PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR
SISWA MELALUI
PENERAPAN METODE DEMONSTRASI DALAM
PEMBELAJARAN
IPA MATERI PESAWAT SEDERHANA SISWA VIII-B
SMP MUHAMMADIYAH .....................
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Diajukan
untuk Memenuhi Persyaratan Kenaikan
Pangkat
............................... dst disesuaikan
.....................
NIP. .....................
SMP
MUHAMMADIYAH .....................
Jl. ...................................................................
2012
LEMBAR PENGESAHAN
1. a. Judul Penelitian : Peningkatan
Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Metode Demonstrasi dalam
Pembelajaran IPA Materi Pesawat Sederhana Siswa VIII-B SMP Muhammadiyah .....................
Tahun Pelajaran 2011/2012
b.
Bidang Ilmu : Ilmu
Pengetahuan Alam
c.
Kategori Penelitian : Teknik
Pembelajaran
d. Jenis Penelitian : Penelitian
Tindakan Kelas
2. Ketua
Peneliti
a. Nama Lengkap dan Gelar :
b.
NIP :
c. Pangkat / Golongan :
d. Jabatan :
e. Instansi :
SMP Muhammadiyah .....................
f.
Tempat Penelitian : SMP Muhammadiyah .....................
3. Lama
Penelitian : 3 bulan (Bulan ……. sampai dengan Bulan ………. 2012)
4. Sumber
Biaya : Swadaya
…………….,…………………….
Petugas Perpustakaan Peneliti
…………………….. ………………………
NIP. …………………….. NIP. ……………………..
Mengetahui/Mengesahkan
Kepala Sekolah
………………….
NIP.……………………..
KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada penulis sehingga kami penulis menyelesaikan
penelitian di kelas
VIII-B SMP Muhammadiyah ..................... yang Alhamdulillah
tepat pada waktunya. Penelitian
disusun dalam rangka memenuhi penilaian angka kredit unsur
pengembangan profesi guru
untuk kenaikan pangkat dari golongan ……. ke …..
Pada kesempatan ini saya
mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua
pihak yang baik langsung maupun tidak langsung telah membantu penyusunan
laporan ini, yaitu kepada yang terhormat:
1. Kepala Dinas …………………… Kabupaten
……………….
2. Pengawas
SMP/MTs Dinas …………………… Kabupaten ……………….
3. Kepala sekolah SMP Muhammadiyah ..................... yang telah memberikan Saran, Ijin dan pertimbangan terhadap pelaksanaan PTK selama kegiatan berlangsung.
4. Bapak dan Ibu Guru SMP Muhammadiyah ..................... yang telah membimbing dan memotifasi serta mengarahkan kami hingga kegiatan
Program Penelitian Tindakan Kelas ini
dapat terselesaikan dengan lancar.
5. Semua
pihak yang telah membantu dengan tulus dan ikhlas yang tidak dapat penulis
sebutkan satu per satu.
Akhir kata, penulis
sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan penelitian ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita. Amin.
…………………………
Peneliti
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL ......................................................................................... i
LEMBAR
PENGESAHAN ............................................................................... ii
KATA
PENGANTAR ....................................................................................... iii
DAFTAR
ISI ...................................................................................................... iv
DAFTAR
TABEL .............................................................................................. v
DAFTAR
GAMBAR ......................................................................................... vi
DAFTAR
LAMPIRAN...................................................................................... vii
ABSTRAK/RINGKASAN
................................................................................ viii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah .......................................................
B.
Rumusan Masalah .................................................................
C.
Tujuan Penelitian...................................................................
D.
Manfaat Penelitian ................................................................
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A.
Kajian Teori ..........................................................................
B.
Kerangka Pikir .....................................................................
C.
Hipotesis Tindakan ...............................................................
BAB III
METODOLODI PENELITIAN
A.
Setting Penelitian ..................................................................
B.
Subyek Penelitian .................................................................
C.
Data dan Sumber Data..........................................................
D.
Teknik Pengumpulan Data ....................................................
E.
Teknik Analisa Data .............................................................
F.
Indikator Keberhasilan..........................................................
G.
Prosedur Penelitian ...............................................................
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Penelitian ....................................................................
B.
Pembahasan...........................................................................
BAB V PENUTUP
A.
Kesimpulan ...........................................................................
B.
Implikasi ...............................................................................
C.
Saran .....................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kriteria
Penilaian Hasil Belajar....................................................
Tabel 4.1 Rekapitulasi
Nilai Tes Formatif Pada Kondisi Awal...................
Tabel 4.2 Rekapitulasi Peningkatan Motivasi Siswa pada
Kondisi Awal...
Tabel 4.3 Rekapitulasi
Nilai Tes Formatif Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Materi Pesawat Sederhana
pada Siklus I................................................................................
Tabel 4.4 Rekapitulasi
Peningkatan Aktivitas belajar Siswa Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Materi
Pesawat Sederhana pada Siklus I................................................
Tabel 4.5 Rekapitulasi
Nilai Tes Formatif Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Materi Pesawat Sederhana
pada Siklus II...............................................................................
Tabel 4.6 Rekapitulasi
Peningkatan Aktivitas Siswa Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Materi Pesawat
Sederhana pada Siklus II.............................................................
Tabel 4.7 Rekapitulasi
Ketuntasan Hasil belajar Siswa pada Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Materi
Pesawat Sederhana......................................................................
Tabel 4.8 Rekapitulasi
Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa pada Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
Materi Pesawat Sederhana...........................................................
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian Tindakan Kelas........................
Gambar 4.1 Diagram
Batang Perbandingan Angka Nilai Rerata Prestasi dan Ketuntasan Belajar Siswa
pada Setiap Siklus Perbaikan Pembelajaran ....................................
Gambar 4.2 Diagram
Batang Peningkatan Aktivitas belajar pada Setiap Siklus Perbaikan Pembelajaran ...............................................................................................
Gambar 4.3 Diagram
Batang Peningkatan Aktivitas Belajar pada Studi Awal dan Siklus I
Gambar 4.4 Diagram
Batang Peningkatan Hasil Belajar pada Studi Awal dan Siklus I
Gambar 4.5 Diagram
Batang Peningkatan Aktivitas Belajar pada Siklus I dan II
Gambar 4.6 Diagram
Batang Peningkatan Hasil Belajar pada Siklus I dan II
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Lampiran 1 : Surat Ijin Penelitian
Lampiran 2 : Surat Pernyataan Kesediaan Menjadi Observer
Lampiran 3 : Jurnal Kegiatan Penelitian
Lampiran 4 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Siklus I
Lampiran 5 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Siklus II
Lampiran 6 : Daftar Hadir Siswa Kondisi Awal, Siklus I
dan Siklus II
Lampiran 7 : Daftar Hadir Peneliti dan Observer Kondisi
Awal, Siklus I dan Siklus II
Lampiran 8 : Data Hasil Tes Formatif Kondisi Awal, Siklus
I dan Siklus II
Lampiran 9 : Lembar Observasi Peningkatan Aktivitas Siswa
Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II
Lampiran 10 : Contoh Hasil Pekerjaan Siswa
Lampiran 11 : Dokumentasi Pelaksanaan
Kegiatan Penelitian Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II
PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR
SISWA MELALUI
PENERAPAN METODE DEMONSTRASI DALAM
PEMBELAJARAN
IPA MATERI PESAWAT SEDERHANA SISWA VIII-B
SMP MUHAMMADIYAH .....................
