pemberian fleksibilitas yang lebih besar kepada sekolah untuk mengelola sumberdaya sekolah, dan mendorong partisipasi warga sekolah dan masyarakat untuk meningkatkan mutu pendidikan.
b.      Manajemen Peningkatan Mutu.
Di atas telah disebutkan bahwa hakikat tujuan MBS adalah untuk memandirikan dan memberdayakan sekolah. Kemandirian saja tentu tidak cukup. Sekolah juga dituntut senantiasa meningkatkan mutunya. Untuk ini diperlukan adanya manajemen peningkatan mutu.
Manajemen mutu didefinisikan sebagai suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus-menerus atas produk jasa, manusia ,proses dan lingkungannya (Tjiptono dan Diana, 2000: 4) Menurut konsep ISO 9001: 2000 manajemen mutu adalah sistem manajemen untuk mengarahkan dan mengendalikan organisasi dalam mutu.
c.       Teknik Penyusunan Program Peningkatan Mutu
Terdapat berbagai teknik yang dapat diaplikasikan dalam penyusunan program peningkatan mutu. Menurut Sallis (2006) dapat pula digunakan teknik-teknik brainstorming, afinitas jaringan kerja, diagram tulang ikan atau diagram Ishikawa, analisis kekuatan lapangan, pemetaan proses, flowcharts, grafik pareto, standarisasi, dan pemetaan jalur karir. Selain itu juga dapat dilakukan school review, benchmarking, dan penjaminan mutu. Berikut ini uraian mengenai brainstorming, school review, dan benchmarking, dan penjaminan mutu
1)      Brainstorming
Brainstorming (curah pendapat) merupakan alat yang teknik yang mudah dilaksanakan, sekaligus mampu memunculkan gagasan dan kreativitas, atau isu-isu decara cepat. Dalam brainstorming peserta harus diupayakan memiliki kebebasan untuk menyampaikan gagasannya, walaupun adakalanya kurang mengarah atau kurang obyektif.
Brainstorming dapat dilakukan secara terstruktur atau tidak terstruktur. Brainstorming dikatakan terstruktur apabila setiap peserta ”diharuskan” menyampaikan gagasannya, sehingga memunculkan gagasan yang inti. Sedangkan dalam brainstorming yang terstruktur penyampaian gagasan dipersilahkan secara bebas, sehingga seringkali didominasi oleh orang-orang tertentu yang vokal. Idealnya satu sesi brainstorming dilakukan dalam waktu yang tidak terlalu lama, yaitu antara 10-15 menit, agar pembicaraan tidak terlalu melebar.
Agar brainstorming berjalan efektif, maka seluruh anggota yang terlibat hendaknya benar-benar memahami ketentuannya, yaitu:
a)      Konsisten dan fokus pada isu yang dibicarakan,
b)      Menunjuk seseorang untuk mencatat ide-ide konkrit yang muncul,
c)      Mendata semua gagasan yang muncul,
d)     Tidak memperdebatkan gagasan yang disampaikan oleh anggota lain, dan
e)      Membangun gagasan berdasarkan gagasan yang muncul sebelumnya.
2)      School review
Suatu proses dimana seluruh komponen sekolah bekerja sama khususnya dengan orang tua dan tenaga profesional (ahli) untuk mengevaluasi dan menilai efektivitas sekolah, serta mutu lulusan. School review dilakukan untuk menjawab pertanyaan berikut :
a)      Apakah yang dicapai sekolah sudah sesuai dengan harapan orang tua siswa dan siswa sendiri?
b)      Bagaimana prestasi siswa?
c)      Faktor apakah yang menghambat upaya untuk meningkatkan mutu?
d)     Apakah faktor-faktor pendukung yang dimiliki sekolah?
School review akan menghasilkan rumusan tentang kelemahan-kelemahan, kelebihan-kelebihan dan prestasi siswa, serta rekomendasi untuk pengembangan program tahun mendatang.
3)      Benchmarking
Benchmarking adalah suatu kegiatan untuk menetapkan standar dan target yang akan dicapai dalam suatu periode tertentu. Benchmarking dapat diaplikasikan untuk individu, kelompok ataupun lembaga.
Tiga pertanyaan mendasar yang akan dijawab oleh benchmarking adalah (a) Seberapa baik kondisi kita?, (b) Harus menjadi seberapa baik?, dan (c) Bagaimana cara untuk mencapai yang baik tersebut?
