LAPORAN
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENINGKATKAN KEBERHASILAN
PEMBELAJARAN PKn MATERI
DEMOKRASI DALAM
BERBAGAI ASPEK KEHIDUPAN
SISWA KELAS VIII SMPN 3 ........................
TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Diajukan
untuk Memenuhi Persyaratan Kenaikan
Pangkat
...............................
dst disesuaikan
Oleh :
………………………………
NIP.
………………………………..
SMPN 3 ........................
DINAS
PENDIDIKAN ............................. KABUPATEN ......................
Jln.
.........................................
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat
Allah SWT., yang telah senantiasa melimpahkan rahmat dan taufik-Nya sehingga
Penelitian Tindakan Kelas, yang berjudul ” Penerapan
Metode Diskusi untuk Meningkatkan Keberhasilan Pembelajaran PKn Materi Demokrasi dalam Berbagai Aspek Kehidupan Siswa Kelas VIII SMPN 3 ........................ Tahun Pelajaran 2014/2015”, dapat disusun sebagaimana mestinya.
Laporan Penelitian Tindakan Kelas Diajukan
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kenaikan Pangkat …………………………………………. Penelitian tindakan ini dilakukan sebagai
upaya meningkatkan kemampuan guru dalam pelaksanaan standar proses kegiatan
pembelajaran dengan pelaksanaan supervisi akademik. Selesainya pelaksanaan
penelitian tindakan kelas ini dilepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu
ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:
1.
....................., Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten .................
2. Kepala Sekolah
dan Seluruh Guru SMP Negeri
................................... Kecamatan ............ Kabupaten Gunung .............
3.
Teman-teman seprofesi yang
juga memberi masukan
dalam penyusunan laporan penelitian
tindakan sekolah ini.
4. Semua pihak
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah mendukung
pelaksanaan PTK ini.
Akhirnya, dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa penulisan
laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, maka pada kesempatan ini penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan dari
segenap pembaca. Akhir kata penulis do’a kan semoga semua amal yang diberikan
mendapat imbalan dari Allah SWT, dan semoga makalah ini bermanfaat bagi kita
semua. Amin ya Rabbal Alamiin.
……………, ……….201..
Penulis
LEMBAR PENGESAHAN
1.
|
Judul Penelitian
|
Penerapan Metode Diskusi untuk Meningkatkan Keberhasilan Pembelajaran
PKn Materi Demokrasi dalam Berbagai Aspek Kehidupan Siswa Kelas VIII SMPN 3 ........................ Tahun Pelajaran 2014/2015
|
2.
|
Identitas Peneliti
a. Nama Lengkap
b. NIP
c. Pangkat. Golongan
d. Tempat Tugas
e. Kabupaten/Kota
f. Provinsi
g. Alamat Kantor
h. Telepon
|
……………………………….
……………………………….
……………………………….
……………………………….
……………………………….
……………………………….
……………………………….
……………………………….
|
3.
|
Lama Penelitian
|
….. bulan (…………
s.d ………… 201..)
|
4.
|
Sumber Dana
|
Swadaya
|
…………….,…………………….
Petugas Perpustakaan Peneliti
…………………….. ………………………
NIP. …………………….. NIP. ……………………..
Mengetahui/Mengesahkan
Kepala Dinas Pendidikan Kepala Sekolah
Kabupaten ……………
……………………. ………………….
NIP.…………………….. NIP.……………………..
PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENINGKATKAN KEBERHASILAN
PEMBELAJARAN PKN MATERI
DEMOKRASI DALAM
BERBAGAI ASPEK KEHIDUPAN
SISWA KELAS VIII SMPN 3 ........................
TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Oleh
…………………………..
NIP. ………………
ABSTRAK
Rendahnya
hasil belajar dan motivasi belajar
PKN dipengaruhi oleh berbagai
faktor. Faktor yang
mendukung pelaksanaan pembelajaran
pada dasarnya sangat kompleks dan
bisa ditinjau dari berbagai aspek. Adapun hal yang paling mendasar dan menentukan terhadap
keberhasilan pembelajaran diantaranya sarana dan
prasarana yang memadai,
situasi dan kondisi
yang kondusif, faktor guru, faktor siswa, termasuk pemilihan dan
penggunaan model pembelajaran. Faktor utama yang akan dibahas adalah
peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa dengan tujuan agar terdapat
peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa hingga memenuhi batas minimal
tuntas belajar.
Upaya perbaikan dengan penelitian tindakan kelas
yang dilaksanakan dengan dua siklus. sebelum dilaksanakan perbaikan pembelajaran melalui penerapan metode
diskusi pada pembelajaran PKn. Hasil penelitian menujukkan adanya peningkatan
yang signifikan dari motivasi belajar dari 6
siswa atau 42,86% pada kondisi awal meningkat menjadi 11 siswa atau 78,57% dan
100% pada siklus terakhir, sedangkan jumlah siswa yang tuntas belajarnya pada keadaan awal sebanyak 4 siswa
(28,57%), setelah dilaksanakan perbaikan dengan penerapan metode diskusi pada
siklus I meningkat menjadi 8 siswa atau 57,14% dan pada siklus II meningkat
kembali menjadi 14 siswa atau 100%. Penjelasan mengenai peningkatan nilai
rata-rata hasil belajar pada kondisi awal sebesar 59,29 meningkat menjadi 65,00 pada siklus I dan pada akhir
siklus II meningkat menjadi 73,57
Kesimpulannya adalah penerapan metode
diskusi dapat
meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada pembelajaran PKn materi Demokrasi dalam Berbagai Aspek Kehidupan Siswa Kelas VIII SMPN 3 ........................ Tahun Pelajaran 2014/2015.