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh
.....................
NIP. .....................
ABSTRAK
Penelitian
ini dilatarbelakangi rendahnya nilai hasil belajar IPA materi pesawat sederhana
yang disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya yaitu cara guru melaksanakan
pembelajaran masih bersifat konvensional yaitu guru hanya menggunakan metode
ceramah sehingga siswa cenderung pasif. Penelitian ini ditunjukan pada
penerapan metode demonstrasi dalam pembelajaran IPA pokok bahasan pesawat
sederhana terhadap kehidupan sehari-hari. Berdasarkan permasalahan tersebut,
maka tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah untuk meningkatkan aktivitas dan siswa Kelas VIII-B
SMP Muhammadiyah ..................... pada pembelajaran IPA materi pesawat sederhana setelah dilaksanakan
pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang
mengadaptasi model Kemmis & Mc. Taggart dengan dua siklus, yang pada setiap
siklusnya dilakukan dua tindakan. Subjek
penelitian ini adalah siswa VIII-B SMP Muhammadiyah ..................... yang berjumlah 31 siswa. Hasil pembelajaran IPA
materi pesawat sederhana dengan menerapkan metode demonstrasi terbukti mampu
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hal tersebut dibuktikan dengan
adanya peningkatan aktivitas siswa dari sebelum
perbaikan hanya 12 siswa atau 38,71%, naik menjadi 18 siswa atau 58,06% pada
siklus pertama, dan 96,77% atau 30 siswa pada siklus kedua, dan
peningkatan hasil belajar siswa dari rata-rata pada sebelum perbaikan hanya 60,97, naik menjadi
65,52 pada siklus pertama, dan 76,45 pada siklus kedua, dengan tingkat
ketuntasan belajar sebanyak 11 siswa (35,48%) pada Kondisi Awal, 54,48% atau 17 siswa pada siklus
pertama, 28 siswa atau 90,32% pada
siklus kedua, dan masih ada tiga orang siswa (9,68%) yang belum tuntas. Kesimpulannya
adalah penerapan metode demonstrasi terbukti dapat meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar siswa kelas VIII-B SMP
Muhammadiyah ..................... dalam pembelajaran IPA materi pesawat
sederhana.
Kata Kunci: aktivitas, hasil belajar, metode demonstrasi
Untuk mendapatkan file secara lengkap, terdiri dari Bagian Depan, Bab I, II, III, IV, V, Daftar Pustaka dan Lampiran2, silakan klik disini.
Terima kasih.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sistem
Pendidikan Nasional diselenggarakan melalui
dua jalur yaitu
jalur sekolah dan jalur
luar sekolah. Jalur
pendidikan di sekolah
diselenggarakan melalui
kegiatan berjenjang dan
berkesinambungan. Pendidikan Dasar
merupakan bagian terpadu yang
diselenggarakan 9 tahun terdiri dari 6 tahun Sekolah Dasar dan 3 Tahun Sekolah
Lanjutan Pertama.
Kurikulum
di Sekolah Dasar
yang dikembangkan saat
ini adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan menyediakan
pengalaman belajar siswa yang mencakup materi maupun proses sains dimana
ada keseimbangan antara kemampuan konseptual
dan prosedural. Oleh
karena itu, kurikulum
ini lebih menekankan agar siswa menjadi
pembelajar aktif dan
bersifat fleksibel. Kurikulum ini memuat beberapa mata pelajaran
salah satunya adalah IPA.
Tujuan
pendidikan yang kita
harapkan adalah mencerdaskan
kehidupan bangsa dan mengembangkan
manusia Indonesia seutuhnya,
yaitu manusia yang beriman
dan bertakwa terhadap
Tuhan yang Maha
Esa dan berbudi pekerti luhur,
memiliki pengetahuan dan
keterampilan, kesehatan jasmani dan
rohani, kepribadian yang
mantap, mandiri serta
rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan
kebangsaan. Pendidikan harus
mampu mempersiapkan warga Negara
agar dapat berperan
aktif dalam segala
aspek lapangan kehidupan, cerdas,
aktif, kreatif, terampil,
jujur, tanggung jawab
berdisiplin, demokratis, bermoral baik, dan toleran dengan mengutamakan
persatuan dan kesatuan bangsa.
Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA)
adalah ilmu pengetahuan
yang mempelajari tentang gejala alam baik yang menyangkut benda hidup
maupun benda mati. IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara
sistematis, sehingga IPA
bukan hanya pengetahuan
yang berupa konsep- konsep, atau
prinsip-prinsip saja, tetapi
juga merupakan suatu
proses penemuan. Pendidikan IPA
diharapkan dapat menjadi
wahana bagi peserta didik
untuk mempelajari diri
sendiri dan alam
sekitar, serta prospek pengembangan lebih
lanjut dalam menerapkannya
di dalam kehidupan sehari-hari. Proses
pembelajaran IPA menekankan
pada pemberian pengalaman langsung
untuk mengembangkan kompetensi
agar dapat menjelajahi dan
memahami alam sekitar secara ilmiah.
Apabila
kita melihat fakta
dilapangan, pada umumnya
siswa pandai dalam menghapal
tetapi kurang dalam
mengaplikasikan pengetahuan yang dimilikinya. Hal
ini mungkin terkait
dengan kecenderungan menggunakan hapalan sebagai
wahana untuk menguasai
ilmu pengetahuan, bukan kemampuan berpikir.
Oleh karena itu
siswa hanya terbiasa
menggunakan sebagian kecil dari
potensi atau kemampuan berpikirnya,
sehingga mereka menjadi malas
untuk berpikir mandiri. Jika hal tersebut terus dibiarkan, maka pembelajaran
tidak akan bermakna. Sehingga hasil belajar siswa akan rendah dan pada
akhirnya tujuan yang
diharapkan tidak akan
tercapai. Oleh karena itu,
dalam pembelajaran guru
harus menggunakan metode
atau pendekatan pembelajaran tertentu
yang efektif sesuai
dengan materi yang
hendak disampaikan.
Selain
permasalahan tersebut di atas,
masih banyak permasalahan
pada siswa lainnya yang
ditemukan diruang kelas,
diantaranya : Pada
umumnya siswa belum terbiasa
dan kurang memiliki
kepercayaan diri untuk mengemukakan pendapatnya,
motivasi belajar siswa
kurang, tidak konsentrasi dalam
proses pembelajaran, suka
mengganggu teman, dan
suka melakukan aktivitas diluar
pelajaran. Akibatnya prestasi
belajar siswa menjadi rendah,
dengan nilai KKM di bawah rata-rata.
Demikian
pula yang terjadi
di sekolah kami, hasil tes pendahuluan menunjukkan hasil
hanya 11 siswa (35,48%) dari 31 siswa dinyatakan tuntas belajarnya,
sedangkan 20 orang siswa (64,52%) tidak tuntas belajarnya. Jumlah tersebut sangatlah besar, dan bisa simpulkan
bahwa proses pembelajaran tidak berhasil. Hasil refleksi menunjukkan bahwa pembelajaran IPA di kelas VIII-B SMP Muhammadiyah .....................
masih dilakukan secara konvensional
(pembelajaran berpusat pada
guru) dan nilai
rata-rata secara klasikal pada
mata pelajaran IPA yang diperoleh adalah 60,97, hal ini menunjukan belum
mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang ditentukan yaitu 70.