Langkah-langkah yang dilaksanakan adalah: (1) Tentukan fokus, (2) Tentukan aspek/variabel atau indikator, (3) Tentukan standar, (4) Tentukan gap (kesenjangan) yang terjadi, (5) Bandingkan standar
dengan kita, (6) Rencanakan target untuk mencapai standar, dan (7) Rumuskan cara-cara program untuk mencapai target.
4)      Penjaminan Mutu
Penjaminan mutu (quality assurance) merupakan teknik untuk menentukan bahwa proses pendidikan telah berlangsung sebagaimana seharusnya. Dengan teknik ini akan dapat dideteksi adanya penyimpangan yang terjadi pada proses. Teknik ini menekankan pada monitoring yang berkesinambungan, dan melembaga, menjadi subsistem sekolah. Quality assurance akan menghasilkan informasi, yang: (1) merupakan umpan balik bagi sekolah, dan (2) memberikan jaminan bagi orang tua siswa bahwa sekolah senantiasa memberikan pelayanan terbaik bagi siswa. Untuk melaksanakan penjaminan mutu harus melalui tiga tahap, yaitu (1) tahap persiapan, (2) perencanaan, dan (3) tahap pelaksanaan. Tahap persiapan mencakup kegiatan: (a) Membentuk total quality steering committee, (b) Memben-tuk tim, (c) Pelatihan PM (QA), (d) Menyusun Pernyataan visi dan prinsip sebagai pedoman, (e) Menyusun tujuan umum, (f) Komunikasi dan publikasi, (g) Identifikasi kekuatan dan kelemahan, (h) Identifikasi pendukung dan penolak, (i) Memperkirakan sikap karyawan, dan (j) Mengukur kepuasan pelanggan. Dalam tahap perencanaan dilakukan: (a) merencanakan pendekatan implementasi menggunakan siklus PDCA (Plan, Do, Check, and Action), (b) Identifikasi proyek, (c) Komposisi tim, dan (d) Pelatihan tim. Sedangkan pada tahap pelaksanaan, dilakukan: (a) Penggiatan tim, (b) Umpan balik kepada steering committee, (c) Umpan balik dari pelanggan, (d) Umpan balik dari karyawan, dan (e) Memodifikasi infrastruktur
3.      Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah Sekolah (RKAS)
a.    Pengertian RKAS
Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) menjadi salah satu bagian dari Rencana Kerja Sekolah (RKS) yang cukup penting dan strategis dalam pengembangan sekolah pada umumnya. RKAS menjadi salah satu indikator utama pengembangan sekolah dimasa yang akan datang. Besar kecilnya RKAS sangat ditentukan oleh kemampuan kepala sekolah dalam mengelola sekolah dan menggali dana sekolah dari pemerintah. Sebelum penyusunan RKAS perlu juga dimusyawarahkan oleh Kepala Sekolah bersama-sama dengan Dewan guru, Pegawai, dan Komite Sekolah kemudian dibuat Surat Keputusannya sehingga RKAS yang akan dan telah disusun dapat terlaksana dengan tertib, lancar dan sukses mencapai tujuan.
Seperti telah dijelaskan di atas bahwa RPS berisi dua rencana pengembangan pendidikan ditinjau dari jangka waktunya, yaitu Rencana Kerja Sekolah (RKS) dalam jangka menengah (empat tahunan), dan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) dalam jangka pendek (satu tahunan). RKS adalah suatu perencanaan pengembangan sekolah yang menggambarkan tentang program-program sekolah yang akan dilaksanakan dan dicapai selama kurun waktu empat tahun. Program-program tersebut lebih bersifat garis besar, baik menyangkut fisik maupun non fisik, yang semuanya mengacu kepada standar nasional pendidikan. Sedangkan RKAS merupakan bagian tak terpisahkan dari RKS, dan lebih merupakan penjabaran operasional dari RKS. Program-program dalam RKAS lebih detail yang akan dilaksankan dan dicapai dalam satu tahun.