Kata Kunci : diskusi, motivasi, hasil, belajar
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR JUDUL............................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................. ii
ABSTRAK......................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR....................................................................................... iv
DAFTAR ISI..................................................................................................... v
DAFTAR TABEL.............................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR......................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
B.
Identifikasi Masalah
C.
Analisis Masalah
D.
Pembatasan Masalah
E.
Rumusan Masalah
F.
Tujuan Penelitian
G.
Manfaat Penelitian
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori ...........................................................................
B. Kerangka Berpikir .................................................................
C. Hipotesis Tindakan ................................................................
BAB III METODE PENELITIAN
A.
Setting Penelitian ...................................................................
B.
Subjek Penelitian ...................................................................
C.
Data dan Sumber Data...........................................................
D.
Teknik Pengumpulan Data ....................................................
E.
Validitas Data.........................................................................
F.
Teknik Analisis Data .............................................................
G.
Kriteria Keberhasilan .............................................................
H.
Prosedur Penelitian ................................................................
BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Penelitian.......................................................................
B.
Pembahasan............................................................................
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................
B. Saran dan Tindak Lanjut........................................................
DAFTAR
PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
TABEL Halaman
Tabel 4.1 Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Kondisi Awal...........................
Tabel 4.2 Rekapitulasi Hasil Observasi Motivasi Belajar
Kondisi Awal....
Tabel 4.3 Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siklus Pertama..........................
Tabel 4.4 Rekapitulasi Hasil Observasi Peningkatan
Motivasi Belajar Siswa Siklus I
Tabel 4.5 Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siklus Kedua............................
Tabel 4.6 Rekapitulasi Hasil Observasi Peningkatan
Motivasi Belajar Siswa Siklus II
Tabel 4.7 Rekapitulasi Nilai Hasil Tes Formatif Temuan
Awal, Siklus I dan Siklus II
Tabel 4.8 Rekapitulasi Peningkatan Motivasi Siswa pada
Siklus I dan Siklus II
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR Halaman
Gambar 4.1 Grafik Peningkatan dan Penurunan Ketuntasan Belajar Siswa Siklus
I dan II
Gambar 4.2 Grafik Peningkatan Nilai Rata-rata Belajar Siswa Pada Siklus I dan II
Gambar 4.3 Grafik Ketuntasan Siswa Berdasarkan Tingkat Motivasi Siswa Pada
Siklus I dan II ..................................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat Ijin Penelitian
Lampiran 2 : Surat Pernyataan Kesediaan Menjadi Observer
Lampiran 3 : Jurnal Kegiatan Penelitian
Lampiran 4 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Siklus I
Lampiran 5 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Siklus II
Lampiran 6 : Daftar Hadir Siswa Kondisi Awal, Siklus I
dan Siklus II
Lampiran 7 : Daftar Hadir Peneliti dan Observer Kondisi
Awal, Siklus I dan Siklus II
Lampiran 8 : Data Hasil Tes Formatif Kondisi Awal, Siklus
I dan Siklus II
Lampiran 9 : Lembar Observasi Peningkatan Motivasi Siswa
Dalam Kegiatan Pembelajaran Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II
Lampiran 10 : Lembar Observasi Kegiatan Guru Dalam Proses Pembelajaran
Lampiran 11 : Contoh Hasil Pekerjaan Siswa
Lampiran 12 : Dokumentasi Pelaksanaan
Kegiatan Penelitian Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran PKn yang
terjadi di lapangan, khususnya di SMPN 3 Palangka merupakan salah
satu mata pelajaran
yang kurang diminati oleh siswa,
indikator
ini terlihat dengan rendahnya hasil belajar dan aktivitas belajar siswa. Hal
ini merupakan masalah
yang harus dipecahkan
dan merupakan masalah yang
mendorong dilakukannya penelitian
tindakan kelas agar
kinerja guru semakin baik dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.
Selain itu,
seringkali pembelajaran yang
berlangsung adalah pembelajaran satu arah. Ini terjadi karena
kebayakan siswa kurang berminat terhadap pelajaran PKn, maka setiap
pembelajaran yang berlangsung
siswa hanya memperhatikan
penjelasan guru tanpa adanya
interaksi dan aktivitas
belajar antara siswa
dan guru mengenai materi pelajaran
yang sedang diajarkan
(siswa tidak aktif
dalam proses belajar).
Ini terjadi karena kurangnya
sumber belajar yang
dimilki siswa,oleh karena
itu siswa hanya mengandalkan
sumber belajar dari guru.
Hasil penelitian awal yang
telah peneliti lakukan masih terdapat perbedaan antara harapan dengan kenyataan
yang terjadi dalam pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan materi demokrasi dalam berbagai aspek kehidupan di kelas VIII
SMPN 3 ......................... Harapannya selain siswa dapat mengalami proses
belajar yang benar juga berhasil mencapai suatu kompetensi yang menjadi target
pembelajaran.