Berdasarkan
data tersebut di atas, maka peneliti meminta bantuan teman sejawat dan kepala
sekolah untuk membantu mengidentifikasi kekurangan dari pembelajaran yang
dilaksanakan. Dari hasil diskusi terungkap beberapa masalah yang terjadi dalam
pembelajaran, yaitu :
- Siswa kurang menguasai konsep pesawat sederhana sehingga hasil belajar siswa rendah.
- Siswa tidak dapat menjawab pertanyaan guru
- Tidak ada media atau alat peraga yang mendukung materi pembelajaran.
- Siswa tidak mampu mengaplikasikan materi yang dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari.
- Rendahnya aktivitas siswa pada saat mengikuti proses pembelajaran
Melalui
refleksi diri, kaji literatur dan diskusi dengan supervisor dapat diketahui
bahwa kemungkinan faktor penyebab timbulnya masalah di atas adalah :
1. Pendekatan
pembelajaran yang digunakan guru tidak sesuai dengan karakteristik siswa
sekolah dasar
2. Penggunaan alat peraga pembelajaran yang
kurang bervariasi
3. Guru tidak melibatkan siswa untuk aktif
dalam pembelajaran dan penemuan informasi
4. Guru kurang memotivasi siswa dalam
pembelajaran
5. Guru dalam menjelaskan materi terlalu
cepat.
Melihat
permasalahan pembelajaran yang ada, peneliti perlu melakukan upaya perbaikan
karena jika hal tersebut dibiarkan maka tidak menutup kemungkinan akan menjadi
sumber utama penyebab turunnya hasil belajar siswa. Oleh karena itu
perlu diupayakan solusi alternatif dari persoalan tersebut dengan melaksanakan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi pesawat sederhana
melalui melalui penerapan metode demonstrasi pada siswa kelas VIII-B SMP
Muhammadiyah ......................
B. Rumusan Masalah
Dari uraian
sebagaimana latar belakang masalah di atas, maka dapat ditentukan perumusan
masalahnya yaitu :
1. Bagaimana meningkatkan aktivitas siswa
dengan menggunakan metode demonstrasi dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi
pesawat sederhana?
2. Bagaimana meningkatkan hasil siswa dengan
menggunakan metode demonstrasi dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi pesawat
sederhana?
C. Tujuan Penelitian
Adapun
tujuan dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas (PTK) ini adalah :
1. Untuk meningkatkan aktivitas siswa Kelas VIII-B
SMP Muhammadiyah ..................... pada pembelajaran IPA materi pesawat sederhana setelah dilaksanakan
pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi.
2. Untuk meningkatkan hasil belajar
siswa Kelas VIII-B SMP Muhammadiyah ..................... pada pembelajaran IPA materi
pesawat sederhana setelah dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode
demonstrasi.
D. Manfaat Penelitian
Diharapkan
dengan pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dapat memberikan manfaat
secara teoritis dan praktis :
- Manfaat Teoritis
a. Secara teoritis manfaat penelitian ini
adalah untk memperoleh gambaran mengenai penerapan metode demonstrasi dalam pembelajaran IPA.
b. Menambah khasanah pengembangan
pengetahuan mengenai pembelajaran
IPA materi pesawat sederhana dengan
menggunakan metode demonstrasi.
c. Sebagai bahan kajian penelitian lebih lanjut.
- Manfaat Praktis
a. Siswa
1) Memperbaiki belajar siswa, agar hasil
belajar siswa meningkat
2) Siswa merasa mendapat perhatian khusus
dari guru sehingga minat belajar siswa meningkat
3) Memberikan pengalaman
secara langsung bagi
siswa, sehingga siswamempunyai
kesan dalam belajarnya.
4) Siswa
dapat menarik kesimpulan
atau memecahkan masalah
setelah melakukan demonstrasi dalam pembelajaran IPA.
5) Untuk memperbaiki pembelajaran yang telah
dilakukan sebelumnya, sehingga aktivitas siswa dan hasil belajar siswa
meningkat.
b. Guru
1)
Agar guru dapat memperbaiki mutu kinerja atau
meningkatkan proses pembelajaran IPA secara berkesimanbungan.
2)
Untuk
mengembangkan keterampilan guru
untuk menghadapi permasalahan
yang nyata dalam proses pembelajaran di kelas.
3)
Meningkatkan profesionalisme guru.
c. Bagi Sekolah
1) Memberikan
landasan dan argumentasi
bagi kebijakan yang
akan diambil guna meningkatkan
mutu pendidikan nasional
melalui model dan metode
pembelajaran yang tepat di sekolah.
2) Meningkatkan kualitas pendidikan bagi
siswa
3) Mengembangkan mutu dan hasil belajarnya
4) Mempunyai kesempatan untuk berkembang
pesat
BAB
II
KAJIAN
PUSTAKA
A.
Kerangka Teori
1.
Hakikat Pembelajaran IPA
a.
Pengertian Pembelajaran IPA
Salah
satu mata pelajaran
yang diajarkan di sekolah
adalah mata pelajaran IPA
yang sangat penting sekali
diberikan di sekolah-sekolah baik itu
sekolah dasar maupun
sekolah menengah. Dalam
Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) 2006 (BSNP, 2006: 124) dijelaskan bahwa : Pembelajaran
IPA berhubungan dengan
cara mencari tahu
tentang alam secara sistimatis,
sehingga IPA bukanlah
hanya untuk memahami pengetahuan tentang
fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip saja
tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.
Pembelajaran IPA
di sekolah menengah
harus memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk mengembangkan
ketiga aspek yang
tercakup di dalamnya yaitu:
Pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
Apabila peserta didik dilibatkan
secara langsung maka
pembelajaran yang aktif,
kreatif, efektif, interaktif dan menyenangkan
akan tercapai. Guru yang baik adalah guru yang menjadikan peserta didik sebagai
subjek bukan sebagai objek.
IPA
adalah bidang studi
yang menanamkan dan
mengembangkan pengetahuan,
keterampilan, sikap, dan
nilai ilmiah pada
siswa serta rasa mencintai dan menghargai kebesaran Tuhan
Yang Maha Esa. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi alat bagi siswa untuk
lebih mengenal diri sendiri dan alam sekitar, dan kehidupan sehari-hari. IPA
secara sederhana mempunyai arti, kumpulan ilmu pengetahuan yang tersusun secara
sistematis tentang gejala alam. IPA merupakan bagian dari ilmu pengetahuan
yang terdiri dari
fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan
teori-teori yang merupakan produk dari proses ilmiah.
Melalui pembelajaran IPA, kerja
ilmiah seperti melakukan pengamatan,
memprediksi, dan keterampilan
IPA lainnya serta
keterampilan berfikir dapat dilatih
kepada peserta didik
dalam usaha memberi
bekal pengetahuan,
keterampilan, nilai dan
sikap yang diperlukan
untuk melanjutkan pendidikan
maupun untuk dapat menyesuaikan diri dengan perubahan–perubahan di sekelilingnya. Oleh
karena itu pengembangan
kurikulum IPA beralih
dari pengembangan kurikulum berbasis
materi (content-based) atau siswa
belajar sejumlah fakta ke
pengembangan kurikulum berbasis
kopetensi (competency-based), di mana
ada keseimbangan peningkatan
kemampuan konseptual dan prosedural. Pendidikan IPA menekankan pada
pemberian pengalaman langsung.