Dengan demikian RKS dibuat pada awal tahun untuk empat tahun mendatang, sedangkan RKAS dibuat pada tahun pertama, tahun kedua,..dst dari empat tahun yang akan dilaksanakan. Baik dalam RKS maupun RKAS semua sumber dana dan alokasi biaya sudah dapat diprediksi sebelumnya. Dalam hal program, baik RKS maupun RKAS harus memperhatikan kebutuhan sekolah, masyarakat serta sesuai dengan standar nasional pendidikan.
b.    Langkah-Langkah Penyusunan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS)
RKAS disusun berdasarkan RKS, dan tidak boleh menyimpang dari RKS, sehingga antara RKS dan RKAS harus terkait dan ada benang merahnya. RKS dan RKAS inilah yang selanjutnya akan dipergunakan sebagai dasar untuk melakukan monitoring dan evaluasi, pembinaan, dan pembimbingan oleh berbagai pihak yang berkepentingan dengan sekolah.  Adapun langkah-langkah penyusunan RKAS adalah sebagai berikut:
1)        Analisis Lingkungan Operasional Sekolah
2)        Analisis Pendidikan Sekolah Saat Ini
3)        Analisis Pendidikan Sekolah 1 Tahun Kedepan (Yang  Diharapkan);
4)        Identifikasi Tantangan Nyata Satu (1) Tahun:
5)        Menentukan Tujuan Situasional/Sasaran
6)        Identifikasi Fungsi-Fungsi/ Komponen/Urusan Sekolah Untuk Mencapai Setiap Sasaran
7)        Melakukan analisis SWOT (mengenali tingkat kesiapan masing-masing urusan sekolah melalui analisis SWOT);
8)        Merumuskan dan mengidentifikasi alternatif Langkah-Langkah Pemecahan;
9)        Menyusun rencana program dan kegiatan sekolah;
10)    Pengembangan Program,Kegiatan, Dan Rincian Kegiatan Tiap Sasaran;
11)    Rencana Monitoring dan Evaluasi (Monev)
12)    Rencana Anggaran Pendapatan Dan Belanja Sekolah (RAPBS)
Secara lebih rinci penyusunan RKAS tersebut adalah sebagai berikut:
1)        Analisis Lingkungan Operasional Sekolah
Langkah ini pada prinsipnya adalah sama dengan analisis lingkungan strategis pada Rentra.  Perbedaannya adalah untuk analisis ini lebih menitik beratkan kepada lingkungan sekolah saja yang cakupannya lebih sempit dan berpengaruh langsung kepada operasional sekolah. Proses-proses ini termasuk menganalisis terhadap kebutuhan masyarakat/daerah setempat, potensi daerah, potensi sekolah, potensi masyarakat sekitar, potensi geografis sekitar sekolah, potensi ekonomi masyarakat sekitar sekolah, dan potensi lainnya. Termasuk di dalamnya juga tentang regulasi atau kebijakan daerah dan peta perpolitikan daerah setempat. Hasil kajian ini (baik yang bersifat kuantitas maupun kualitas) dapat dipergunakan untuk membantu melakukan analisis pendidikan yang ada di sekolah saat sekarang dan perencanaan satu tahun ke depan
2)        Melakukan analisis pendidikan sekolah saat ini
Adalah suatu analisis atau kajian yang dilakukan oleh sekolah untuk mengetahui semua unsur internal sekolah yang akan dan telah mempengaruhi penyelenggaraan pendidikan dan hasil-hasilnya. Analisis ini lebih menitikberatkan kepada analisis situasi pendidikan di sekolah yang bersangkutan. Aspek atau unsur-unsur sekolah yang secara internal dapat dikaji antara lain mengenai kondisi saat ini tentang: PBM, guru, kepala sekolah, tenaga TU, laboran, tenaga perpustakaan, fasilitas atau sarpras, media pengajaran, buku, peserta didik, kurikulum, manajemen sekolah, pembiayaan dan sumber dana sekolah, kelulusan, sistem penilaian/evaluasi, peran komite sekolah, dan sebaginya. Hasil kajian ini dapat dirumuskan dalam ”school profile” sekolahnya yang dapat dipergunakan untuk menentukan ”status” atau potret sekolah saat ini. Hasil ini selanjutnya akan dibandingkan dengan kondisi ideal yang diharapkan di masa satu tahun mendatang, sehingga dapat diketahui sejauh mana kesenjangan yang terjadi.
3)        Analisis Pendidikan Sekolah 1 Tahun Kedepan (Yang  Diharapkan)
Pada dasarnya analisis ini sama dengan yang dilakukan untuk analisis sebelumnya di RKS, bedanya di sini untuk jangka waktu satu tahun. Sekolah melakukan suatu kajian atau penelaahan tentang cita-cita potret sekolah yang ideal di masa datang (khususnya dalam satu tahun mendatang). Dalam analisis ini melibatkan semua stakeholder  sekolah, khususnya mereka yang memiliki cara pandang yang visioner, sehingga dapat menentukan kondisi sekolah yang benar-benar ideal tetapi terukur, feasible, dan rasional.