Penggunaan metode ceramah dan
pemberian tugas siswa kurang memahami
dan mengetahui isi
dari materi tersebut
karena kebanyakan dari mereka merasa jenuh dengan metode
ceramah karena kurang memotivasi siswa untuk
mengikuti pelajaran sehingga
siswa terkadang malas
untuk mengikuti pelajaran. Selain itupun
dengan menggunakan metode
ceramah, aktivitas belajar
siswa sangat rendah sehingga
tidak ada komunikasi pembelajaran antara siswa dan guru, siswa dan siswa serta
siswa dan sumber belajar. Sama halnya
dengan metode ceramah,
metode pemberian tugas
juga kurang memotivasi siswa
untuk belajar karena
sebagian besar dari
mereka lebih memilih menyontek pekerjaan
teman sehingga mereka
tidak memahami dan
mengerti materi yang disampaikan
guru.
Berangkat dari
permasalahan ini, maka
diperlukan suatu upaya
untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran PKn agar dapat
tercapai. Salah satu upaya yang
dapat diterapkan dalam
upaya memperbaiki dan
meningkatkan kualitas pembelajaran PKn tersebut adalah dengan menggunakan
metode dan strategi yang sesuai dengan
materi pembelajaran yang
akan disampaikan. Metode
yang dirasa paling sesuai
untuk meningkatkan aktivitas
belajar siswa pada
materi keragaman kenampakan alam
dan buatan adalah
metode diskusi. Dengan digunakannya metode
diskusi diharapkan siswa
lebih aktif dalam
pembelajaran sehingga aktivitas belajar
siswa pun meningkat.
Hal
ini dapat diketahui melalui hasil analisis awal terhadap perolehan tes
formatif, terbukti dari 14 orang siswa di kelas VI diketahui hanya ada 4 orang
siswa atau baru 28,57% yang sudah tuntas
belajar. Sedangkan selebihnya dari mereka sebanyak 10 orang (71,43%) dinyatakan belum tuntas karena
memperoleh nilai di bawah KKM sebesar
70.
B. Identifikasi Masalah
Upaya untuk mengatasi hal
sebagaimana uraian di atas, peneliti mencoba berkolaborasi dengan kepala
sekolah, rekan sejawat, dan supervisor. Hasil diskusi dengan mereka, akhirnya
dapat teridentifikasi beberapa masalah sebagai berikut :
1)
Pengelolaan pembelajaran yang dilakukan
guru tidak kondusif, dalam arti tidak memberikan kesan menyenangkan siswa saat
dibelajari materi pembelajaran.
2)
Pemilihan metode pembelajaran yang
kurang tepat adalah yang menjadi pemicu perilaku guru saat mempelajari siswa
hingga tidak banyak berbuat sesuatu demi keberhasilannya.
3)
Kreativitas siswa untuk menanyakan
sesuatu kepada guru sama sekali tidak muncul.
4)
Sebagian besar siswa mengalami kesulitan
pada saat proses mempelajari materi ajar, dan ini telah menyebabkan mereka
tidak tuntas belajar karena kekurang tepatan pemilihan metode pembelajaran
5)
Penjelasan materi terlalu cepat,
sehingga kurangnya model dialog yang interaktif, efektif dan kreatif.
6)
Ketidakaktifan siswa dalam proses
pembelajaran dan penemuan informasi pada saat proses pembelajaran berlansung.
C. Analisis Masalah
Melalui refleksi diri, kaji literatur, dan diskusi
dengan supervisor, kepala sekolah dan teman sejawat dapat diketahui bahwa
faktor penyebab rendahnya tingkat penguasaan siswa terhadap materi
pembelajaran, dan rendahnya hasil belajar serta minat belajar siswa adalah :
1)
Model pembelajaran yang diambil tidak
tepat sehingga guru tidak mampu mengembangkan model pembelajaran yang efektif,
aktif dan kreatif.
2)
Guru tidak melibatkan siswa secara aktif
dalam proses pembelajaran
3)
Guru tidak mampu membaca situasi dan
kondisi pada saat pembelajaran berlangsung.
4)
Guru tidak melibatkan siswa untuk aktif
dalam pembelajaran dan penemuan informasi.
5)
Guru tidak mampu membaca situasi dan
kondisi pada saat pembelajaran berlangsung.
6)
Ketidakmampuan guru
memperhatikan perbedaan kemampuan siswa
Melihat kondisi awal sebagaimana tersebut di atas,
maka peneliti berusaha untuk mengatasi masalah-masalah yang timbul agar proses
pembelajaran dapat berjalan dengan baik sehingga hasil belajar siswa dapat
tercapai dengan melaksanakan perbaikan pembelajaran PKn materi demokrasi
dalam berbagai aspek kehidupan melalui metode diskusi.
Adapun prioritas masalah yang menjadi tujuan
perbaikan proses pembelajaran adalah :
a.
Memperbaiki proses pelaksanaan pembelajaran
dengan menerapkan penggunaan metode diskusi pada pembelajaran PKn materi demokrasi dalam
berbagai aspek kehidupan.
b.
