Loggo Daerah
LAPORAN
PENELITIAN
TINDAKAN KELAS
PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII-2 SMPN 7 ........................
TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Disusun dan Diajukan sebagai
Salah Satu Syarat
Kenaikan Pangkat Golongan
dari .../a ke .../b
Oleh
........................
NIP. ........................
SMP
NEGERI 7 ........................
Jl.
.............................................................................
20....
LEMBAR PENGESAHAN
1. Judul Penelitian
|
Penerapan
Pembelajaran Kontekstual untuk
Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII-2
SMPN 7 ........................ Tahun Pelajaran 2012/2013
|
2. Identitas Peneliti
a. Nama Lengkap dan Gelar
b. Jenis Kelamin
c. Pangkat, Golongan, NIP
d. Asal Sekolah
e. Alamat Kantor
f. Alamat Rumah
|
.............................................
.............................................
.............................................
.............................................
.............................................
.............................................
.............................................
Telp/HP. ..............................
|
3. Lama Penelitian
4. Sumber Biaya
|
3 bulan / dari bulan ............ sampai dengan bulan ..................
20....
Swadana
|
…………….,…………………….
Petugas Perpustakaan Peneliti
…………………….. ………………………
NIP. …………………….. NIP. ……………………..
Mengetahui/Mengesahkan
Kepala Sekolah
……………………………….
NIP.……………………..
KATA PENGANTAR
Penulis
bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa,
Allah SWT, karena berkat rahmat dan karuniaNyalah seluruh proses penelitian
sampai penulisana laporan berjudul “Penerapan
Pembelajaran Kontekstual untuk
Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII-2
SMPN 7 ........................ Tahun Pelajaran 2012/2013” dapat
terselesaikan. Laporan
ini dibuat untuk memenuhi persyaratan kenaikan pangkat dan golongan dari ..… ke …..
Peneliti mengakui, dengan terselesaikannya penulisan karya tulis ini, tentunya
tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
melalui tulisan ini peneliti mengucapkan terimakasih kepada :
1.
………………….., Kepala Dinas ……………. yang telah mengijinkan dan mendukung dilakukannya
Penelitia Tindakan Kelas ini.
2. …………..,
SMP/MTS ……………. yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan
pada penulisan karya tulis ini.
3.
………………….. serta teman-teman guru SMPN 7 ........................ lainnya yang senantiasa memberi
semangat dan dorongan selama penelitian dan penulisan karya tulis ini
berlangsung.
4.
Siswa-siswa kami kelas VIII-1, yang telah ikut terlibat
dalam Penelitian Tindakan Kelas ini.
Penelitipun
menyadari, bahwa penulisan karya tulis
ini masih banyak kekurangannya. Untuk itu, segala kritik dan saran yang
sifatnya membangun, akan peneliti terima dengan senang hati.
Akhirnya peneliti
berharap semoga karya tulis ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.
…………………… …….
Peneliti
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR JUDUL............................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................. ii
KATA PENGANTAR....................................................................................... iii
DAFTAR ISI..................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL.............................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR......................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... vii
ABSTRAK......................................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah.........................................................
B.
Identifikasi Masalah...............................................................
C.
Pembatasan Masalah...............................................................
D.
Perumusan Masalah................................................................
E.
Tujuan Penelitian....................................................................
F.
Manfaat Penelitian..................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori ...........................................................................
B. Kerangka Berpikir .................................................................
C. Hipotesis Tindakan ................................................................
BAB III METODE PENELITIAN
A.
Setting Penelitian ...................................................................
B.
Desain Penelitian ...................................................................
C.
Subjek Penelitian....................................................................
D.
Data dan Sumber Data...........................................................
E.
Teknik Pengumpulan Data ....................................................
F.
Teknik Analisis ......................................................................
G.
Indikator Kinerja ...................................................................
H.
Prosedur Penelitian ................................................................
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ......................................................................
B. Pembahasan............................................................................
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................
B. Saran.......................................................................................
DAFTAR
PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
TABEL Halaman
Tabel
3.1 Penilaian
Minat Siswa ................................................................
Tabel
4.1 Rekapitulasi
Hasil Pengamatan Minat Siswa dalam Pembelajaran pada Kondisi Awal
Tabel
4.2 Rekapitulasi
Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran pada Kondisi Awal
Tabel
4.3 Rekapitulasi
Hasil Pengamatan Minat Siswa dalam Pembelajaran pada Siklus Pertama
Tabel
4.4 Rekapitulasi
Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran pada Siklus Pertama
Tabel
4.5 Rekapitulasi
Hasil Pengamatan Minat Siswa dalam Pembelajaran pada Siklus Kedua
Tabel
4.6 Rekapitulasi
Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran pada Siklus Kedua
Tabel
4.7 Rekapitulasi
Hasil Pengamatan Minat Siswa dalam Pembelajaran
pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II................................................................................
Tabel
4.8 Rekapitulasi
Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran pada pada Kondisi Awal, Siklus I dan
Siklus II.......................................................................................
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR Halaman
Gambar 3.1 Model
PTK (pengembangan) (Sarwiji Suwardi, 2008: 35)......................................................
Gambar 4.1 Peningkatan Minat Siswa
dalam Kegiatan Pembelajaran pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II.....................................................................................
Gambar 4.2 Peningkatan Hasil dan Ketuntasan Belajar Siswa pada Kondisi
Awal, Siklus I dan Siklus II..................................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat Ijin Penelitian
Lampiran 2 : Surat Pernyataan Kesediaan Menjadi Observer
Lampiran 3 : Jurnal Kegiatan Penelitian
Lampiran 4 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Siklus I
Lampiran 5 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Siklus II
Lampiran 6 : Daftar Hadir Siswa Kondisi Awal, Siklus I
dan Siklus II
Lampiran 7 : Daftar Hadir Peneliti dan Observer Kondisi
Awal, Siklus I dan Siklus II
Lampiran 8 : Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa Kondisi
Awal, Siklus I dan Siklus II
Lampiran 9 : Daftar Nilai Hasil Observasi Peningkatan Minat
Belajar Siswa
Lampiran 10 : Rekapitulasi Hasil Observasi Minat Guru Dalam Pembelajaran Kondisi
Awal, Siklus I dan Siklus II
Lampiran 11 : Contoh Hasil Pekerjaan Siswa
Lampiran 12 : Dokumentasi Pelaksanaan
Kegiatan Penelitian Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II
PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII-2 SMPN 7 ........................
TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Oleh
........................
NIP. ........................
ABSTRAK
Tujuan
penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan minat dan hasil belajar
matematika melalui pendekatan kontekstual pada siswa kelas VIII-2 SMPN 7 .........................
Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas terdiri dari dua siklus,
tiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan,
observasi dan refleksi. Sebagai subjek penelitian adalah siswa kelas VIII-2
SMPN 7 ......................... Teknik pengumpulan data menggunakan,
observasi, dan tes. Tehnik analisis data menggunakan tehnik deskriptif
interaktif yang terdiri dari tiga komponen analisis yaitu reduksi data, sajian
data, dan penarikan simpulan atau verifikasi. Berdasarkan hasil penelitian
dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Kontekstual dapat
meningkatkan minat siswa dari kondisi awal ketuntasan sebesar 9 siswa atau 31,03%, naik menjadi 19
siswa atau 65,52% pada siklus pertama, dan 100% atau 29 siswa pada siklus kedua,
dan hasil belajar siswa dari 56,90, naik menjadi 65,17 pada siklus
pertama, dan 74,14 pada siklus kedua,
dengan tingkat ketuntasan belajar sebanyak
7 siswa (24,14%) pada sebelum perbaikan,
51,72% atau 15 siswa pada siklus pertama, 29 siswa atau 96,55% pada siklus kedua, dan
masih ada 1 siswa (3,45%) yang belum tuntas, namun secara klasikal semua
indikator dan kriteria keberhasilan proses perbaikan pembelajaran telah
terpenuhi, sehingga dapat disimpulkan bahwa proses perbaikan pembelajaran
dinyatakan berhasil dan tuntas pada siklus kedua. Kesimpulannya adalah
pendekatan kontekstual pada pembelajaran matematika terbukti dapat meningkatkan
minat dan hasil belajar siswa kelas VIII-2 SMPN 7 .........................
kata kunci : kontekstual, minat, hasil belajar.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Proses interaksi belajar mengajar adalah
inti dari kegiatan
pendidikan. Sebagai inti dari kegiatan pendidikan, proses interaksi belajar
mengajar adalah suatu upaya untuk mencapai tujuan pendidikan. Tujuan
pendidikan tidak akan tercapai bila proses interaksi belajar mengajar tidak
berlangsung secara optimal dalam pendidikan. Dengan demikian, belajar
dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan satu
sama lain.
pendidikan. Sebagai inti dari kegiatan pendidikan, proses interaksi belajar
mengajar adalah suatu upaya untuk mencapai tujuan pendidikan. Tujuan
pendidikan tidak akan tercapai bila proses interaksi belajar mengajar tidak
berlangsung secara optimal dalam pendidikan. Dengan demikian, belajar
dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan satu
sama lain.
Belajar menunjukkan pada apa yang harus
dilakukan seseorang
sebagai subjek yang menerima pelajaran (sasaran didik), sedangkan
mengajar menunjuk pada apa yang harus dilakukan guru sebagai
pengajar. Dua konsep tersebut menjadi terpadu dalam satu kegiatan
manakala terjadi interaksi guru dengan siswa dan siswa dengan siswa
pada saat pengajaran berlangsung. Interaksi guru dengan siswa sebagai
makna utama proses pengajaran dan memegang peranan penting untuk
mencapai tujuan pengajaran yang efektif. Mengingat kedudukan siswa
sebagai subjek dan sekaligus juga sebagai objek dalam pengajaran, maka
inti proses pengajaran tidak lain adalah kegiatan belajar siswa dalam
mencapai suatu tujuan pengajaran.
sebagai subjek yang menerima pelajaran (sasaran didik), sedangkan
mengajar menunjuk pada apa yang harus dilakukan guru sebagai
pengajar. Dua konsep tersebut menjadi terpadu dalam satu kegiatan
manakala terjadi interaksi guru dengan siswa dan siswa dengan siswa
pada saat pengajaran berlangsung. Interaksi guru dengan siswa sebagai
makna utama proses pengajaran dan memegang peranan penting untuk
mencapai tujuan pengajaran yang efektif. Mengingat kedudukan siswa
sebagai subjek dan sekaligus juga sebagai objek dalam pengajaran, maka
inti proses pengajaran tidak lain adalah kegiatan belajar siswa dalam
mencapai suatu tujuan pengajaran.
Kegiatan belajar yang berlangsung di
sekolah bersifat formal,
disengaja, direncanakan, dengan bimbingan guru, serta pendidik lainya. Apa yang hendak dicapai dan dikuasai siswa (tujuan belajar), bahan apa
yang harus dipelajari (bahan pelajaran), bagaimana cara siswa
mempelajarinya (metode pembelajaran), serta bagaimana cara
mengetahui kemajuan belajar siswa (evaluasi), telah direncanakan
dengan seksama dalam kurikulum sekolah. Keempat persoalan (tujuan,
bahan, metode dan alat serta evaluasi) menjadi komponen utama yang
harus dipenuhi dalam proses pembelajaran. Keempat komponen tersebut
tidak berdiri sendiri, tetapi saling berhubungan dan saling mempengaruhi
satu sama lain (interelasi).
disengaja, direncanakan, dengan bimbingan guru, serta pendidik lainya. Apa yang hendak dicapai dan dikuasai siswa (tujuan belajar), bahan apa
yang harus dipelajari (bahan pelajaran), bagaimana cara siswa
mempelajarinya (metode pembelajaran), serta bagaimana cara
mengetahui kemajuan belajar siswa (evaluasi), telah direncanakan
dengan seksama dalam kurikulum sekolah. Keempat persoalan (tujuan,
bahan, metode dan alat serta evaluasi) menjadi komponen utama yang
harus dipenuhi dalam proses pembelajaran. Keempat komponen tersebut
tidak berdiri sendiri, tetapi saling berhubungan dan saling mempengaruhi
satu sama lain (interelasi).
Uraian di atas menjelaskan bahwa betapa
pentingnya hasil belajar
siswa yang baik, karena hasil belajar merupakan salah satu indikator dari
berhasil atau tidak berhasilnya siswa dalam belajar. Selain itu juga,
berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan juga ditandai dengan hasil
belajar yang dicapai siswa dari proses belajar di sekolah. Maksudnya,
semakin baik hasil belajar yang dicapai siswa berarti pencapaian tujuan
pendidikan juga semakin baik. Sebaliknya, semakin rendah hasil belajar
yang dicapai siswa berarti pencapaian tujuan pendidikan juga semakin
rendah.
siswa yang baik, karena hasil belajar merupakan salah satu indikator dari
berhasil atau tidak berhasilnya siswa dalam belajar. Selain itu juga,
berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan juga ditandai dengan hasil
belajar yang dicapai siswa dari proses belajar di sekolah. Maksudnya,
semakin baik hasil belajar yang dicapai siswa berarti pencapaian tujuan
pendidikan juga semakin baik. Sebaliknya, semakin rendah hasil belajar
yang dicapai siswa berarti pencapaian tujuan pendidikan juga semakin
rendah.
Berdasarkan data yang diperoleh dari
survei awal yang peneliti
lakukan pada kelas VIII-2, ditemukan hasil belajar Pelajaran Matematika siswa menunjukkan nilai rata-rata 56,90 dengan jumlah siswa yang mendapat nilai di atas KKM sebanyak 7 siswa atau 24,14% sehingga masih terdapat 22 siswa atau 75,86% yang mendapat nilai di bawah KKM.
lakukan pada kelas VIII-2, ditemukan hasil belajar Pelajaran Matematika siswa menunjukkan nilai rata-rata 56,90 dengan jumlah siswa yang mendapat nilai di atas KKM sebanyak 7 siswa atau 24,14% sehingga masih terdapat 22 siswa atau 75,86% yang mendapat nilai di bawah KKM.
Permasalahan di atas mengindikasikan
bahwa hasil belajar
Matematika siswa VIII-2 SMPN 7 ........................ masih tergolong rendah. Hal ini jika dibiarkan akan berdampak terhadap pencapaian tujuan pendidikan secara umum, dan rendahnya kualitas sekolah khususnya. Hal ini dikarenakan, hasil belajar yang diperoleh siswa merupakan salah satu cerminan dari pencapaian tujuan pendidikan dan kualitas suatu sekolah.
Matematika siswa VIII-2 SMPN 7 ........................ masih tergolong rendah. Hal ini jika dibiarkan akan berdampak terhadap pencapaian tujuan pendidikan secara umum, dan rendahnya kualitas sekolah khususnya. Hal ini dikarenakan, hasil belajar yang diperoleh siswa merupakan salah satu cerminan dari pencapaian tujuan pendidikan dan kualitas suatu sekolah.
Untuk meningkatkan hasil belajar siswa, guru
diharapkan mampu
memilih suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada
proses keterlibatan siswa untuk dapat menemukan materi yang dipelajari.