Pada prinsipnya IPA di sekolah menengah membekali siswa untuk
mengembangkan kemampuan berbagai
cara “mengetahui” dan
suatu cara “mengerjakan”
yang dapat membantu siswa
untuk memahami alam
sekitar secara mendalam
dan menyesuaikan diri dengan
tuntutan perkembangan dunia yang sangat
cepat.
Pembelajaran IPA diharapkan dapat menjadi sarana bagi
siswa untuk bisa belajar dirinya
sendiri dan alam
sekitarnya, memiliki keterampilan ilmiah, bersikap
ilmiah dan religius
serta mampu dalam
memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupannya dengan lebih
menyadari kebesaran dan kekuasaan Tuhan
sebagai pencipta alam semesta. IPA adalah ilmu pengetahuan yang rasional
dan objektif tentang alam semesta dan segala isinya, IPA
membahas tentang gejala-gejala
alam yang disusun
secara sistematis yang didasarkan
pada hasil percobaan
dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia.
b.
Tujuan Pembelajaran IPA
Tujuan pemberian
mata pelajaran IPA
atau sains munurut
Sumaji (1998:35) adalah agar
siswa mampu memahami
dan menguasai konsep-konsep IPA serta keterkaitan dengan
kehidupan nyata. Siswa juga mampu menggunakan metode ilmiah
untuk memcahkan masalah
yang dihadapinya, sehingga
lebih menyadari dan mencintai kebesaran serta kekuasaan Penciptanya.
Pengajaran IPA menurut Depdikbud (1993/1994:98-99) bertujuan agar siswa:
(1) Memahami konsep-konsep
IPA dan kaitannya
dengan kehidupan sehari-sehari. (2) Memiliki keterampilan
proses untuk mengembangkan pengetahuan, dan ide
tentang alam di
sekitarnya. (3) Mempunyai
minat untuk mengenal
dan mempelajari benda-benda serta peristiwa di lingkungan sekitar. (4)
Bersikap ingin tahu, tekun, terbuka,
kritis, mawas diri,
bertanggungjawab, bekerjasama dan mandiri. (5) Mampu menerapkan berbagai
macam konsep IPA untuk menjelaskan gejala-gejala alam
dan memecahkan masalah
dalam kehidupan sehari-hari.
(6) Mampu menggunakan teknologi
sederhana yang berguna
untuk memecahkan suatu masalah
yang ditemukan dalam
kehidupan sehari-hari. (7) Mengenal
dan memupuk rasa cinta
terhadap alam sekitar,
sehingga menyadari kebesaran
dan keagungan Tuhan Yang Maha Esa.
Pendidikan IPA
lebih menekankan pada
pemberian pengalaman langsung dan
kegiatan praktis untuk
mengembangkan kompetensi agar
siswa mampu menjelajahi dan
memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan
IPA diarahkan untuk
“mencari tahu” dan
“berbuat” sehingga dapat membantu
siswa untuk memperoleh
pemahaman yang lebih
mendalam tentang alam sekitar
Menurut Sumaji (1998:31),
IPA berupaya untuk membangkitkan
minat manusia agar
mau meningkatkan kecerdasan dan
pemahamannya mengenai alam sekitarnya.
c.
Karakteristik Pembelajaran IPA
Objek
kajian pendidikan IPA berada pada berbagai persoalan/fenomena alam. Hal ini
seperti yang diungkapkan oleh Supriyadi (1999: 1) bahwa objek kajian IPA adalah
segala fenomena lingkungan (alam) yang berujud titik kecil hingga alam raya
yang sangat besar. IPA menurut Depdiknas (2003: 6) merupakan cara mencari tahu tentang
alam semesta secara sistematis untuk menguasai pengetahuan fakta-fakta,
konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan, dan memiliki sikap ilmiah.
Trowbidge
dan Byebee (1986: 38) mendefinisikan IPA sebagai berikut : Science is body of knowledge, formed by of continous inquiry, and
compassing the people who are engaged in the scientific enterprise. Jadi
karakteristik IPA yang kemudian membedakannya dengan ilmu pengetahuan yang lain
adalah bahwa IPA ditempuh melalui berbagai penemuan proses empiris secara berkelanjutan
yang masing-masing akan memberi kontribusi dengan berbagai jalan untuk
membentuk sistem unik yang disebut IPA.
Suyoso
(2001: 1-4) mengungkapkan bahwa nilai intelektualitas IPA menuntut kecerdasan
dan ketekunan, dalam mencari jawaban suatu persoalan didasarkan atas
pertimbangan rasional dan objektivitas dengan melalui observasi atau kegiatan
eksperimen untuk memperoleh data yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Secara lebih terperinci. Robert B. Sund (1973: 12) menjelaskan tentang bagaimana
suatu pemahaman IPA ditemukan atau yang sekarang dikenal sebagai metode IPA
(scientific method). Setidaknya ada enam langkah untuk melakukan proses IPA ,
yaitu (1) stating the problem, (2)
formulating hypotheses, (3) designing an experiment, (4) making obsevation, (5)
collecting data from the experiment, (6) drawing conclutions.
2.
Metode Demonstrasi
a.
Pengertian Metode Demonstrasi
Pembelajaran adalah
suatu proses kegiatan
belajar mengajar yang dilaksanakan dalam
suatu lingkungan pembelajaran, baik
lingkungan fisik, bahan atau
materi, dan sumber-sumber pembelajaran lainnya, sehingga dapat memungkinkan siswa
dapat berinteraksi secara
maksimal untuk mencapai tujuan pembelajaran
yaitu terjadinya suatu
perubahan tingkah laku
yang positif baik kognitif, afektif, maupun psikomotorik yang berbeda
dari keadaan sebelumnya.
Pembelajaran atau proses
belajar mengajar merupakan
inti dari proses pendidikan,
pembelajaran dapat berlangsung
dimanapun dan kapanpun.
Udin S. Winata Putra, dkk (2004 :
424) menyatakan bahwa “Metode demontrasi
adalah cara penyajian
pelajaran dengan mempertunjukkan secara langsung
objek atau cara
melakukan sesuatu untuk mempertunjukkan proses
tertentu”. Sedangkan menurut
Syaiful Bahri Djamarah (2000:
54), “Metode demontrasi
adalah metode yang
digunakan untuk
memperlihatkan suatu proses
atau cara kerja
suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran”.
Metode Demonstrasi
adalah suatu metode
yang memperhatikan sesuatu kepada seseorang
atau kelompok orang.
Melalui metode demonstrasi,
guru memperlihatkan suatu proses,
peristiwa, atau memperlihatkan cara
kerja suatu alat kepada peserta didik (Rusyan 2004 :99).
Sanjaya (2006:150) menyatakan bahwa
metode demonstrasi adalah metode
penyajian pelajaran dengan
memperagakan dan mempertunjukan kepada siswa
tentang suatu proses,
situasi atau benda
tertentu, baik sebenarnya
atau hanya sekedar tiruan.
Dari
kedua pendapat di
atas, dapat disimpulkan
bahwa metode demonstrasi adalah salah
satu cara menyampaikan
materi pelajaran dengan
cara memperlihatkan suatu proses,
peristiwa dan cara kerja sebuah alat kepada peserta didik. Demonstrasi
dapat dilakukan dengan
berbagai cara, dimulai
dari yang sederhana,
sampai dengan cara yang lebih kompleks.