Meningkatkan hasil belajar siswa belajar
sehingga tingkat ketuntasan belajar siswa dapat tercapai dengan maksimal.
Adapun kondisi ideal yang diharapkan adalah untuk
meningkatkan hasil belajar siswa sehingga siswa terlibat aktif dalam
pembelajaran dan penemuan informasi, meningkatkannya kemampuan siswa dalam
pemahaman materi serta timbulnya suasana pembelajaran yang menyenangkan
sehingga peningkatan hasil belajar siswa dapat tercapai secara maksimal.
Dari berbagai permasalahan sebagaimana hal di atas,
untuk mengatasinya peneliti ingin
melaksanakan penelitian tindakan kelas, Upaya peningkatkan hasil belajar
melalui metode diskusi pada mata pelajaran PKn materi demokrasi dalam
berbagai aspek kehidupan di kelas VIII
SMPN 3 ........................ Tahun Pelajaran 2014/2015.
D. Pembatasan Masalah
Dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran dengan
melakanakan kegiatan penelitian tindakan kelas permasalahan yang dibahas
dibatasi hanya pada :
1.
Penerapan metode diskusi untuk
meningkatkan proses pembelajaran PKn materi demokrasi dalam
berbagai aspek kehidupan
2.
Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII
SMPN 3 ........................ Tahun Pelajaran 2014/2015
3.
Upaya perbaikan yang dilakukan dibatasi
hanya untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada pembelajaran PKn
materi demokrasi dalam berbagai aspek kehidupan.
E. Rumusan Masalah
Dalam melakukan penelitian diperlukan suatu pokok
pemasalahan yang menjadi pokok permasalahan. hal tersebut maka dapat dirumuskan
masalahnya untuk menjadi fokus perbaikan pembelajaran adalah :
1.
Bagaimana meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VIII SMPN 3 ........................ Tahun
Pelajaran 2014/2015 melalui penggunaan metode diskusi dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan PKn materi demokrasi dalam berbagai aspek kehidupan?
2.
Bagaimana meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII SMPN 3 ........................ Tahun
Pelajaran 2014/2015 melalui penggunaan metode diskusi dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan PKn materi demokrasi dalam berbagai aspek kehidupan?
F. Tujuan Penelitian
Upaya
melakukan penelitian perbaikan pembelajaran ini tidak lepas dari tujuan yang
diharapkan, yaitu sebagai berikut.
1.
Untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dengan menggunakan
metode diskusi dalam pembelajaran.
- Untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode diskusi dalam pembelajaran.
G. Manfaat Penelitian
Ada beberapa manfaat yang diharapkan dapat diperoleh melalui
penelitian perbaikan pembelajaran ini, sebagaimana pada rincian berikut.
- Manfaat Teoritis
Memberi
sumbangan substantiv berupa
informasi ilmiah data, penjelasan konsep
dan teori bagi
ilmu pendidikan khususnya
bagi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.
- Manfaat Praktis
a.
Siswa dapat meningkatkan aktivitas,
kreativitas, dan hasil belajar menjadi lebih baik daripada sebelumnya, serta
menumbuhkembangkan sikap kritisnya terhadap aktivitas, kreativitas, dan hasil
belajar yang telah diperolehnya.
b.
Guru dapat memperbaiki kinerjanya secara
profesional, karena itu rasa percaya dirinya akan meningkat.
c.
Membantu sekolah untuk terus berkembang
karena adanya peningkatan kemampuan pada diri guru dan siswa yang menunjukkan
lebih unggul baik dari segi kuantitas maupun kualitas dari sekolah lain.
BAB II
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN
A. Kajian Teori
1. Motivasi dan Hasil Belajar
PKn Materi Demokrasi
dalam Berbagai Aspek Kehidupan
a.
Pembelajaran PKn
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan
salah satu mata pelajaran yang dapat membentuk diri yang beragam dari segi
agama, sosio-kultural, bahasa, usia, untuk menjadi warga negara yang cerdas,
terampil dan berkarakter yang dilandasi oleh UUD 1945. Hal ini sesuai dengan
yang dikemukakan oleh Depdiknas (2005:34) bahwa : Pendidikan Kewarganegaraan
merupakan mata pelajaran yang secara umum bertujuan untuk mengembangkan potensi
individu warga negara Indonesia, sehingga memiliki wawasan, sikap, dan
keterampilan kewarganegaraan yang memadai dan memungkinkan untuk berpartisipasi
secara cerdas dan bertanggung jawab dalam berbagai kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
Berdasarkan pendapat di atas jelas bagi
kita bahwa PKn bertujuan mengembangkan potensi individu warga negara, dengan
demikian maka seorang guru PKn haruslah menjadi guru yang berkualitas dan
profesional, sebab jika guru tidak berkualitas tentu tujuan PKn itu sendiri
tidak tercapai. Secara garis besar mata pelajaran Kewarganegaraan memiliki 3
dimensi yaitu:
a) Dimensi Pengetahuan Kewarganegaraan (Civics Knowledge) yang mencakup bidang
politik, hukum dan moral.
b) Dimensi Keterampilan Kewarganegaraan (Civics Skills) meliputi keterampilan
partisipasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
c) Dimensi Nilai-nilai Kewarganegaraan (Civics Values) mencakup antara lain
percaya diri, penguasaan atas nilai religius, norma dan moral luhur. (Depdiknas
2003 : 4)
Berdasarkan uraian di atas peneliti
berpendapat bahwa dalam mata pelajaran Kewarganegaraan seorang siswa bukan saja
menerima pelajaran berupa pengetahuan, tetapi pada diri siswa juga harus berkembang
sikap, keterampilan dan nilai-nilai. Sesuai dengan Depdiknas (2005 : 33) yang
menyatakan bahwa tujuan PKn untuk setiap jenjang pendidikan yaitu mengembangkan
kecerdasan warga negara yang diwujudkan melalui pemahaman, keterampilan sosial
dan intelektual, serta berprestasi dalam memecahkan masalah di lingkungannya.