Muhibbin (2007:98) juga menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah pendekatan belajar (approach to
learning). Pendekatan belajar tersebut meliputi metode pembelajaran,
strategi pembelajaran, dan gaya mengajar yang digunakan guru. Artinya,
guru perlu memilih model pembelajaran yang lebih efektif guna
meningkatkan hasil belajar siswa.
memilih suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada
proses keterlibatan siswa untuk dapat menemukan materi yang dipelajari.
Muhibbin (2007:98) juga menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah pendekatan belajar (approach to
learning). Pendekatan belajar tersebut meliputi metode pembelajaran,
strategi pembelajaran, dan gaya mengajar yang digunakan guru. Artinya,
guru perlu memilih model pembelajaran yang lebih efektif guna
meningkatkan hasil belajar siswa.
Matematika merupakan ilmu universal yang
mendasari
perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam
berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia (Depdiknas, 2006).
Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi
dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori
bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit. Untuk
menguasai dan mencipta teknologi di masa depan diperlukan penguasaan
matematika yang kuat sejak dini.
perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam
berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia (Depdiknas, 2006).
Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi
dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori
bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit. Untuk
menguasai dan mencipta teknologi di masa depan diperlukan penguasaan
matematika yang kuat sejak dini.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Republik Indonesia Nomor
22 tahun 2006 tentang “Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah pada setiap Mata Pelajaran” dijelaskan bahwa, Mata pelajaran
Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari
sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir
logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan
bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat
memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan
informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak
pasti, dan kompetitif.
22 tahun 2006 tentang “Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah pada setiap Mata Pelajaran” dijelaskan bahwa, Mata pelajaran
Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari
sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir
logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan
bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat
memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan
informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak
pasti, dan kompetitif.
Penjelasan di atas menunjukkan bahwa
dalam proses pembelajaran
Matematika membutuhkan suatu pendekatan pembelajaran yang
menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat
menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkan dengan situasi
kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya
dalam kehidupan mereka. Penjelasan ini sangat relevan dengan konsep
model pembelajaran contextual teaching and learning (CTL).
Matematika membutuhkan suatu pendekatan pembelajaran yang
menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat
menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkan dengan situasi
kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya
dalam kehidupan mereka. Penjelasan ini sangat relevan dengan konsep
model pembelajaran contextual teaching and learning (CTL).
Wina (2008:120) menyatakan bahwa dalam
model pembelajaran
CTL ada tiga hal yang dapat dipahami. Pertama, CTL menekankan
kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya
proses pembelajaran diorientasikan pada proses pengalaman secara
langsung. Kedua, CTL mendorong agar siswa dapat menemukan
hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata,
artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara
pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Ketiga, CTL
mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan, artinya
CTL bukan hanya mengharapkan siswa dapat memahami materi yang
dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai
perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Kenyataan ini menunjukkan
bahwa model pembelajaran Kontekstual penting artinya dalam upaya
meningkatkan hasil belajar siswa dalam pelajaran Matematika.
CTL ada tiga hal yang dapat dipahami. Pertama, CTL menekankan
kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya
proses pembelajaran diorientasikan pada proses pengalaman secara
langsung. Kedua, CTL mendorong agar siswa dapat menemukan
hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata,
artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara
pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Ketiga, CTL
mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan, artinya
CTL bukan hanya mengharapkan siswa dapat memahami materi yang
dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai
perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Kenyataan ini menunjukkan
bahwa model pembelajaran Kontekstual penting artinya dalam upaya
meningkatkan hasil belajar siswa dalam pelajaran Matematika.
Mengingat pentingnya model pembelajaran
Kontekstual dalam
pelajaran Matematika, peneliti yang menekuni bidang teknologi pendidikan merasa perlu untuk meneliti tentang “Penerapan Pembelajaran
Kontekstual untuk Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar
Matematika Siswa Kelas VIII-2 SMPN 7 ........................ Tahun Pelajaran 2012/2013“
pelajaran Matematika, peneliti yang menekuni bidang teknologi pendidikan merasa perlu untuk meneliti tentang “Penerapan Pembelajaran
Kontekstual untuk Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar
Matematika Siswa Kelas VIII-2 SMPN 7 ........................ Tahun Pelajaran 2012/2013“
B.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang
masalah di atas, maka
teridentifikasi permasalahan penelitian karena pendekatan model
pembelajaran yang dilakukan guru dalam pengajaran Matematika kurang
efektif. Fenomena tersebut antara lain:
teridentifikasi permasalahan penelitian karena pendekatan model
pembelajaran yang dilakukan guru dalam pengajaran Matematika kurang
efektif. Fenomena tersebut antara lain:
1. Pendekatan pembelajaran yang digunakan guru tidak bervariasi,
dalam artian guru cenderung menggunakan pendekatan ceramah tanpa
diringi pendekatan lainnya;
dalam artian guru cenderung menggunakan pendekatan ceramah tanpa
diringi pendekatan lainnya;
2. penggunaan pendekatan kurang sesuai dengan materi
pembelajaran, seperti tidak dihubungkan dengan bentuk nyata;
pembelajaran, seperti tidak dihubungkan dengan bentuk nyata;
3. guru kurang memberikan pengarahan yang jelas dan jarang
memberikan bimbingan terhadap siswa yang mempunyai kemampuan
rendah; dan
memberikan bimbingan terhadap siswa yang mempunyai kemampuan
rendah; dan
4. siswa cenderung pasif dan lebih banyak menghafal materi yang
diberikan guru, karena guru tidak membentuk kerja kelompok dan jarang
berdiskusi setelah materi pelajaran disampaikan, sehingga siswa
cenderung menerima.
diberikan guru, karena guru tidak membentuk kerja kelompok dan jarang
berdiskusi setelah materi pelajaran disampaikan, sehingga siswa
cenderung menerima.
C.
Pembatasan Masalah
Mengingat berbagai keterbatasan
peneliti, baik segi kemampuan
akademik, biaya, tenaga maupun waktu, maka tidak mungkin semua
variabel yang berpengaruh terhadap hasil belajar siswa tersebut untuk
diteliti. Selain itu juga, dari hasil survei awal ditemukan permasalahan
yang paling dominan adalah model pembelajaran yang digunakan guru
Matematika dalam mengajar selama ini diduga kurang efektif.
Berdasarkan keterbatasan dan permasalahan yang ditemukan, maka
penelitian ini dibatasi pada permasalahan keterkaitan dan pengaruh model
pembelajaran Kontekstual terhadap hasil belajar Matematika siswa kelas
VIII-2 SMPN 7 .........................
akademik, biaya, tenaga maupun waktu, maka tidak mungkin semua
variabel yang berpengaruh terhadap hasil belajar siswa tersebut untuk
diteliti. Selain itu juga, dari hasil survei awal ditemukan permasalahan
yang paling dominan adalah model pembelajaran yang digunakan guru
Matematika dalam mengajar selama ini diduga kurang efektif.
Berdasarkan keterbatasan dan permasalahan yang ditemukan, maka
penelitian ini dibatasi pada permasalahan keterkaitan dan pengaruh model
pembelajaran Kontekstual terhadap hasil belajar Matematika siswa kelas
VIII-2 SMPN 7 .........................
D.
Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas
maka penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut :
dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana penerapan Kontekstual yang tepat
sehingga dapat
meningkatkan minat siswa kelas VIII-2 SMPN 7 ........................?
meningkatkan minat siswa kelas VIII-2 SMPN 7 ........................?
2. Apakah penerapan pembelajaran Kontekstual
dapat meningkatkan
hasil belajar Matematika siswa kelas VIII-2 SMPN 7 ........................?
hasil belajar Matematika siswa kelas VIII-2 SMPN 7 ........................?