Model
pembelajaran IPA dengan
pendekatan belajar mengajar
yang cocok untuk anak-anak sekolah menengah Indonesia dengan kondisi,
karakteristik dan sifat budaya
Indonesia adalah pendekatan
yang mencakup kesesuaian antara situasi dan belajar anak
dengan situasi kehidupan nyata di masyarakat.Model pembelajaran
yang cocok untuk
anak Indonesia adalah
melalui pengalaman langsung (learning
by doing) model belajar ini memperkuat daya ingat anak
dan lebih efektif
sebab menggunakan alat-alat
dan media belajar yang ada di lingkungan anak sendiri.
Dalam
pembelajaran pengalaman langsung
mempunyai peranan yang sangat
penting sebagai pendorong
lajunya perkembangan kognitif
anak, karena pengalaman anak
terjadi secara spontan
sejak lahir sampai
anak berumur 12 tahun.
Efisiensi pengalaman langsung
tergantung pada konsistensi
antara hubungan metode dan objek dengan tingkat perkembangan kognitif anak.
Anak akan siap
untuk megembangkan konsep
tertentu hanya bila anak telah
memiliki struktur kognitif (skemata) yang terjadi prasyaratnya yakni
perkembangan kognitif yang hirarkis dan integratif.
Metode demonstrasi
adalah suatu metode
yang digunakan untuk memperlihatkan sesuatu
proses atau cara
kerja suatu benda
yang berkenaan dengan bahan
pembelajaran tertentu. Dalam prakteknya
metode demonstrasi dapat dilakukan oleh guru atau anak didik
itu sendiri, metode
demonstrasi cukup baik
apabila digunakan dalam pembelajaran
di sekolah menengah
pengalaman dan kesan
sebagai hasil pembelajaran lebih
melekat dalam diri
siswa. Menurut pandangan keberhasilan belajar
bergantung bukan hanya
pada lingkungan atau
kondisi belajar, tetapi pada pengetahuan awal juga. Belajar melibatkan
pembentukan “makna” oleh siswa
dari apa yang
mereka lakukan, lihat,
dan dengar (west
dan pinest). Pembentukan
makna merupakan suatu
proses aktif yang
terus berlanjut. Jadi siswa
memiliki tanggung jawab
akhir atas belajar
mereka sendiri, seperti dikemukakan oleh Pershan (1994:5).
Terdapat enam
unsur penting dalam
pembelajaran menggunakan metode
demonstrasi, yaitu :
1)
Menunjukkan proses dengan jelas
2)
Adanya Interaksi dua arah
3)
Kesempatan diskusi lebih
luas
4)
Pengalaman belajar yang
autentik dan bermakna
5)
Adanya dorongan agar siswa bisa
mandiri
6)
Adanya usaha untuk mengenalkan
siswa tentang dunia ilmiah
Implikasi dari
metode demonstrasi di
sekolah ialah pengetahuan
itu tidak dapat di
pindahkan secara utuh
dari pikiran guru
namun secara aktif dibangun oleh
siswa itu sendiri
melalui pengalaman nyata
(Piaget dalam Dahar 1996:82),
sehingga disini peran
guru berubah dari sumber dan
pemberi informasi menjadi pendiagnosis dan fasilitator siswa belajar
siswa.
Tyler
(Sutarno, 2003:86), mengemukakan
beberapa kebaikan pembelajaran
berdasarkan metode demonstrasi, yaitu :
1)
Pelajaran berdasarkan
metode demonstrasi memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasan secara eksplisit
dengan menggunakan bahasa siswa
sendiri, berbagi dengan
temannya, dan mendorong siswa
memberikan penjelasan tentang gagasannya.
2)
Pembelajaran berdasarkan metode
demonstrasi memberi pengalaman yang baru sehingga pembelajaran di dalam kelas
lebih aktif, kreatif, dan menyenangkan.
3)
Pembelajaran metode
demonstrasi memberi kesempatan
kepada siswa untuk mencoba
gagasan baru agar
siswa terdorong untuk memperoleh kepercayaan
diri dengan menggunakan
berbagai konteks baik yang
dikenal maupun yang
baru dan akhirnya memotifasi siswa untuk menggunakan
berbagai strategi belajar.
4)
Pembelajaran metode
demonstrasi mendorong siswa
untuk memikirkan perubahan gagasan
mereka setelah menyadari kemajuan mereka serta
memberi kesempatan siswa
untuk mengidentifikasi perubahan
gagasan mereka.
b.
Langkah-langkah
Demonstrasi
Sanjaya, W.
(2006:151-152) menyatakan langkah-langkah menggunakan metode demonstrasi sebagai
berikut :
1)
Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan ada beberapa hal yang harus
dilakukan :
a)
Rumuskan tujuan
yang harus dicapai
oleh siswa setelah
proses demonstrasi berakhir. Tujuan
ini meliputi beberapa
aspek seperti aspek
pengetahuan,
b)
sikap, atau keterampilan
tertentu.
c)
Persiapkan garis
besar langkah-langkah demonstrasi
yang akan dilakukan. Garis-garis besar
langkah demonstrasi diperlukan
sebagai panduan untuk menghindari kegagalan.
d)
Lakukan uji
coba demonstrasi. Uji coba
meliputi segala peralatan
yang diperlukan.
2)
Tahap Pelaksanaan
a)
Langkah Pembukaan
Sebelum demonstrasi
dilakukan ada beberapa
hal yang harus
diperhatikan, di antaranya :
1.1
Aturlah tempat
duduk yang memungkinkan
semua siswa dapat memperhatikan dengan jelas apa yang
didemonstrasikan.
1.2
Kemukakan tujuan apa yang harus
dicapai oleh siswa.
1.3
Kemukakan tugas-tugas
apa yang harus
dilakukan oleh siswa,
misalnya siswa ditugasakan untuk
mencatat hal-hal yang
dianggap penting dari pelaksanaan demonstrasi
b)
Langkah Pelaksanaan Demonstrasi
Pelaksanaan metode
demonstrasi supaya berjalan
baik, guru memperhatikan hal-hal
berikut: rumuskan tujuan
instruksional yang dapat dicapai
oleh peserta didik,
susun langkah-langkah yang
akan dilakukan dengan demontrasi
secara teratur sesuai
dengan skenario yang direncanakan, persiapkan
peralatan atau bahan
yang dibutuhkan sebelum
demonstrasi dimulai dan
atur sesuai skenario
yang direncanakan, teliti terlebih dahulu
alat dan bahan
yang akan digunakan
agar demontrasi berhasil dilakukan,
serta perhitungkan waktu
yang dibutuhkan sehingga kita
dapat memberikan keterangan
dari peserta didik
bisa mengajukan pertanyaan
apabila ada keraguan.
Selama demonstrasi berlangsung
hendaknya guru memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
1.1
Apakah demontrasi
dapat diikuti oleh
setiap peserta didik, apakah
demontrasi yang dilakukan
sesuai dengan tujuan
yang telah dilakukan, apakah
keterangan yang diberikan
dapat didengarkan dan dipahami oleh peserta didik, apakah
peserta didik telah diberikan petunjuk mengenai
hal-hal yang perlu
dicatat, serta apakah
waktu yang tersedia dapat digunakan secara efektif dan
efisien.