Oleh karena itu dalam pembelajaran PKn perlu diberikan
pengarahan, mereka harus terbiasa untuk mendengar ataupun menerapkan serta
mencatat hal-hal yang berkaitan dengan ilmu PKn, salah satu keberhasilan
pembelajaran adalah jika siswa yang diajar merasa senang dan memerlukan materi
ajar. Selain itu juga dengan diterapkannya pemberian tugas dengan bentuk
portofolio akan dapat memberikan diskripsi baru mengenai pembelajaran PKn, dan
hal tersebut juga sebagai penunjang agar siswa tidak merasa kebosanan dalam
mengikuti pembelajaran portofolio
b.
Tujuan PKn
Tujuan menjadi dasar
bagi pengembangan proses
pembelajaran dan mengukur
pencapaian hasil belajar. Dalam pembelajaran PKn komponen-komponen tujuan
pembelajaran meliputi aspek
kognitif, afektif dan psikomotor secara
keseluruhan menjadi dasar
pembelajaran.
Pengembangan
aspek kognitif ditujukkan
untuk melatih keterampilan berfikir dan
menguasai wawasan pengetahuan,
aspek afektif ditujukkan untuk menguatkan
keyakinan dan pembentukkan
sikap positif terhadap nilai sosial
sedangkan psikomotor dalam PKn
ditujukkan untuk mengembangkan
keterampilan.
Materi pengajaran PKn harus meliputi tiga aspek yaitu aspek
kognitif, apektif, dan psikomotor.
Tidak hanya itu
bahan pendidikan harus
mampu menjawab tantangan dunia
kerja sehingga terjadi
kesesuaian antara dunia pendidikan dan
dunia kerja oleh
karena itu materi
PKn saat ini mempelajari masalah kehidupan berbangsa
dan bernegara, Aspek kompetensi pengetahuan
kewarganegaraan menyangkut kemampuan
akademik keilmuan yang
dikembangkan dari berbagai
teori atau konsep politik,
hukum dan moral.
Dengan demikian, mata
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan
bidang kajian multidisipliner. Secara rinci
ruang lingkup materi
mata pelajaran PKn
meliputi aspek-aspek :
a) Persatuan dan
kesatuan bangsa, meliputi
: hidup rukun
dalam perbedaan, cinta lingkungan,
kebanggaan sebagai bangsa
Indonesia, sumpah pemuda, keutuhan
negara kesatuan republik
Indonesia, partisipasi dalam pembelaan
negara, sikap positif
terhadap negara kesatuan republik
Indonesia, keterbukaan dan jaminan keadilan.
b) Norma. Hukum,
dan peraturan, meliputi
: tertib dalam
kehidupan keluarga, tata tertib
disekolah, norma yang
berlaku dimasyarakat,
peraturan – peraturan
daerah, norma –
norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sistem
hukum dan peradilan nasional.
c) Hak
asasi manusia meliputi
: hak dan
kewajiban anak, hak
dan kewajiban anggota masyarakat,
penghormatan dan perlindungan HAM.
d) Kebutuhan warga
negara meliputi :
hidup gotong royang,
harga diri sebagai warga
mayarakat, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan mengeluarkan pendapat,
menghargai keputusan bersama,
persamaan kedudukan warga negara.
e) Konstitusi negara
meliputi : proklamasi
kemerdekaan dan konstitusi yang pertama,
konstitusi – konstitusi
yang pernah digunakan
di Indonesia, hubungan dasar negara dengan konstitusi.
f) Kekuasaan dan
politik meliputi :
pemerintahan desa dan
kecamatan, pemerintahan daerah dan otonomi, pemerintahan pusat,
demokrasi dan sistem politik, budaya
politik, budaya demokrasi
menuju masyarakat madani, sistem
pemerintahan, pers dalam masyarakat demokrasi.
g) Pancasila meliputi
meliputi : kedudukan
pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara, proses
perumusan Pancasila sebagai dasar negara,
pengamalan nilai-nilai Pancasila
dalam kehidupan sehari-hari, pancasila sebagai ideologi
terbuka.
h) Globalisasi meliputi : globalisasi
dilingkungannya, politik luar negeri di
Indonesia di era
globalisasi, dampak globalisasi,
hubungan internasional dan organisasi internasional
dan mengevaluasi globalisasi (dalam Aspek-Aspek
Kompetensi Pendidikan
Kewarganegaraan, 2008 : 2)
c.