E.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan penjelasan sebagaimana
rumusan masalah di atas, maka tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah
1. Untuk mendiskripsikan penerapan Kontekstual
yang tepat sehingga
dapat meningkatkan minat siswa kelas VIII-2 SMPN 7 .........................
dapat meningkatkan minat siswa kelas VIII-2 SMPN 7 .........................
2. Untuk mendiskripsikan penerapan pembelajaran
Kontekstual dapat
meningkatkan hasil belajar Matematika siswa kelas VIII-2 SMPN 7 .........................
meningkatkan hasil belajar Matematika siswa kelas VIII-2 SMPN 7 .........................
F.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1. Secara Teoritis:
a) Hasil penelitian ini nanti secara teoretis diharapkan dapat
memberikan sumbangan kepada pembelajaran matematika, umumnya pada peningkatan
mutu pendidikan matematika melalui Pendekatan Kontekstual.
b) Hasil penelitian ini bisa digunakan sebagai acuan bagi peneliti
yang akan datang.
c)
Secara khusus penelitian ini
memberikan kontribusi pada strategi pembelajaran berupa penggeseran dari
paradigma mengajar menuju ke paradigma belajar yang mementingkan pada proses
untuk mencapai hasil.
2.
Secara Praktis
a) Bagi siswa
Meningkatnya hasil belajar matematika
siswa sehingga dapat mengembangkan potensi diri secara optimal terutama dalam
belajar matematika selanjutnya.
b) Bagi guru
Dapat digunakan sebagai bahan masukan bahwa
pendekatan kontekstual dapat digunakan sebagai salah satu alternatif dalam KBM
matematika.
c) Bagi sekolah
Memberikan masukan kepada sekolah dalam
usaha perbaikan proses pembelajaran, sehingga berdampak pada peningkatan mutu
sekolah.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1.
Model
Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)
a.
Pengertian
Model
Model dan proses
pembelajaran akan menjelaskan makna kegiatan
kegiatan yang dilakukan oleh pendidik selama pembelajaran berlangsung. Yusufhadi (2004:13) menyatakan model sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan.
Syaiful (2005:122) menjelaskan bahwa model adalah sebagai berikut:
Suatu tipe desain, suatu deskripsi atau analogi yang dipergunakan
membantu proses visualisasi sesuatu yang tidak dapat dengan
langsung diamati, suatu sistem asumsi-asumsi, data-data, dan
inferensi-inferensi yang dipakai untuk menggambarkan secara
sistematis suatu obyek atau peristiwa, suatu desaim yang
disederhanakan dari suatu sistem kerja, suatu deskripsi dari suatu
sistem yang mungkin atau imajiner, dan penyajian yang diperkecil
agar dapat menjelaskan dan menunjukkan sifat bentuk aslinya.
kegiatan yang dilakukan oleh pendidik selama pembelajaran berlangsung. Yusufhadi (2004:13) menyatakan model sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan.
Syaiful (2005:122) menjelaskan bahwa model adalah sebagai berikut:
Suatu tipe desain, suatu deskripsi atau analogi yang dipergunakan
membantu proses visualisasi sesuatu yang tidak dapat dengan
langsung diamati, suatu sistem asumsi-asumsi, data-data, dan
inferensi-inferensi yang dipakai untuk menggambarkan secara
sistematis suatu obyek atau peristiwa, suatu desaim yang
disederhanakan dari suatu sistem kerja, suatu deskripsi dari suatu
sistem yang mungkin atau imajiner, dan penyajian yang diperkecil
agar dapat menjelaskan dan menunjukkan sifat bentuk aslinya.
Berdasarkan uraian
di atas penulis menyimpulkan bahwa model jika dikaitkan dengan pembelajaran
adalah suatu bentuk uraian tentang cara cara guru memberikan informasi dalam
proses interaksi dengan siswa guna memberikan perubahan tingkah laku siswa ke
arah yang lebih baik, ditinjau dari aspek kognitif, apektif, maupun psikomotor.
Jika pembelajaran dilakukan dengan model yang tepat, maka tercipta suatu
kegiatan pembelajran yang bermakna.
b. Pengertian Pembelajaran
Dalam Undang-Undang
No.20 tahun 2003 tentang “Sistem
Pendidikan Nasional” dijelaskan bahwa pembelajaran adalah proses
interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar. Enco (2005:43) menyatakan pembelajaran merupakan aktualisasi kurikulum yang menuntut keaktifan guru dalam menciptakan dan menumbuhkan kegiatan peserta didik sesuai dengan rencana yang telah diprogramkan.
Pendidikan Nasional” dijelaskan bahwa pembelajaran adalah proses
interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar. Enco (2005:43) menyatakan pembelajaran merupakan aktualisasi kurikulum yang menuntut keaktifan guru dalam menciptakan dan menumbuhkan kegiatan peserta didik sesuai dengan rencana yang telah diprogramkan.
Asri (2005:15)
menyatakan pembelajaran sebagai proses interaksi
antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan
perilaku ke arah yang lebih baik. Mohammad dan Nurtain (1991/1992)
menyatakan pembelajaran adalah interaksi antara guru dengan seorang
atau lebih peserta didik untuk mencapai tujuan sesuai dengan kurikulum
yang berlaku, dengan kata lain pembelajaran adalah cara yang dipakai
untuk mengerjakan yang diajarkan.
antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan
perilaku ke arah yang lebih baik. Mohammad dan Nurtain (1991/1992)
menyatakan pembelajaran adalah interaksi antara guru dengan seorang
atau lebih peserta didik untuk mencapai tujuan sesuai dengan kurikulum
yang berlaku, dengan kata lain pembelajaran adalah cara yang dipakai
untuk mengerjakan yang diajarkan.
Saylor dkk
(1981:79) menjelaskan bahwa “Instruction is thus the
implementation of curiculum plan, usually, but not necessarily, involving
teaching in the sense of student, teacher interaction in an educational
setting”. Dalam hal ini, guru harus dapat mengambil keputusan atas dasar penilaian yang tepat ketika peserta didik belum dapat membentuk
kompetensi dasar, apakah kegiatan pembelajaran harus dihentikan,
diubah metodenya, atau mengulang dulu pembelajaran yang lalu.
implementation of curiculum plan, usually, but not necessarily, involving
teaching in the sense of student, teacher interaction in an educational
setting”. Dalam hal ini, guru harus dapat mengambil keputusan atas dasar penilaian yang tepat ketika peserta didik belum dapat membentuk
kompetensi dasar, apakah kegiatan pembelajaran harus dihentikan,
diubah metodenya, atau mengulang dulu pembelajaran yang lalu.
Sudarsono dan
Eveline (2004:112) menyatakan bahwa
pembelajaran adalah upaya menciptakan kondisi dengan sengaja agar
tujuan pembelajaran dapat dipermudah pencapaiannya. Dalam kegiatan
pembelajaran guru perlu memperhatikan efektifitas pembelajaran, agar
tujuan pembelajaran dapat tercapai.
pembelajaran adalah upaya menciptakan kondisi dengan sengaja agar
tujuan pembelajaran dapat dipermudah pencapaiannya. Dalam kegiatan
pembelajaran guru perlu memperhatikan efektifitas pembelajaran, agar
tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Dimyanti dan
Mudjiono (1999:92) menyatakan pembelajaran adalah kegiatan guru secara
terprogram dalam desain intruksional, untuk
membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan
sumber belajar. Ini menunjukkan bahwa pembelajaran adalah proses
interkasi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar.
membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan
sumber belajar. Ini menunjukkan bahwa pembelajaran adalah proses
interkasi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar.
Berdasarkan
pendapat di atas penulis menyimpulkan bahwa
pembelajaran adalah suatu proses belajar yang dibangun oleh guru untuk
mengembangkan kreatifitas berfikir yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran.
pembelajaran adalah suatu proses belajar yang dibangun oleh guru untuk
mengembangkan kreatifitas berfikir yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran.
c.