4)        Identifikasi Tantangan Nyata Satu (1) Tahun
Dalam menentukan kesenjangan ini pada dasarnya sama ketika menyusun RKS. Berdasarkan pada hasil analisis sekolah saat ini dan analisis kondisi sekolah yang ideal satu tahun mendatang, maka selanjutnya sekolah dapat menentukan kesenjangan yang terjadi antara keduanya. Kesenjangan itulah merupakan sasaran yang harus dicapai atau diatasi dalam waktu satu tahun, sehingga apa yang diharapkan sekolah secara ideal dapat dicapai. Dengan kata lain, kesenjangan tersebut merupakan selisih antara kondisi nyata sekarang dengan kondisi idealnya satu tahun ke depan.
5)        Menentukan Tujuan Situasional/Sasaran
Sekolah menentukan atau merumuskan sasaran atau tujuan jangka pendek satu tahunan. Rumusan tujuan satu tahunan ini merupakan penjabaran lebih rinci, operasional, dan terukur dari tujuan empat tahunan dalam RKS. Oleh karena itu, tujuan di sini tidak boleh berbeda atau menyimpang dari tujuan empat tahunan. Dalam perumusannya harus mengandung aspek  SMART (spesific, measurable, achievable, realistic, dan time bound). Secara substansi tujuan tersebut lebih menitikberatkan kepada tujuan pencapaian standar nasional dalam berbagai aspek pendidikan.
Tujuan satu tahun merupakan penjabaran dari tujuan sekolah yang telah dirumuskan berdasarkan pada kesenjangan/selisih/gap yang terjadi antara kondisi sekolah saat ini dengan tujuan sekolah untuk satu tahun ke depan. Berdasarkan pada tantangan nyata tersebut, selanjutnya dirumuskan sasaran mutu yang akan dicapai oleh sekolah. Sasaran harus menggambarkan mutu dan kuantitas berstandar nasional yang ingin dicapai dan terukur agar mudah melakukan evaluasi keberhasilannya.
6)        Identifikasi Fungsi-Fungsi/ Komponen/Urusan Sekolah Untuk Mencapai Setiap Sasaran
Setelah sasaran atau tujuan tahunan ditentukan, selanjutnya dilakukan identifikasi fungsi-fungsi atau urusan-urusan sekolah yang diperlukan untuk mencapai sasaran tersebut. Langkah ini harus dilakukan sebagai persiapan dalam melakukan analisis SWOT. Fungsi-fungsi yang dimaksud, misalnya untuk meningkatkan pencapaian ketuntasan kompetensi lulusan yang berstandar nasional adalah fungsi proses belajar mengajar (PBM) berstandar nasional dan pendukung PBM, seperti: ketenagaan, kesiswaan, kurikulum, perencanaan instruksional, sarana dan prasarana dengan standar internasional,  serta hubungan sekolah dan masyarakat. Selain itu terdapat pula fungsi-fungsi yang tidak terkait langsung dengan proses belajar mengajar, diantaranya pengelolaan keuangan dan pengembangan iklim akademik sekolah.
Apabila sekolah keliru dalam menetapkan fungsi-fungsi tersebut atau fungsi tidak sesuai dengan sasarannya, maka dapat dipastikan hasil analisis akan menyimpang dan tidak berguna untuk  memecahkan persoalan. Untuk itu, diperlukan kecermatan dan kehati-hatian dalam menentukan fungsi-fungsi yang diperlukan untuk mencapai sasaran yang ditentukan. Agar lebih mudah, dalam identifikasi fungsi dibedakan fungsi-fungsi pokok yang berbentuk proses, misalnya KBM, latihan, pertandingan, dan sebagainya serta fungsi-fungsi yang berbentuk pendukung, yang berbentuk input misalnya ketenagaan, sarana-prasarana, anggaran, dan sebagainya. Pada setiap fungsi ditentukan pula faktor-faktornya, baik faktor yang tergolong internal maupun eksternal agar setiap fungsi memiliki batasan yang jelas dan memudahkan saat  melakukan analisis.