1.2
Mulailah demonstrasi
dengan kegiatan-kegiatan yang
merangsang siswa untuk berpikir,
misalnya melalui pertanyaan-pertanyaan yang
mengandung teka-teki yang mendorong
sehingga siswa tertarik
memperhatikan demonstrasi.
1.3
Ciptakan suasana
yang menyejukkan dengan
menghindari suasana yang menegangkan.
1.4
Yakinlah bahwa
semua siswa mengikuti
jalannya demonstrasi dengan memperhatikan reaksi seluruh siswa.
1.5
Berikan kesempatan kepada siswa
untuk secara aktif memikirkan lebih lanjut sesuai dengan apa yang dilihat dari
proses demonstrasi itu.
c)
Langkah Mengakhiri Demonstrasi
Apabila demonstrasi
selesai dilakukan, proses
pembelajaran perlu diakhiri dengan
memberikan tugas-tugas tertentu
yang ada kaitannya
dengan pelaksanaan demonstrasi dan proses pencapaian
tujuan pembelajaran. Hal
ini diperlukan untuk meyakinkan
apakah siswa memahami
proses demonstrasi itu atau
tidak. Selain memberikan
tugas relevan, ada
baiknya guru dan
siswa melakukan evaluasi bersama
tentang jalannya proses
demonstrasi itu untuk perbaikan selanjutnya.
Adapun langkah-langkah mengakhiri
demonstrasi sebagai berikut :
1.1
Guru membuka kesempatan bagi
peserta didik untuk bertanya.
1.2
Bimbinglah peserta didik ke
arah pertumbuhan diskusi kelompok.
1.3
Ambilah sejumlah kesimpulan
dari hasil demonstrasi.
1.4
Berikan kesempatan
kepada peserta didik
untuk mencoba melakukan demonstrasi.
1.5
Buatlah laporan hasil
demonstrasi secara tertulis.
Metode demonstrasi
akan lebih efektif
bila peserta didik
ikut terlibat secara langsung dalam
proses demonstrasi sehingga,
peserta didik berkesempatan mengembangkan kemampuan
mengamati segala benda
yang sedang terlibat
dalam proses serta dapat mengambil kesimpulan-kesimpulan yang
diharapkan.
c.
Kelebihan dan Kelemahan Metode
Demonstrasi
Sebagai suatu metode demonstrasi
memiliki beberapa kelebihan diantaranya :
1)
Melalui metode
demonstrasi terjadinya verbalisme
akan dapat dihindari, sebab siswa
disuruh langsung memperhatikan
bahan pelajaran yang dijelaskan.
2)
Proses pembelajaran akan lebih
menarik, sebab siswa tak hanya mendengar, tetapi juga melihat peristiwa yang
terjadi.
3)
Dengan cara
mengamati secara langsung
siswa akan memiliki
kesempatan untuk membandingkan antara teori dan kenyataan. Dengan demikian
siswa akan lebih
meyakini kebenaran materi pembelajaran.
Di samping beberapa
kelebihan, metode demonstrasi
juga memiliki beberapa kelemahan,
diantaranya :
1)
Metode demonstrasi memerlukan persiapan yang lebih matang, sebab tanpa persiapan yang
memadai demonstrasi bisa
gagal sehingga dapat menyebabkan metode
ini tidak efektif
lagi. Bahkan sering
terjadi untuk menghasilkan pertunjukkan
suatu proses tertentu,
guru harus beberapa
kali mencobanya terlebih dahulu, sehingga dapat memakan waktu banyak.
2)
Demonstrasi memerlukan
peralatan, bahan-bahan, dan tempat yang memadai yang berarti
penggunaan metode ini
memerlukan pembiayaan yang
lebih mahal dibandingkan dengan ceramah.
3)
Demonstrasa memerlukan
kemampuan dan keterampilan guru yang khusus, sehingga guru
dituntut untuk bekerja
lebih profesional. Di
samping itu demonstrasi juga
memerlukan kemauan dan motivasi guru yang bagus untuk keberhasilan proses
pembelajaran siswa.
3.
Penerapan Metode
Demonstrasi Dalam Pembelajaran
IPA Pada Materi Pesawat Sederhana
Menurut Piaget
(Darmodjo dan Kaligis,
1992 : 22)
tidak ada belajar tanpa
perbuatan. Hal ini
disebabkan perkembangan intelektual
anak dan emosionalnya dipengaruhi
langsung oleh keterlibatan secara fisik dan mental dengan lingkungannya. Oleh
karena itu guru
mengupayakan pembelajaran
sains melalui aktivitas
kongkret untuk semua
tingkat di sekolah
menengah. Pendekatan metode demonstrasi adalah suatu pendekatan dalam
pembelajaran yang menyatakan bahwa
belajar adalah proses
yang aktif, kreatif,
dan menyenangkan yang dilakukan
siswa. Tahapan pada
pendekatan metode demonstrasi
memuat empat langkah
penyelesaian yaitu :
apersepsi, eksplorasi, demonstrasi dan penjelasan konsep.
Pembelajaran IPA
di sekolah menengah
diharapkan menjadi wahana
bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. Kurikulum KTSP
2006 menghendaki pembelajaran IPA
di sekolah menengah
tidak saja mampu menguasai konsep
IPA dengan baik
tetapi juga mampu
memahami proses, sikap, dan
nilai IPA. Selain
itu, prestasi IPA
ditentukan oleh kompetensi kognitif, psikomotor,
dan afektifnya. Proses
pembelajaran IPA tidak
saja menyangkut oleh pikir
(minds-on) akan
tetapi juga memperhatikan
oleh tangan (hands-on) yang berupa kerja praktek. Melalui kerja praktek
ini, siswa dapat mengembangkan keterampilan
proses IPA, kompetensi
psikomotornya bahkan ada kemungkinan
juga dapat berkembangnya
aspek afektif. Namun demikian, pembelajaran
yang menekankan pada minds-on/hands-on selama ini
belum terlaksana dengan
baik. Hal ini
dikarenakan pembelajaran masih menggunakan cara
belajar yang tradisional
dan cara mengajar
yang konvensional. Guru
menjadi pusat dalam
pembelajaran, siswa hanya
duduk, dengar, catat dan
hapal. Siswa sangat
pandai menghapal, tetapi
kurang terampil dalam mengaplikasikan pengetahuan yang dimiliknya.
Pembelajaran IPA dengan pendekatan
metode demonstrasi dirancang dengan menerapkan
langkah-langkah demonstrasi dan
alat peraga yang sesuai.
Hal pertama yang
dilakukan dalam pembelajaran
IPA dengan menggunakan metode
demontrasi adalah menetapkan
tujuan pembelajaran,
mempersiapkan atau menyediakan
alat dan bahan
(fasilitas) yang akan digunakan pada saat demontrasi. Dalam
menyusun skenario pembelajaran
dan perangkat pembelajaran lain yang dapat menunjang
terlaksananya pembelajaran. Semua persiapan ini dilakukan oleh
guru, setelah semua
persiapan tersebut dipersiapkan
dengan baik barulah pelaksanaan bisa dimulai.