Pengertian
Pembelajaran Contextual Teaching and Learning
(CTL)
(CTL)
Syaiful (2009:120)
mengemukakan bahwa pembelajaran contextual
teaching and learning (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat
menerapkannya dalam kehidupan mereka.
teaching and learning (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat
menerapkannya dalam kehidupan mereka.
Menurut Johnson,
2002 (Kunandar, 2007: 273) “contextual teaching and learning, an
instructional system, is based on the premise that meaning emerges from
the relationship between content and its context. Context gives meaning
to content. The broader the context within which students are able to
make connections, the more meaning content will hold for them”. (Kontekstual
pembelajaran merupakan sebuah sistem pengajaran yang berdasarkan pada isi atau
materi pengajaran dengan keadaan siswa. Antara materi pengajaran berhubungan
dan saling berkaitan satu sama lain, keduanya ada keterikatan yang tidak bisa dipisahkan).
Semakin bagus situasi siswa, akan semakin baik hasil yang didapatkan.
Elaine (2007: 65)
mengemukakan bahwa pembelajaran kontekstual
(CTL) dapat mengembangkan dan meningkatkan kreativitas anak dalam
memecahkan suatu masalah atau problem yang ada dilingkungannya,
karena dengan berfikir kreatif melibatkan rasa ingin tahu dan bertanya
siswa sehingga permasalahan itu terpecahkan dengan menghubungkan
antara permasalahan dengan konteks kehidupan nyata mereka.
(contextual teaching and learning).
(CTL) dapat mengembangkan dan meningkatkan kreativitas anak dalam
memecahkan suatu masalah atau problem yang ada dilingkungannya,
karena dengan berfikir kreatif melibatkan rasa ingin tahu dan bertanya
siswa sehingga permasalahan itu terpecahkan dengan menghubungkan
antara permasalahan dengan konteks kehidupan nyata mereka.
(contextual teaching and learning).
Nurhadi, (2004:13)
mengatakan bahwa CTL adalah suatu konsep
belajar dimana guru menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai
anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses Pembelajaran berlangsung
alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan
transfer pengetahuan dari guru ke siswa.
belajar dimana guru menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai
anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses Pembelajaran berlangsung
alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan
transfer pengetahuan dari guru ke siswa.
Wina Sanjaya
(2008:120) mengatakan bahwa CTL adalah suatu
pendekatan pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan
siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan
menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata, sehingga
mendorong siswa untuk dapat menerapkannya ke dalam kehidupan
mereka.
pendekatan pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan
siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan
menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata, sehingga
mendorong siswa untuk dapat menerapkannya ke dalam kehidupan
mereka.
Sagala (2009: 92)
menguraikan langkah-langkah penerapan
pembelajaran kontekstual sebagai berikut:
pembelajaran kontekstual sebagai berikut:
1) Mengembangkan pemikiran bahwa siswa akan
belajar lebih
bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksikan sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya;
bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksikan sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya;
2) Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry
untuk semua pokok bahasan;
3) Mengembangkan sikap ingin tahu siswa dengan
bertanya;
4) Menciptakan masyarakat belajar;
5) Menghadirkan model sebagai contoh
pembelajaran;
6) Melakukan refleksi di akhir pertemuan;
7) Melakukan penilaian yang sebenarnya dengan
berbagai cara.
Berdasarkan uraian
di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
kontekstual menekankan pada proses keterlibatan siswa untuk
menemukakan materi, artinya proses belajar diorientasikan pada proses
pengalaman secara langsung. Selain itu juga, pembelajaran kontekstual
mendorong siswa untuk dapat menemukan hubungan antara materi yang
dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk
dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah
dengan kehidupan nyata. Hal ini dapat mendorong siswa untuk dapat
menerapkannya dalam kehidupan, bukan hanya mengharapkan siswa
dapat memahami materi yang dipelajarinya, akan tetapi bagaimana
materi pelajaran itu dapat mewarnai prilakunya dalam kehidupan seharhari.
kontekstual menekankan pada proses keterlibatan siswa untuk
menemukakan materi, artinya proses belajar diorientasikan pada proses
pengalaman secara langsung. Selain itu juga, pembelajaran kontekstual
mendorong siswa untuk dapat menemukan hubungan antara materi yang
dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk
dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah
dengan kehidupan nyata. Hal ini dapat mendorong siswa untuk dapat
menerapkannya dalam kehidupan, bukan hanya mengharapkan siswa
dapat memahami materi yang dipelajarinya, akan tetapi bagaimana
materi pelajaran itu dapat mewarnai prilakunya dalam kehidupan seharhari.
d.
Pentingnya
Model CTL
Enco (2005:138)
mengatakan bahwa CTL memungkinkan proses
belajar yang tenang dan menyenangkan, karena pembelajaran kontekstual mendorong peserta didik memahami hakekat, makna, dan
manfaat belajar, sehingga memungkinkan mereka rajin, dan termotivasi
untuk senantiasa belajar, bahkan kecanduan belajar. Kondisi tersebut
terwujud, ketika peserta didik menyadari tentang apa yang mereka
perlukan untuk hidup, dan bagaimana cara menggapainya.
Wina (2008:125) mengatakan bahwa CTL adalah mukanya
kurikulum berbasis kompetensi (KBK). Artinya CTL merupakan salah satu pendekatan yang dapat diandalkan dalam mengembangkan dan
mengimplementasikan KBK. Agar tujuan pembelajaran kontekstual dapat tercapai harus didukung oleh lingkungan belajar yang kondusif.
belajar yang tenang dan menyenangkan, karena pembelajaran kontekstual mendorong peserta didik memahami hakekat, makna, dan
manfaat belajar, sehingga memungkinkan mereka rajin, dan termotivasi
untuk senantiasa belajar, bahkan kecanduan belajar. Kondisi tersebut
terwujud, ketika peserta didik menyadari tentang apa yang mereka
perlukan untuk hidup, dan bagaimana cara menggapainya.
Wina (2008:125) mengatakan bahwa CTL adalah mukanya
kurikulum berbasis kompetensi (KBK). Artinya CTL merupakan salah satu pendekatan yang dapat diandalkan dalam mengembangkan dan
mengimplementasikan KBK. Agar tujuan pembelajaran kontekstual dapat tercapai harus didukung oleh lingkungan belajar yang kondusif.
Nurhadi (2004:4)
mengemukakan pentingnya lingkungan belajar
yang kondusif dalam pembelajaran kontekstual seperti berikut ini.
yang kondusif dalam pembelajaran kontekstual seperti berikut ini.
1) Belajar efektif itu dimulai dari lingkungan
belajar yang berpusat
pada siswa. Dari guru akting di depan kelas, siswa menonton, ke
siswa aktif belajar dan berkarya, guru mengarahkan.
pada siswa. Dari guru akting di depan kelas, siswa menonton, ke
siswa aktif belajar dan berkarya, guru mengarahkan.
2) Pembelajaran harus berpusat pada bagaimana
cara siswa
menggunakan pengetahuan baru mereka. Strategi belajar lebih
dipentingkan dibandingkan hasilnya.
menggunakan pengetahuan baru mereka. Strategi belajar lebih
dipentingkan dibandingkan hasilnya.
3) Umpan balik amat penting bagi siswa, yang
berasal dari proses
penilaian yang benar.
penilaian yang benar.
4) Menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk
kerja kelompok
itu penting.
itu penting.
Enco (2005:138)
mengatakan bahwa ada lima elemen yang harus
diperhatikan dalam pembelajaran kontekstual seperti berikut ini.
diperhatikan dalam pembelajaran kontekstual seperti berikut ini.