Motivasi Belajar
Brophy (dalam Afshyus Salamah, 2006)
pengertian dari motivasi belajar adalah suatu kecenderungan siswa untuk melakukan
kegiatan akademi yang berarti dan berguna, untuk meraih hasil yang baik dari
kegiatan tersebut. Selanjutnya menurut Winkle (dalam Afshyus Salamah, 2006),
mengatakan bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis
didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar dan menimbulkan arah pada
kegiatan belajar itu demi mencapai suatu tujuan. Pengertian lain dikemukakan
oleh Wlodkowski dan Jaynes (dalam Afshyus Salamah, 2006), bahwa motivasi
belajar merupakan suatu proses internal yang ada dalam diri seseorang yang
memberikan gairah atau semangat dalam belajar, mengandung usaha untuk mencapai
tujuan belajar, dimana terdapat pemahaman dan pengembangan belajar,
dijelaskannya lagi, bahwa membantu anak dalam mengembangkan sebuah motivasi
belajar dalam pengertian kependidikan secara luas yaitu menilai dan menyenangi
membaca, menulis, berpikir, menghitung, memecahkan masalah dan hal yang serupa
lainnya.
Motivasi berpangkal dari kata motif yang dapat diartikan
sebagai daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan
aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Bahkan motif dapat
diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Adapun menurut Mc.
Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai
dengan munculnya “feeling” dan di dahului dengan tanggapan terhadap adanya
tujuan. Dari pengertian yang dikemukakan oleh Mc. Donald ini mengandung tiga
elemen/ciri pokok dalam motivasi itu, yakni motivasi itu mengawalinya
terjadinya perubahan energi, ditandai dengan adanya feeling, dan dirangsang
karena adanya tujuan.
Motivasi mengandung tiga komponen pokok
yaitu menggerakan, yang berarti menimbulkan kekuatan pada individu.
Menggerakan, yang berarti menyalurkan tingkah laku terhadap sesuatu, menopang tingkah
laku manusia, yakni lingkungan sekitar harus menguatkan (reinforce) intensitas dan arah dorongan-dorongan dan
kekuatan-kekuatan individu (Purwanto, 2003).
Namun pada intinya bahwa motivasi merupakan kondisi
psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Dalam kegiatan
belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam
diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan
belajar, sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai. Dalam kegiatan belajar,
motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam
belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar.
Huitt, W. (2001) mengatakan motivasi adalah suatu kondisi
atau status internal (kadang-kadang diartikan sebagai kebutuhan, keinginan,
atau hasrat) yang mengarahkan perilaku seseorang untuk aktif bertindak dalam
rangka mencapai suatu tujuan. Jadi ada tiga kata
kunci tentang pengertian motivasi menurut Huitt, yaitu: 1) kondisi atau status
internal itu mengaktifkan dan memberi arah pada perilaku seseorang; 2)
keinginan yang memberi tenaga dan mengarahkan perilaku seseorang untuk mencapai
suatu tujuan; 3) Tingkat kebutuhan dan keinginan akan berpengaruh terhadap
intensitas perilaku seseorang. Thursan Hakim (2000 : 26) mengemukakan
pengertian motivasi adalah suatu dorongan kehendak yang menyebabkan seseorang
melakukan suatu perbuatan untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam belajar,
tingkat ketekunan siswa sangat ditentukan oleh adanya motif dan kuat lemahnya
motivasi belajar yang ditimbulkan motif tersebut.
Pengertian motivasi yang lebih lengkap menurut Sudarwan Danim
(2004 : 2) motivasi diartikan sebagai kekuatan, dorongan, kebutuhan, semangat,
tekanan, atau mekanisme psikologis yang mendorong
seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai prestasi tertentu sesuai dengan
apa yang dikehendakinya. Motivasi paling tidak memuat tiga unsur esensial,
yakni : (1) faktor pendorong atau pembangkit motif, baik internal maupun
eksternal, (2) tujuan yang ingin dicapai, (3) strategi yang diperlukan oleh
individu atau kelompok untuk mencapai tujuan tersebut.
Motivasi merupakan suatu proses
psikologis yang mencerminkan sikap, kebutuhan, persepsi, dan keputusan yang
terjadi pada diri seseorang. Motivasi sebagai proses psikologis timbul
diakibatkan oleh factor di dalam diri seseorang itu sendiri yang disebut
instrinsik sedangkan factor di luar diri disebut ekstrinsik. Faktor instrinsik
berupa kepribadian, sikap, pengalaman dan pendidikan, atau berbagai harapan,
cita-cita yang menjangkau ke masa depan. Sedangkan factor ekstrinsik dapat
ditimbulkan oleh berbagai sumber, bisa karena pengaruh pimpinan, kolega atau
faktor-faktor lain yang kompleks.
Berkaitan dengan proses belajar siswa,
motivasi belajar sangatlah diperlukan. Diyakini bahwa hasil belajar akan
meningkat kalau siswa mempunyai motivasi belajar yang kuat. Motivasi belajar
adalah keinginan siswa untuk mengambil bagian di dalam proses pembelajaran
(Linda S. Lumsden: 1994).