Setelah fungsi-fungsi yang diperlukan untuk mencapai sasaran telah diidentifikasi, maka langkah berikutnya adalah menentukan tingkat kesiapan masing-masing fungsi beserta faktor-faktornya melalui analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, and Threat).
7)        Melakukan analisis SWOT (mengenali tingkat kesiapan masing-masing urusan sekolah melalui analisis SWOT)
Analisis SWOT dilakukan dengan maksud untuk mengenali tingkat kesiapan setiap fungsi dari keseluruhan fungsi yang diperlukan untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Oleh karena tingkat kesiapan fungsi ditentukan oleh tingkat kesiapan masing-masing faktor yang terlibat pada setiap fungsi, maka analisis SWOT dilakukan terhadap keseluruhan faktor dalam setiap fungsi tersebut, baik faktor internal maupun eksternal.
Dalam melakukan analisis terhadap fungsi dan faktor-faktornya, maka berlaku ketentuan berikut: Untuk tingkat kesiapan yang memadai, artinya, minimal memenuhi kriteria kesiapan yang diperlukan untuk mencapai sasaran, dinyatakan sebagai kekuatan bagi faktor internal atau peluang bagi faktor eksternal. Sedangkan tingkat kesiapan yang kurang memadai, artinya, tidak memenuhi kriteria kesiapan minimal, dinyatakan sebagai kelemahan bagi faktor internal atau ancaman bagi faktor eksternal. Untuk menentukan kriteria kesiapan, diperlukan standar, kecermatan, kehati-hatian, pengetahuan, dan pengalaman yang cukup agar dapat diperoleh ukuran kesiapan yang tepat.
Kelemahan atau ancaman yang dinyatakan pada faktor internal dan faktor eksternal yang memiliki tingkat kesiapan kurang memadai, disebut persoalan. Selama masih adanya fungsi yang tidak siap atau masih ada persoalan, maka sasaran yang telah ditetapkan diduga tidak akan dapat tercapai. Oleh karena itu, agar sasaran dapat tercapai, perlu dilakukan tindakan-tindakan untuk mengubah fungsi tidak siap menjadi siap. Tindakan yang dimaksud disebut langkah-langkah pemecahan persoalan, yang pada hakekatnya merupakan tindakan mengatasi kelemahan atau ancaman agar menjadi kekuatan atau peluang. 
Setelah diketahui tingkat kesiapan faktor melalui analisis SWOT, langkah selanjutnya adalah memilih alternatif langkah-langkah pemecahan persoalan, yakni tindakan yang diperlukan untuk mengubah fungsi yang tidak siap menjadi fungsi yang siap dan mengoptimalkan fungsi yang dinyatakan siap.
Oleh karena kondisi dan potensi sekolah berbeda-beda antara satu dengan lainnya, maka alternatif langkah-langkah pemecahan persoalannya pun dapat berbeda, disesuaikan dengan kesiapan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya di sekolah tersebut. Dengan kata lain, sangat dimungkinkan suatu sekolah mempunyai langkah pemecahan yang berbeda dengan sekolah lain untuk mengatasi persoalan yang sama. Oleh karena itu dalam analisis SWOT harus dilakukan pada TIAP SASARAN. Format analisis SWOT dapat dilihat pada lampiran modul ini.
8)        Merumuskan dan mengidentifikasi alternatif Langkah-Langkah Pemecahan
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan untuk sasaran pertama, maka dapat diidentifikasi kelemahan dan ancaman  yang dihadapi oleh sekolah pada hampir semua fungsi yang diberikan. Pada fungsi PBM yang menjadi kelemahan adalah siswa kurang disiplin, guru kurang mampu memberdayakan siswa dan umumnya tidak banyak variasi dalam memberikan bahan pelajaran di kelas serta waktu yang digunakan kurang efektif. Sedangkan yang menjadi ancaman adalah kurang siapnya siswa dalam menerima pelajaran, terutama pada pagi dan siang hari menjelang pulang. Di samping itu, suasana lingkungan sekolah yang kurang kondusif dan ramai karena berdekatan dengan pusat keramaian kota.
Selanjutnya untuk mengatasi kelemahan atau ancaman tersebut, sekolah mencari alternatif langkah-langkah memecahkan persoalan. Dengan kata lain, alternatif pemecahan masalah pada dasarnya merupakan cara mengatasi fungsi yang belum memenuhi kesiapan.