1)
Pembelajaran harus memperhatikan pengetahuan yang sudah
dimiliki oleh peserta didik.
dimiliki oleh peserta didik.
2)
Pembelajaran dimulai dari keseluruhan
menuju bagian-bagiannya
secara khusus.
secara khusus.
3)
Pembelajaran harus ditekankan pada pemahaman, dengan cara
menyusun konsep sementara, melakukan sharing untuk memperoleh masukan dan tanggapan orang lain, dan merevisi
serta mengembangkan konsep.
menyusun konsep sementara, melakukan sharing untuk memperoleh masukan dan tanggapan orang lain, dan merevisi
serta mengembangkan konsep.
4)
Pembelajaran ditekankan pada upaya mempraktekkan secara
langsung apa-apa yang dipelajari.
langsung apa-apa yang dipelajari.
5)
Adanya refleksi terhadap strategis
pembelajaran dan pengembangan pengetahuan yang dipelajari.
Berdasarkan uraian
dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
kontekstual penting artinya dalam menerapkan kurikulum berbasis
kompetensi. Selain itu juga, model pembelajaran kontekstual mampu
mendorong peserta didik memahami hakekat, makna, dan manfaat
belajar, sehingga memungkinkan mereka rajin, dan termotivasi untuk
senantiasa belajar, bahkan kecanduan belajar. Namun, dalam
pelaksanaannya, pembelajaran kontekstual penting memperhatikan
lingkungan belajar, dan guru harus memberikan kemudahan belajar
kepada peserta didik, dengan menyediakan berbagai sarana dan sumber
belajar yang memadai agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan
optimal.
kontekstual penting artinya dalam menerapkan kurikulum berbasis
kompetensi. Selain itu juga, model pembelajaran kontekstual mampu
mendorong peserta didik memahami hakekat, makna, dan manfaat
belajar, sehingga memungkinkan mereka rajin, dan termotivasi untuk
senantiasa belajar, bahkan kecanduan belajar. Namun, dalam
pelaksanaannya, pembelajaran kontekstual penting memperhatikan
lingkungan belajar, dan guru harus memberikan kemudahan belajar
kepada peserta didik, dengan menyediakan berbagai sarana dan sumber
belajar yang memadai agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan
optimal.
e. Aspek-aspek Dalam Pembelajaran CTL
Enco (2005:158),
mengatakan bahwa dalam pembelajaran model
CTL perlu memperhatikan 8 aspek, yaitu:
CTL perlu memperhatikan 8 aspek, yaitu:
1)
Membuat
hubungan yang berarti
2)
Melakukan
pekerjaan yang signifikan
3)
Belajar
mandiri
4)
Berkolaborasi
5)
Pikiran
kritis dan kreatif
6)
Mempengaruhi
individu
7)
Mencapai
standar yang tinggi
8)
Menggunakan
penilaian autentik.
Wina (2005:118)
mengatakan bahwa aspek-aspek yang perlu
diperhatikan dalam pembelajaran CTL, yaitu:
diperhatikan dalam pembelajaran CTL, yaitu:
1) Kontruktivisme, yaitu proses membangun atau
menyusun
pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan
pengalaman.
pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan
pengalaman.
2)
Inkuiri, yaitu proses pembelajaran
didasarkan pada pencarian
dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis.
dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis.
3)
Bertanya, yaitu guru tidak menyampaikan
informasi begitu saja,
akan tetapi memancing agar siswa dapat menemukan sendiri.
akan tetapi memancing agar siswa dapat menemukan sendiri.
4)
Masyarakat belajar, yaitu dapat
dilakukan dengan menerapkan
pembelajaran melalui kelompok belajar.
pembelajaran melalui kelompok belajar.
5)
Pemodelan, yaitu proses pembelajaran
dengan memperagakan
sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa.
sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa.
6)
Refleksi, yaitu proses pengendapan
pengalaman yang telah
dipelajari yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali
kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya.
dipelajari yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali
kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya.
7)
Penilaian nyata, yaitu proses yang
dilakukan guru untuk
mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang
dilakukan siswa.
mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang
dilakukan siswa.
Sejalan dengan
pendapat di atas, Sardiman (2004:223) juga
mengemukakan bahwa penerapan pembelajaran model CTL ada 7 (tujuh)
aspek yang harus diperhatikan, seperti yang akan dijelaskan berikut ini.
mengemukakan bahwa penerapan pembelajaran model CTL ada 7 (tujuh)
aspek yang harus diperhatikan, seperti yang akan dijelaskan berikut ini.
1)
Teori
konstruktivisme
Teori
konstruktivisme ini merupakan landasan berpikir bagi pendekatan kontekstual
(CTL). Dalam hal ini, siswa harus dilatih untuk memecahkan masalah, menemukan
sesuatu yang berguna bagi dirinya dan bergulat dengan ide-ide dan kemudian
mampu merekonstruksinya. Penerapan di kelas, misalnya saa siswa sedang bekerja
atau praktik mengerjakan sesuatu, memecahkan masalah, berlatih keterampilan
secara fisik, menulis karangan, membaca teks, kemudian menuliskan isi kesimpulannya,
mendemonstrasikannya, dan sebagainya.
2)
Menemukan
(inkuiri)
Proses belajar
adalah proses menemukan, langkah-langkah ini
meliputi;
meliputi;
a)
merumuskan
masalah,
b)
mengamati
atau melakukan observasi, termasuk membaca
buku, menumpulkan infirmasi,
buku, menumpulkan infirmasi,
c)
menganalisis
dan menyajikan hasil karya dalam tulisan,
laporan, gambar, tabel dan sebagainya ,dan
laporan, gambar, tabel dan sebagainya ,dan
d)
menyajikan
dan mengkomunikasi hasil karyanya di depan
guru, teman sekelas atau audien yang lain.
guru, teman sekelas atau audien yang lain.
3)
Bertanya
Pengetahuan yang
dimiliki seorang, umunya tidak lepas dari minat bertanya. Dalam proses
pembelajaran, kegiatan bertanya berguna untuk menggali informasi, mengecek pemahaman
siswa, membangkitkan respon para siswa, mengetahui sejauhmana keingintahuan
siswa, mengetahui hal-hal yang sudah siswa, memfokuskan perhatian siswa pada
sesuatu yang dikehendaki guru, membangkitkan lebih banyak pertanyaan dari
siswa, dan menyegarkan kembali pengetahuan siswa.
4)
Masyarakat
belajar
Pengembangan
masyarakat belajar, akan senantiasa medorong
terjadinya proses komunikasi multi arah. Beberapa hal yang dapat
diwujudkan untuk mengembangkan masyarakt belajar adalah membentuk kelompok kecil, membentuk kelompok besar, mendatangkan ahli di kelas, bekerja dengan kelas sederajat, bekerja kelompok dengan kelas di atasnya, dan bekerja dengan masyarakat.
terjadinya proses komunikasi multi arah. Beberapa hal yang dapat
diwujudkan untuk mengembangkan masyarakt belajar adalah membentuk kelompok kecil, membentuk kelompok besar, mendatangkan ahli di kelas, bekerja dengan kelas sederajat, bekerja kelompok dengan kelas di atasnya, dan bekerja dengan masyarakat.
5)
Pemodelan
Dalam pembelajaran
keterampilan atau pengetahuan tertentu, perlu ada model yang bisa ditiru.
Contoh praktis pemodelan di kelas, misalnya guru geografi menunjukkan peta jadi
yang dapat digunakan sebagai contoh bagi siswa untuk merancang peta daerahnya.