Pelaksanaan pada
kegiatan awal siswa
dengan bimbingan guru merumuskan masalah
yang berkenaan dengan
materi pesawat sederhana. Dilanjutkan pada
jenis-jenis pesawat sederhana
dengan pengajuan hipotesis yaitu jawaban sementara terhadap
permasalahan yang diajukan. Setelah
merumuskan hipotesis langkah
selanjutnya pada kegiatan
inti pembelajaran, guru terlebih
dahulu membagi siswa
menjadi kelompok besar karena jumlah seluruh siswa yang
menjadi subjek penelitian adalah 25 orang, maka
dibagi menjadi lima
kelompok, maka setiap
kelompok terdiri dari 5
orang siswa. Pembagian kelompok ini ditentukan oleh guru dengan alasan agar
setiap kelompok lebih
terkondisikan agar siswa
yang kurang pandai dengan
siswa yang pandai.
Setelah setiap kelompok
dikondisikan dengan baik, barulah
guru menjelaskan langkah-langkah demontrasi dan membagikan lembar demontasi.
Lembar demontrasi
ini berisi petunjuk
pelaksanaan demontasi dan beberapa
pertanyaan yang harus
di jawab oleh
siswa secara berkolompok mengenai perencanaan
demontrasi, setiap kelompok
melaksanakan demontrasi yang sama yaitu mengindentifikasi jenis-jenis
pesawat sederhana, selama
pelaksanaan demontrasi berlangsung
guru bertindak sebagai fasilitator.
4.
Aktivitas Belajar Siswa
a.
Pengertian Aktivitas
Menurut Anton
M. Mulyono (2001:
26) aktivitas siswa
artinya kegiatan atau keaktifan. Jadi
segala sesuatu yang
dilaksanakan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non fisik
merupakan suatu aktivitas.
Aktivitas belajar
merupakan segala kegiatan
yang dilakukan dalam proses
interaksi (guru dan
siswa) dalam rangka
mencapai tujuan belajar.
Aktivitas yang dimaksudkan disini
penekanannya adalah pada
siswa dalam proses
pembelajaran terciptalah situasi belajar aktif, seperti yang dikemukakan
oleh Rochman Natawijaya dalam Depdiknas (2005: 31) belajar aktif adalah “suatu
sistem belajar mengajar yang menekankan
keaktifan siswa secara
fisik, mental, intelektual,
emosional gunamemperoleh hasil
belajar berupa perpaduan
antara aspek kognitif,
afektif psikomotor”. dapat
mengarah kepada tingkah
laku yang lebih
baik. Seperti yang dikemukakan oleh
Gagne (1984) dalam
Syaiful (2010: 13),
belajar adalah suatu proses
dimana suatu organisme
berubah perilakunya sebagai
akibat pengalaman. Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks sebagai tindakan belajar hanya
dialami oleh siswa sendiri.
Dimyati dan Mudjiono dalam Syaiful
(2010: 13) mengemukakan siswa adalah
penentu terjadinya atau
tidak terjadinya proses
belajar. Dari pengertian di atas
dapat disampaikan proses
ditandai dengan adanya perubahan dalam
diri seseorang sebagai
hasil pengalaman dan
latihan. Perubahan hasil belajar
dapat ditimbulkan dalam
berbagai bentuk seperti perubahannya pengetahuan,
sikap dan tingkah
laku. Proses belajar
adalah proses aktif dan
reaksi terhadap semua
situasi yang ada
disekitar individu serta
diarahkan pada satu tujuan.
Sedangkan aktifitas
belajar pada dasarnya
merupakan proses interaksi antara guru
dan peserta didik.
Kualitas hubungan antara
guru dan peserta didik
dalam proses pembelajaran sebagian
besar ditentukan oleh
pribadi pendidik dalam mengajar
dan peserta didik
dalam belajar. Keaktifan
itu beraneka ragam bentuknya.
Keaktifan itu meliputi keaktifan
dalam pengindraan (yakni mendengar, melihat,
mencium, merasa, dan
meraba), mengolah ide-ide, menyatakan ide, dan
melakukan latihan-latihan yang
berkaitan dengan pembentukan keterampilan jasmani.
Untuk itu meningkatkan keaktifan
siswa belajar perlu upaya
yang diciptakan melalui penataan komunikasi dalam proses mengajar,
penataan ruang kelas, penerapan prinsip belajar sambil berbuat.
Proses belajar
mengajar adalah suatu
proses melihat, mengalami, mengamati dan
memahami sesuatu yang
dipelajari untuk memperoleh
hasil yang ditentukan melalui
pembinaan, pemberian penjelasan,
pemberian bantuan dan dorongan dari pendidik. Semakin besar keterlibatan
peserta didik dalam aktivitas belajar
mengajar, maka semakin
besar pula kemungkinan peserta didik
memahami dan menguasai
bahan pelajaran yang
disajikan, sehingga
aktivitas antara guru
dan peserta didik
dalam belajar dapat menetukan keberhasilan proses
pembelajaran yang efektif.
Proses aktivitas pembelajaran harus
melibatkan seluruh aspek psikofisis peserta
didik, baik jasmani
maupun rohani sehingga
akselerasi perubahan
perilakunya dapat terjadi
secara cepat, tepat,
mudah, dan benar, baik berkaitan dengan aspek kognitif, afektif,
maupun psikomotor.
Aktivitas dalam belajar dapata
memberikan nilai tambah (added value)
bagi peserta didik, berupa hal berikut.
1)
Peserta didik
memiliki kesadaran (awareness) untuk
belajar sebagai wujud adanya
motivasi internal (driving force)
untuk belajar sejati.
2)
Peserta didik mencari
pengalaman dan langsung mengalami sendiri yang dapat memberikan dampak terhadap
pembentukkan pribadi yang integral.
3)
Peserta didik belajar dengan
menurut minat dan kemampuannya.
4)
Menumbuhkembangkan sikap
disiplin dan suasana
belajar yang demokratis di
kalangan peserta didik.
5)
Pembelajaran dilaksanakan
secara konkret sehingga
dapat menumbuhkembangkan
pemahaman dan berpikir
kritis serta menghindarkan terjadinya
verbalisme.
6)
Menumbuhkembangkan sikap
kooperatif di kalangan
peserta didik sehingga sekolah
menjadi hidup, sejalan,
dan serasi dengan
kehidupan masyarakat di sekitarnya.
Keaktifan siswa
selama proses belajar
mengajar merupakan salah
satu indikator adanya keinginan
atau motivasi siswa
untuk belajar. Siswa
dikatakan memiliki keaktifan apabila
ditemukan ciri-ciri perilaku
seperti : sering
bertanya kepada guru atau
siswa lain, mau
mengerjakan tugas yang
diberikan guru, mampu menjawab pertanyaan, senang diberi
tugas belajar, dan sebagainya.
Seorang pakar
pendidikan, Trinandita (1984:59)
menyatakan bahwa hal
yang paling mendasar yang
dituntut dalam proses
pembelajaran adalah keaktifan
siswa. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan
interaksi yang tinggi antara guru dengan
siswa ataupun siswa
dengan siswa itu
sendiri. Hal ini
akan mengakibatkan suasana kelas
menjadi segar dan
kondusif, dimana masing-masing siswa dapat melibatkan
kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas yang timbul dari siswa
akan mengakibatkan pula
terbentuknya pengetahuan dan
keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan prestasi. merupakan
suatu aktivitas
5.
Hasil Belajar
Hasil
belajar merupakan serangkaian
data, kecakapan, keterampilan, kematangan, pemahaman,
dan kemampuan yang
dimiliki oleh seseorang
setelah melalui suatu proses belajar.