Berdasarkan pada beberapa alternatif pemecahan persoalan yang dihasilkan dari analisis SWOT tersebut, sekolah ‘X’ selanjutnya menyusun program sesuai dengan kemampuan sekolah. Sekolah yang sukses adalah sekolah yang mampu melaksanakan alternatif pemecahan masalah dengan inovatif maksimal dan biaya minimal. Dari alternatif langkah-langkah pemecahan persoalan yang ada, Kepala sekolah  bersama-sama dengan unsur Komite Sekolah, menyusun dan merealisasikan rencana dan program-programnya untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Rencana yang dibuat harus menjelaskan secara detail dan lugas tentang aspek-aspek yang ingin dicapai, kegiatan yang harus dilakukan, siapa yang harus melaksanakan, kapan dan dimana dilaksanakan, dan berapa biaya yang diperlukan. Hal itu juga diperlukan untuk memudahkan sekolah dalam menjelaskan dan memperoleh dukungan dari pemerintah maupun orangtua peserta didik, baik secara moral maupun finansial.
10)    Pengembangan Program,Kegiatan, Dan Rincian Kegiatan Tiap Sasaran
Berdasarkan pada tujuan atau sasaran satu tahunan dan program di atas, maka selanjutnya dapat dirumuskan tentang apa-apa saja yang akan dihasilkan (sebagai output), baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif dan dalam waktu kapan akan dicapai dalam waktu satu tahun. Misalnya dari program pencapaian standar internasional aspek sarana dan prasarana pendidikan, bentuk hasil yang akan dicapai sarana pendidikan apa saja dalam jangka satu tahun bisa terwujud. Misalnya dalam lima tahun akan mencapai standar nasional, sarana pendidikan 100%, maka pada tahun pertama ini akan dicapai 25%-nya. Demikian pula untuk hasil-hasil yang akan dicapai dari program-program lainnya (lihat Tabel 2 di Bagian I : Konsep dan Pelaksanaan).
11)    Rencana Monitoring dan Evaluasi (Monev)
Perumusan di sini pada dasarnya sama dan mengacu kepada RKS khususnya tentang rencana supervisi klinis, monitoring, dan evaluasi di sekolah. Sekolah merumuskan tentang rencana supervisi, monitoring internal, dan evaluasi internal sekolahnya oleh kepala sekolah dan tim yang dibentuk sekolah. Harus dirumuskan rencana supervisi yang akan dilakukan sekolah ke semua unsur sekolah, dirumuskan monitoring tiap kegiatan sekolah oleh tim, dan harus dirumuskan evaluasi kinerja sekolah oleh tim. Oleh siapa dan kapan dilaksanakan harus dirumuskan secara jelas selama kurun waktu satu tahun. Dengan demikian, sekolah dapat memperbaiki kelemahan proses dan dapat mengetahui keberhasilan atau kegagalan tujuan dalam kurun waktu satu tahun tersebut. Pada akhirnya sekolah akan mengetahui program apa yang dapat dicapai dan kapan suatu target standar internasional akan dicapai dengan pasti. Tanpa adanya langkah ini sekolah akan cenderung berjalan tanpa ada kejelasan dan kepastian. Lebih daripada itu, sekolah akan memiliki daya tawar dengan pihak lain ketika berkepentingan untuk meningkatkan kemajuan sekolah.
12)    Rencana Anggaran Pendapatan Dan Belanja Sekolah (RAPBS)
Semua sumber dana dicantumkan, demikian pula besarnya dana dari masing-masing sumber dana. Semua program dimasukkan, baik program dari peningkatan mutu, peningkatan pemerataan, peningkatan relevansi, peningkatan efieinsi, maupun pengembangan kapasitas sekolah. Bisa menggunakan prinsip efisiensi dan subsidi silang sesuai dengan peruntukan dan pedoman penggunaan dana dari tiap sumber dana untuk suatu program atau kegiatan kerja. RAPBS ini merupakan bagian dari rencana anggaran dalam RAPBS 4 TAHUN
B.     Kerangka Berpikir
Kerangka pikir ini menggambarkan proses berlangsungnya kegiatan penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti yang berawal dari input yaitu peran pengawas sebagai supervisor. Pengawas dalam melakukan kegiatan awal terlebih dahulu melakukan observasi dan evaluasi apa saja yang telah dilakukan atau dibuat oleh kepala sekolah dalam penyusunan RKAS. Dalam kegiatan observasi dan evaluasi ini pengawas melihat apa saja yang telah disiapkan  kepala sekolah dalam penyusunan RKAS. Setelah melakukan kegiatan observasi dan evaluasi pengawas mengelompokkan apa yang menjadi temuan dalam melakukan kegiatan observasi dan evaluasi terhadap penyusunan RKAS oleh masing-masing kepala sekolah di  SMA Binaan.