6)
Refleksi
Refleksi merupakan
bagian penting dalam pembelajaran dengan CTL. Wujudnya antara lain adalah
pernyataan langsung siswa tentang apa-apa yang diperoleh setelah melakukan
pembelajaran, catatan atau jurnal di buku siswa, kesan dan saran siswa mengenai
pembelajaran hari itu, diskusi, dan hasil karya.
7)
Penilaian
yang autentik
Penilaian adalah
proses pengumpulan data yang memberikan
gambaran perkembangan belajar siswa. Secara rinci, ciri-ciri penilaian autentik adalah: dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung, dapat digunakan untuk formatif dan sumatif, yang diukur keterampilan dan performan, bukan mengingat fakta, berkesinambungan, terintegrasi, dan dapat digunakan sebagai feed back.
gambaran perkembangan belajar siswa. Secara rinci, ciri-ciri penilaian autentik adalah: dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung, dapat digunakan untuk formatif dan sumatif, yang diukur keterampilan dan performan, bukan mengingat fakta, berkesinambungan, terintegrasi, dan dapat digunakan sebagai feed back.
Berdasarkan uraian
di atas dapat disimpulkan bahwa dalam
pendekatan model pembelajaran CTL, guru harus memperhatikan aspek aspek, seperti teori konstruktivisme, menemukan, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian yang autentik.
pendekatan model pembelajaran CTL, guru harus memperhatikan aspek aspek, seperti teori konstruktivisme, menemukan, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian yang autentik.
2.
Minat
Belajar
Menurut Mulyono
(2001:26), Minat artinya “kegiatan atau
keaktifan”. Jadi segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan
yang terjadi baik fisik maupun non-fisik, merupakan suatu aktifitas.
Menurut Sriyono minat adalah segala kegiatan yang dilaksanakan
baik secara jasmani atau rohani. Minat siswa selama proses belajar
mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk
belajar.
keaktifan”. Jadi segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan
yang terjadi baik fisik maupun non-fisik, merupakan suatu aktifitas.
Menurut Sriyono minat adalah segala kegiatan yang dilaksanakan
baik secara jasmani atau rohani. Minat siswa selama proses belajar
mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk
belajar.
Minat siswa
merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi
selama proses belajar mengajar. Kegiatan – kegiatan yang dimaksud
adalah kegiatan yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya,
mengajukan pendapat, mengerjakan tugas – tugas, dapat menjawab
pertanyaan guru dan bisa bekerjasama dengan siswa lain, serta tanggung
jawab terhadap tugas yang diberikan.
selama proses belajar mengajar. Kegiatan – kegiatan yang dimaksud
adalah kegiatan yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya,
mengajukan pendapat, mengerjakan tugas – tugas, dapat menjawab
pertanyaan guru dan bisa bekerjasama dengan siswa lain, serta tanggung
jawab terhadap tugas yang diberikan.
Keaktifan siswa
dalam proses pembelajaran akan menyebabkan
interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu
sendiri. Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan
kondusif, dimana masing - masing siswa dapat melibatkan
kemampuannya semaksimal mungkin. Minat yang timbul dari siswa
akan mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan keterampilan
yang akan mengarah pada peningkatan prestasi.
interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu
sendiri. Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan
kondusif, dimana masing - masing siswa dapat melibatkan
kemampuannya semaksimal mungkin. Minat yang timbul dari siswa
akan mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan keterampilan
yang akan mengarah pada peningkatan prestasi.
Minat belajar
merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk
menghasilkan perubahan pengetahuan-pengetahuan, nilai-nilai sikap, dan
keterampilan pada siswa sebagai latihan yang dilaksanakan secara
sengaja. Dapat disimpulkan bahwa minat belajar merupakan segala
kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam
rangka mencapai tujuan belajar. Minat yang dimaksudkan di sini
penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan adanya minat siswa
dalam proses pembelajaran terciptalah situasi belajar aktif, seperti yang
dikemukakan oleh Rochman Natawijaya dalam Depdiknas(2005 : 31),
belajar aktif adalah “Suatu sistem belajar mengajar yang menekankan
keaktifan siswa secara fisik, mental intelektual dan emosional guna
memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek koqnitif, afektif
dan psikomotor”.
menghasilkan perubahan pengetahuan-pengetahuan, nilai-nilai sikap, dan
keterampilan pada siswa sebagai latihan yang dilaksanakan secara
sengaja. Dapat disimpulkan bahwa minat belajar merupakan segala
kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam
rangka mencapai tujuan belajar. Minat yang dimaksudkan di sini
penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan adanya minat siswa
dalam proses pembelajaran terciptalah situasi belajar aktif, seperti yang
dikemukakan oleh Rochman Natawijaya dalam Depdiknas(2005 : 31),
belajar aktif adalah “Suatu sistem belajar mengajar yang menekankan
keaktifan siswa secara fisik, mental intelektual dan emosional guna
memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek koqnitif, afektif
dan psikomotor”.
Keaktifan siswa
selama proses belajar mengajar merupakan salah
satu indikator adanya keinginan atau motivasi siswa untuk belajar. Siswa
dikatakan memiliki keaktifan apabila ditemukan ciri-ciri perilaku seperti :
sering bertanya kepada guru atau siswa lain, mau mengerjakan tugas
yang diberikan guru, mampu menjawab pertanyaan, senang diberi tugas
belajar,dan lain sebagainya.
satu indikator adanya keinginan atau motivasi siswa untuk belajar. Siswa
dikatakan memiliki keaktifan apabila ditemukan ciri-ciri perilaku seperti :
sering bertanya kepada guru atau siswa lain, mau mengerjakan tugas
yang diberikan guru, mampu menjawab pertanyaan, senang diberi tugas
belajar,dan lain sebagainya.
Keaktifan siswa
dalam proses pembelajaran akan menyebabkan
interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu
sendiri. Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana masing – masing siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. Minat yang timbul dari siswa akan mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan prestasi.
interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu
sendiri. Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana masing – masing siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. Minat yang timbul dari siswa akan mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan prestasi.
a.
Jenis
Minat Belajar Siswa
Berdasarkan
pengetahuan tentang prinsip-prinsip di atas, diharapkan kepada guru untuk dapat
mengembangkan minat siswa. Menurut Zulfikri (2008:6) jenis-jenis minat yang
dimaksud dapat digolongkan menjadi:
1)
Visual
Activities, yaitu segala
kegiatan yang berhubungan dengan
minat siswa dalam melihat, mengamat, dan memperhatikan.
minat siswa dalam melihat, mengamat, dan memperhatikan.
2)
Oral
Activities, yaitu minat
yang berhubungan dengan
kemampuan siswa dalam mengucapkan, melafazkan, dan berfikir.
kemampuan siswa dalam mengucapkan, melafazkan, dan berfikir.
3)
Listening
Aktivities, minat
yang berhubungan dengan
kemampuan siswa dalam berkonsentrasi menyimak pelajaran.
kemampuan siswa dalam berkonsentrasi menyimak pelajaran.
4)
Motor
Activities, yakni
segala keterampilan jasmani siswa untuk
mengekspresikan bakat yang dimilikinya.
mengekspresikan bakat yang dimilikinya.
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar
Menurut Jessica
(2009:1-2) faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar, yaitu:
1)
Faktor
Internal (dari dalam individu yang belajar).
Faktor yang
mempengaruhi kegiatan belajar ini lebih ditekankan pada faktor dari dalam
individu yang belajar. Adapun faktor yang mempengaruhi kegiatan tersebut adalah
faktor psikologis, antara lain yaitu : motivasi, perhatian, pengamatan,
tanggapan dan lain sebagainya.
2)
Faktor
Eksternal (dari luar individu yang belajar).
Pencapaian tujuan
belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan
belajar yang kondusif. Hal ini akan berkaitan dengan faktor dari luar siswa.