Hasil
belajar merupakan kemampuan
yang diperoleh individu
setelah proses belajar berlangsung, yang dapat memberikan perubahan
tingkah laku baik pengetahuan,
pemahaman, sikap dan
keterampilan mahasiswa sehingga
menjadi lebih baik dari sebelumnya. Sebagaimana yang dikemukakan Hamalik
(1995: 48) hasil belajar adalah
“Perubahan tingkah laku
subjek yang meliputi
kemampuan kognitif, afektif dan
psikomotor dalam situasi
tertentu berkat pengalamannya berulang-ulang”. Pendapat
tersebut didukung oleh
Sudjana (2005:3) “hasil belajar ialah perubahan tingkah laku
yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotor yang dimiliki siswa
setelah menerima pengalaman belajarnya”.
Di dalam menyelenggarakan pendidikan,
suatu proses belajar mengajar dapat dilihat
dari terjadinya perubahan
yang diharapkan sesuai
dengan tujuan yang
telah dirumuskan. Tujuan yang dimaksud tersebut berupa hasil belajar
siswa. Hasil belajar merupakan segala
prilaku yang dimiliki
siswa sebagai akibat
proses belajar yang ditempuh. Belajar
dapat diartikan sebagai
suatu proses yang
dilakukan seseorang secara sadar
untuk mendapat suatu
perubahan tingkah laku
yang menyangkut segi-segi pengetahuan, keterampilan,
kecakapan dan sebagainya.
Hilgard (dalam Sanjaya, 2006:110)
menyatakan bahwa belajar
adalah proses perubahan melalui
kegiatan atau prosedur latihan, baik latihan di dalam laboratorium maupun dalam
lingkungan rumah. Belajar menurut konsepsi modern adalah suatu proses perubahan
tingkah laku dalam arti seluas-luasnya meliputi pengamatan, pengenalan,
pengertian pengetahuan, perbuatan, keterampilan perasaan, minat, penghargaan
dan sikap Rusyan, (1993:9).
Dari hasil
penelitian yang dikemukakan oleh Bloom (dalam Semiawan dan Munandar, 2004 ; 4)
berangkat dari pola distribusi normal, anak-anak yang terletak di ujung sebelah
kiri dan kanan tidak dapat memanfaatkan secara baik layanan pendidikan yang
disediakan sekolah untuk kelompok normal atau kelompok biasa. Hasil belajar
sangat dipengaruhi oleh interaksi semakin baik semakin baik hasil belajar, dan semakin rendah
interaksi semakin rendah pula hasil belajarnya.
Bertitik tolak
dari pendapat di
atas, maka dapat
disimpulkan bahwa belajar merupakan proses perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar
yang direfleksikan ke dalam tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotor.
Hasil belajar juga merupakan konsep
yang bersifat umum,
di dalamnya terdapat
apa yang dinamakan
prestasi belajar. Sedangkan prestasi
belajar adalah tingkat
keberhasilan siswa dalam mempelajari materi
pelajaran di sekolah
yang dinyatakan dalam
bentuk skor yang diperoleh dari
hasil tes mengenai
sejumlah materi pelajaran.
Oleh karena itu,
untuk mengetahui sejumlah mana perubahan yang dialami oleh
siswa dilakukan kegiatan penilaian, yaitu tindakan atau kegiatan
untuk melihat sejauh
mana tujuan pembelajaran
dapat dicapai oleh siswa
dalam bentuk hasil
belajar yang diperoleh
setelah mereka menempuh
prosesbelajar. Jadi hasil belajar pada hakikatnya adalah perubahan tingkah
laku yang tejadi pada siswa setelah
menempuh pengalaman belajar
(Nana Sujana, 1991).
Perubahan hasil belajar menyangkut tiga aspek yaitu kognitif, afektif
dan psikomotor.
B.
Kerangka Pikir
Dalam
kegiatan belajar mengajar di kelas
VIII-B SMP Muhammadiyah ..................... pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi pesawat sederhana, secara klasikal hasil belajar siswa masih
rendah, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya adanya rendahnya aktivitas
belajar siswa yang berujung pada rendahnya hasil belajar siswa secara
keseluruhan. Berdasarkan temuan di
sekolah, pembelajaran IPA tersebut, ternyata proses pembelajaran yang berlangsung
masih cenderung menekankan
aspek kognitif, dimana
konsep-konsep yang diajarkan hanya
sekedar pengetahuan kurangnya
penghayatan dan kurangnya realisasi sebagai
sikap hidup dan
perilaku yang nyata,
siswa bersifat pasif dalam aktivitas belajarnya sebab guru
hanya menggunakan metode ceramah. Berdasarkan data tersebut, peneliti
meminta bantuan teman sejawat untuk membantu mengidentifikasi masalah dalam
proses pembelajaran. Dari hasil diskusi terungkap beberapa masalah yang muncul
dalam pelaksanaan pembelajaran, yaitu
rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa. Dari hal di atas peneliti ingin melaksanakan
penelitian tindakan kelas peningkatan hasil belajar
IPA materi pesawat melalui penerapan metode monstrasi pada siswa kelas VIII-B
SMP Muhammadiyah ......................
Dalam bentuk
bagan, kerangka pikir pelaksanaan perbaikan pembelajaran IPA materi pesawat
melalui penerapan metode monstrasi sebagaimana gambar di bawah ini :
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
C.
Hipotesis Penelitian
Dengan
mempertimbangkan dan merujuk pada beberapa pendapat ahli, disusunlah hipotesis
tindakan sebagai berikut :
1. Penerapan metode demonstrasi dapat
meningkatkan aktivitas siswa kelas
VIII-B SMP Muhammadiyah ..................... dalam pembelajaran IPA materi pesawat sederhana.
2. Penerapan metode eksperimen dapat meningkatkan
hasil belajar siswa kelas VIII-B
SMP Muhammadiyah ..................... dalam pembelajaran IPA materi
pesawat sederhana.
D.
Indikator dan Kriteria Keberhasilan
Indikator yang digunakan untuk
mengukur peningkatan hasil belajar siswa dalam mempelajari materi pembelajaran.
Siswa dinyatakan meningkat hasil belajar
dengan kriteria mencapai penguasaan materi di atas KKM atau mendapat
nilai minimal 70. Adapun indikator yang digunakan untuk mengukur
peningkatan aktivitas belajar adalah siswa
memperhatikan penjelasan guru, membaca buku, bertanya, mengerjakan latihan, dan
menulis intisari atau kesimpulan hasil pembelajaran.
Kriteria keberhasilan yang digunakan
untuk mengukur tingkat keberhasilan proses pembelajaran melalui upaya perbaikan
pembelajaran sebagai berikut :
1.
Proses perbaikan pembelajaran dinyatakan berhasil apabila siswa mendapat
nilai minimal 65.
2.
Proses perbaikan pembelajaran
dinyatakan berhasil apabila 85% dari jumlah siswa tuntas belajar.
3.
Proses perbaikan pembelajaran
dinyatakan berhasil apabila 85% dari jumlah siswa mengalami peningkatan aktivitas
belajar selama proses pembelajaran berlangsung.
Untuk mendapatkan file secara lengkap, terdiri dari Bagian Depan, Bab I, II, III, IV, V, Daftar Pustaka dan Lampiran2, silakan klik disini.
Terima kasih.