Kepala Sekolah adalah Guru Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas
tambahan sebagai Kepala Sekolah dan yang senantiasa perlu meningkatkan kemampuan, pengabdian, dan kreativitasnya agar dapat melaksanakan tugas secara profesional. Pengawas Sekolah adalah Pegawai negeri sipil yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan pengawasan pendidikan di sekolah dengan melaksanakan penilaian dan pembinaan dari segi teknis pendidikan dan administrasi pada satuan pendidikan pra sekolah, dasar, dan menengah.
Pengawas merupakan salah satu komponen yang memiliki peranan penting dalam peningkatan mutu pendidikan. Tupoksi pengawas, walaupun adakalanya bersifat teknis, tetapi memiliki kedudukan yang strategis dalam menciptakan situasi yang kondusif bagi pencapaian kinerja setiap elemen yang ada disekolah, baik itu kepala sekolah, guru, tenaga administrasi, peserta didik dan lainnya yang terlibat secara langsung terhadap proses pembelajaran. Akhir dari pelaksanaan kinerja pengawas adalah terciptanya personil sekolah yang dapat melaksanakan tugas sebagaimana tuntutan kinerjanya, sehingga tercipta situasi yang kondusif untuk melakukan perubahan menuju ke arah yang lebih efektif bagi manajemen persekolahan. Dalam hubungannya dengan penyusunan RKAS di masing-masing sekolah binaan khususnya di 9 sekolah yang menjadi binaan peneliti ditemukan adanya permasalahan mendasar dalam penyusunan RKAS. Hal ini tentunya menjadi permasalahan tersendiri mengingat Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) berisikan program-program dan rencana kegiatan dalam jangka pendek (satu tahunan) yang menjadi acuan pelaksanaan kegiatan-kegiatan di sekolah baik yang bersifat akademik maupun non akademik. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa RKAS inilah yang akan dipergunakan sebagai dasar untuk melakukan monitoring dan evaluasi, pembinaan, dan pembimbingan oleh berbagai pihak yang berkepentingan dengan sekolah.
Supervisi manajerial menitikberatkan pada pengamatan pada aspek-aspek pengelolaan dan administrasi sekolah yang berfungsi sebagai pendukung (supporting) terlaksananya pembelajaran. Rendahnya kemampuan kepala sekolah yang menjadi binaan peneliti menjadikan peneliti merasa tertantang untuk mengadakan perbaikan khususnya dalam penyusunan RKAS di sekolah binaaan peneliti. Sebagai wujud pertanggungjawaban peneliti sebagai pengawas sekolah di maka peneliti sebagai pengawas sekolah khususnya pada sekolah binaan merasa bertanggung jawab untuk memperbaiki kendala-kendala yang terdapat di lapangan khususnya yang berkaitan dengan masalah penyusunan RKAS. Perwujudan tindakan yang peneliti lakukan adalah dengan melaksanakan kegiatan Penelitian Tindakan Kepengawasan dengan harapana dapat meningkatkan kemampuan kepala sekolah dalam Penyusunan Administrasi Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS)  melalui Supervisi Manajerial di SMA Binaan …………..  Kabupaten ……….. Tahun 2013.
Berdasarkan hal tersebut, maka kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dijelaskan dalam bagan sebagai berikut :
 













Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir

C.    Hipotesis Tindakan
Dari penjelasan pada kerangka berpikir sebagaimana yang telah dipaparkan di atas, maka hipotesis tindakan dapat dirumuskan sebagai berikut: pelaksanaan supervisi manajerial dapat meningkatkan kemampuan kepala sekolah dalam Penyusunan Administrasi Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS)  melalui Supervisi Manajerial di SMA Binaan …………..  Kabupaten ……….. Tahun 2013.




Untuk mendapatkan file secara lengkap, terdiri dari Bagian Depan, Bab I, II, III, IV, V, Daftar Pustaka dan Lampiran2, silakan klik disini.
Terima kasih.

Postingan Terpopoler

PTK AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN SMK

  Loggo                 LAPORAN HASIL   PENELITIAN TINDAKAN KELAS     PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR AG...