Siswa pada dasarnya termotivasi untuk
melakukan suatu aktivitas untuk dirinya sendiri karena ingin mendapatkan
kesenangan dari pelajaran, atau merasa kebutuhannya terpenuh. Ada juga Siswa yang termotivasi melaksanakan
belajar dalam rangka memperoleh penghargaan atau menghindari hukuman dari luar
dirinya sendiri, seperti: nilai, tanda penghargaan, atau pujian guru (Marx
Lepper: 1988). Menurut Hermine Marshall Istilah motivasi belajar mempunyai arti
yang sedikit berbeda. Ia menggambarkan bahwa motivasi belajar adalah
kebermaknaan, nilai, dan keuntungan-keuntungan kegiatan belajar belajar
tersebut cukup menarik bagi siswa untuk melakukan kegiatan belajar. Pendapat
lain motivasi belajar itu ditandai oleh jangka panjang, kualitas keterlibatan
di dalam pelajaran dan kesanggupan untuk melakukan proses belajar ( Carole
Ames: 1990).
Keadaan motivasi belajar terkait erat
dengan struktur pembelajaran yang digunakan guru di kelas. Struktur
pembelajaran yang dikenal adalah struktur kompetitif, struktur individual, dan
struktur kooperatif (Ames,
1984). Guru harus dapat mengambil bagian-bagian yang baik dari setiap struktur
pembelajaran guna meningkatkan motivasi belajar siswa.
Ketiga struktur pembelajaran di atas
secara singkat dijelaskan oleh Haris Mudjiman (2005: 70-72) sebagai berikut:
1) Struktur
Kompetitif.
Struktur pembelajaran yang digunakan dalam pendidikan
formal-tradisional adalah struktur kompetitif. Sistem penilaian yang digunakan
dalam struktur ini mendorong siswa untuk berkompetisi dengan kawan-kawannya.
Kemampuan mereka diukur dengan nilai dan rank. Orientasi siswa adalah “menang
atau kalah”. Belajar yang berhasil adalah kalau dapat mengalahkan kawannya
sehingga terjadi persaingan dengan segala akibat baik dan buruknya. Dalam
struktur pembelajaran kompetitif, motivasi belajar siswa bersifat egoistic,
karena kompetisi dalam konteks system tradisional menumbuhkan sikap self
defense. Namun demikian struktur pembelajaran kompetitif motivasi belajar juga
bersifat social comparative. Tujuan belajar tidak semata-mata untuk menguasai
sesuatu kompetensi melainkan untuk menunjukkan kepada siswa lain bahwa ia lebih
baik. Ini merupakan salah satu ciri motivasi eakstrinsik.
2) Struktur Individual
Pembelajaran dengan struktur individual banyak
dijalankan dalam system pendidikan nonformal atau dalam pendidikan
formal-tradisional tetapi ada penugasan-penugasan individual sesuai minat
masing-masing. Dalam struktur pembelajaran individual , siswa berorientasi
kepada pencapaian kompetisi. Bila masih terjadi kompetensi, yang terjadi adalah
kompetisi dengan diri sendiri, bukan dengan kawan-kawannya. Suasana bebas dari
rasa tertekan. Umumnya siswa percaya bahwa kerasnya usahalah yang menentukan
keberhasilan belajar, bukan semata-mata kemampuan. Dalam struktur pembelajaran
ini motivasi belajar siswa berorientasi ke penguasaan sesuatu kompetensi. Sifat
motivasinya intrinsik.
3) Struktur Kooperatif
Struktur Pembelajarn ini dapat dilaksanakan di
kelas-kelas tradisional dalam bentuk kerja kelompok, atau di kelas-kelas
pendidikan non-formal. Sikap kompetitif masih ada pada setiap kelompok, tetapi
orientasi belajar utamanya adalah ke pencapaian suatu keompetensi atau
pemecahan masalah. Tujuan akhir dari pendidikan
kewarganegaraan di Sekolah Dasar adalah tumbuhkembangnya kepekaan,
ketanggapan, kritisasi, dan
kreativitas sosial dalam
konteks kehidupan
bermasyarakat secara tertib,
damai, dan kreatif.
Para peserta didik dikondisikan untuk
selalu bersikap kritis
dan berperilaku kreatif
sebagai anggota keluarga, warga
sekolah, anggota masyarakat,
warga negara, dan
umat manusia di lingkungannya yang
cerdas dan baik.
Proses pembelajaran diorganisasikan dalam bentuk
belajar sambil berbuat
(learning by
doing), belajar memecahkan
masalah sosial (social
problem solving learning), belajar
melalui perlibatan social
(socio-participatory learning), dan
belajar melalui interaksi
sosial-kultural sesuai dengan konteks kehidupan masyarakat.
d.
Hasil Belajar
Perubahan sebagai hasil dari proses pembelajaran
dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk
seperti : perubahan pengetahuan,
pemahaman, keterampilan, kecakapan serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar.
Dalam hasil belajar sering disebut juga prestasi
belajar. kata prestasi berasal dari Bahasa Belanda prestatie, kemudian di dalam bahasa Indonesia disebut prestasi,
diartikan sebagai hasil usaha. Prestasi
banyak digunakan di dalam berbagai bidang dan diberi pengertian sebagai
kemampuan, keterampilan, sikap seseorang
dalam menyelesaikan sesuatu
Hasil belajar yang diharapkan yaitu siswa memiliki
pengetahuan, keterampilan dan kecakapan
berpikir yang baik. Hasil belajar adalah Kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa
setelah ia menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 1986 :22).