Adapun faktor yang mempengaruhi adalah mendapatkan pengetahuan,
penanaman konsep dan keterampilan, dan pembentukan sikap.
belajar yang kondusif. Hal ini akan berkaitan dengan faktor dari luar siswa.
Adapun faktor yang mempengaruhi adalah mendapatkan pengetahuan,
penanaman konsep dan keterampilan, dan pembentukan sikap.
3.
Hasil
Belajar
a.
Pengertian
Hasil Belajar
Belajar adalah
kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam
setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang
pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan
pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa,
baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau
keluarganya sendiri.
pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan
pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa,
baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau
keluarganya sendiri.
Pengertian Hasil
belajar menurut Sudjana (1990:22) adalah
kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman
belajaranya. Anni (2004:4) mengemukakan hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami minat belajar. Hamalik (2001:159) mengatakan bahwa hasil belajar menunjukkan kepada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator adanya derajat perubahan tingkah laku siswa. Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:36) hasil belajar adalah hasil yang ditunjukkan dari suatu interaksi tindak belajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru.
kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman
belajaranya. Anni (2004:4) mengemukakan hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami minat belajar. Hamalik (2001:159) mengatakan bahwa hasil belajar menunjukkan kepada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator adanya derajat perubahan tingkah laku siswa. Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:36) hasil belajar adalah hasil yang ditunjukkan dari suatu interaksi tindak belajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru.
Berdasarkan uraian
di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah terjadinya proses
pembelajaran yang ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru
setiap selesai memberikan materi pelajaran pada satu pokok bahasan.
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah
menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004 : 22).
belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah terjadinya proses
pembelajaran yang ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru
setiap selesai memberikan materi pelajaran pada satu pokok bahasan.
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah
menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004 : 22).
Dari beberapa
pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah realisasi
atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan
potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan hasil
belajar seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam
bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir maupun
keterampilan motorik.
potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan hasil
belajar seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam
bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir maupun
keterampilan motorik.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Siswa
Hasil belajar yang
dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor
yakni faktor dari dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa
(Sudjana, 1989:39). Dari pendapat ini faktor yang dimaksud adalah
faktor dalam diri siswa perubahan kemampuan yang dimilikinya seperti
yang dikemukakan oleh Clark (1981:21) menyatakan bahwa hasil
belajar siswa di sekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan
30 % dipengaruhi oleh lingkungan. Demikian juga faktor dari diri siswa
yakni lingkungan yang paling domain berupa kualitas pembelajaran
(Sudjana, 2002:39)
yakni faktor dari dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa
(Sudjana, 1989:39). Dari pendapat ini faktor yang dimaksud adalah
faktor dalam diri siswa perubahan kemampuan yang dimilikinya seperti
yang dikemukakan oleh Clark (1981:21) menyatakan bahwa hasil
belajar siswa di sekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan
30 % dipengaruhi oleh lingkungan. Demikian juga faktor dari diri siswa
yakni lingkungan yang paling domain berupa kualitas pembelajaran
(Sudjana, 2002:39)
Dengan demikian hasil belajar adalah sesuatu
yang dicapai atau
diperoleh siswa berkat adanya usaha atau fikiran yang mana hal tersebut
dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan dan kecakapan
dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupa sehingga nampak
pada diri indivdu penggunaan penilaian terhadap sikap, pengetahuan dan
kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan
sehingga nampak pada diri individu perubahan tingkah laku secara
kuantitatif.
diperoleh siswa berkat adanya usaha atau fikiran yang mana hal tersebut
dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan dan kecakapan
dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupa sehingga nampak
pada diri indivdu penggunaan penilaian terhadap sikap, pengetahuan dan
kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan
sehingga nampak pada diri individu perubahan tingkah laku secara
kuantitatif.
Muhibbin (2007:139)
menjelaskan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu
faktor internal (faktor dari dalam diri siswa), faktor eksternal (faktor dari
luar siswa), dan faktor pendekatan belajar (approach to learning).
mempengaruhi hasil belajar dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu
faktor internal (faktor dari dalam diri siswa), faktor eksternal (faktor dari
luar siswa), dan faktor pendekatan belajar (approach to learning).
Dimyati dan Mudjiono (2002:3) mengartikan hasil belajar sebagai hasil
dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru,
tindakan mengajar diakhiri dengan proses evaluasi belajar. Dari sisi siswa,
hasil belajar merupakan penggalan dan puncak proses belajar. Hasil belajar,
untuk sebagian adalah berkat tindakan guru, suatu pencapaian tujuan pengajaran.
Pada bagian lain, merupakan peningkatan kemampuan mental siswa.
Berdasarkan
beberapa penjelasan di atas disimpulkan bahwa ada
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Faktor
faktor tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu faktor
internal (faktor dari dalam diri siswa), faktor eksternal (faktor dari luar
siswa), dan faktor pendekatan belajar (approach to learning).
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Faktor
faktor tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu faktor
internal (faktor dari dalam diri siswa), faktor eksternal (faktor dari luar
siswa), dan faktor pendekatan belajar (approach to learning).
B. Kerangka Penelitian
Dari kajian teori
dan analisis maka dapat dikatakan bahwa model
pembelajaran contextual teaching and learning (CTL) memberi
pengaruh terhadap hasil belajar siswa, baik siswa yang mempunyai
pengetahuan awal tinggi maupun siswa yang mempunyai pengetahuan
rendah.
pembelajaran contextual teaching and learning (CTL) memberi
pengaruh terhadap hasil belajar siswa, baik siswa yang mempunyai
pengetahuan awal tinggi maupun siswa yang mempunyai pengetahuan
rendah.
Dalam pembelajaran
banyak model yang dapat digunakan guru,
tetapi efektif atau tidaknya model pembelajaran yang digunakan sangat
tergantung pada dampak atau tercapai tidaknya suatu tujuan
pembelajaran yang digunakan. CTL merupakan konsep pembelajaran
yang menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran yang
menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia
kehidupan peserta didik secara nyata, sehingga peserta didik mampu
menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam
kehidupan sehari-hari.
tetapi efektif atau tidaknya model pembelajaran yang digunakan sangat
tergantung pada dampak atau tercapai tidaknya suatu tujuan
pembelajaran yang digunakan. CTL merupakan konsep pembelajaran
yang menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran yang
menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia
kehidupan peserta didik secara nyata, sehingga peserta didik mampu
menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam
kehidupan sehari-hari.
Untuk menguasai dan
mencipta teknologi di masa depan
diperlukan
penguasaan matematika yang kuat sejak dini. Penjelasan ini menunjukkan
bahwa dalam proses pembelajaran Matematika membutuhkan suatu
pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan
siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan
menghubungkan dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong
siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. Penjelasan
ini sangat relevan dengan konsep model pembelajaran contextual
teaching and learning (CTL).
penguasaan matematika yang kuat sejak dini. Penjelasan ini menunjukkan
bahwa dalam proses pembelajaran Matematika membutuhkan suatu
pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan
siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan
menghubungkan dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong
siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. Penjelasan
ini sangat relevan dengan konsep model pembelajaran contextual
teaching and learning (CTL).
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan
landasan teori dan kerangka pemikiran di atas dapat diajukan hipotesis
penelitian tindakan kelas ini sebagai berikut : jika digunakan pendekatan
kontekstual dalam proses pembelajaran matematika maka hasil minat dan hasil belajar matematika siswa kelas VIII-2
SMPN 7 ........................ Tahun Pelajaran ….. /…… akan meningkat.
Untuk mendapatkan file secara lengkap, terdiri dari Bagian Depan, Bab I, II, III, IV, V, Daftar Pustaka dan Lampiran2, silakan klik disini.
Terima kasih.