Menurut Winkel (1983 :14) hasil belajar adalah
berupa penyempurnaan terhadaphasil yang
diperoleh sebelumnya. Dari
pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah nilai yang dicapai oleh
seseorang dengan kemampuan maksimal.
e.
Konsep dan Pengertian Metoda
Pembelajaran
Kegiatan utama dalam serangkaian proses
pendidikan di sekolah adalah interaksi
antara guru dengan
siswa yang terjadi
dalam kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan di dalam
kelas. Hubungan timbal balik
antara guru dengan
siswa itu merupakan
syarat
mutlak bagi berlangsungnya proses
belajar mengajar. Proses
belajar mengajar mengandung makna
yang luas tidak
hanya menyampaikan materi
pelajaran saja, melainkan
penanaman nilai dan sikap pada diri peserta didik.
Dalam
proses pendidikan di sekolah terdapat
beberapa komponen yang mendukung terciptanya
proses pernbelajaran. Proses
belajar mengajar terjadi interaksi semua
komponen antara yang
satu dengan yang
lainnya saling berhubungan dalam
mencapai tujuan pembelajaran. Proses belajar mengajar merupakan suatu sistem
yang terdiri dari berbagai komponen
atau unsur yang
saling berkaitan satu
sama lain. Salah
satu unsur diantaranya tidak
dapat dilepaskan dan
tidaklah berarti manakala
tidak dalam satu kesatuan, karena
itu seorang guru
tidak boleh hanya
memperhatikan
komponen-komponen tertentu saja,
tetapi harus memperhatikan
komponen secara keseluruhan.
Salah satu komponen
proses belajar mengajar
di atas adalah
metoda mengajar, yang sangat
besar peranannya untuk
mencapai tujuan mengajar.
A. Kosasih Djahiri (1992
: 2) mengemukakan
Metoda adalah upaya
atau reka upaya melaksanakan atau mencapai sesuatu
dengan menggunakan sejumlah teknik.
Metode
dapat didefinisikan sebagai
cara kerja yang
bersistem dalam memudahkan dalam
pelaksanaan suatu kegiatan
guna tercapainya suatu
tujuan yang ditentukan. Adapun
pengertian metode dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia metode
adalah cara teratur
yang digunakan untuk
melaksanakan suatu pekerjaan agar
tercapai sesuai dengan yang dikehendaki (KBBI 2001:740). Pengertian metode
mengajar menurut Nana
Sudjana (2000:76) bahwa
: "Metode mengajar adalah
cara yang dipergunakan
guru dalam mengadakan hubungannya dengan siswa pada saat
berlangsungnya pengajaran, peranan metode mengajar sebagai alat untuk
menciptakan proses mengajar dan belajar." Mengenai pengertian metoda,
lebih lanjut Roestiyah (2001:1) mengemukakan bahwa :
"Metode pengajaran adalah
teknik penyajian yang
dikuasai guru untuk
mengajar atau menyajikan
bahan pelajaran kepada
siswa di dalam
kelas, agar pelajaran itu dapat ditangkap, dipahami dan digunakan oleh
siswa dengan baik."
Dari
pendapat di atas,
maka terlihat bahwa
metode pengajaran sangat diperlukan di dalam pencapaian suatu
tujuan dalam proses belajar mengajar.Sedangkan Roestiyah N.K. (1.991 : 1) menjelaskan bahwa : "Metoda mengajar
ialah sebagai teknik
pengkajian yang dikuasai
oleh guru untuk mengajar
atau menyajikan bahan
pengajaran kepada siswa didalam
kelas, agar pelajaran
tersebut dapat ditangkap,
dipahami dan digunakan oleh
siswa dengan baik. Berdasarkan
kutipan di atas,
penulis menyimpulkan bahwa
metoda dalam proses belajar
mengajar memiliki peranan
yang sangat penting,
karena metoda merupakan salah
satu cara atau alat yang peranannya untuk mencapai tujuan.
Berdasarkan kutipan di atas menunjukan bahwa banyak
metoda yang dapat digunakan oleh seorang
guru. Guru hendaknya
terampil dalam memilih
dan menggunakan
bermacam-macam metoda belajar
mengajar. Tidak ada
satupun metoda yang
paling baik untuk
mencapai bermacam-macam tujuan
karena metoda ada
kebaikan dan kelemahannya.
Apabila seorang guru
dapat memilih dan
menggunakan dengan tepat, maka akan semakin efektif dan efisien dalam
mencapai tujuannya.
Ada
beberapa hal yang
menjadi landasan seorang
guru dalam memilih
metode yang akan
digunakan dalam proses
belajar mengajar. Sebagaimana
A. Kosasih Djahiri (1994/1995 :
5) mengemukakan bahwa penentuan pilihan metode berlandaskan
1)
Kualifikasi
karakter BMP yang
bersangkutan (lihat nomor
SPB nya)
2)
Sesuai dengan kata
kunci taksonomik domain
yang bersangkutan (kata kerja
pembelajaran SPB yang bersangkutan)
3)
Berdasarkan
kata kunci taksonomik
dan domain tadi
kita bayangkan/jabarkan rentetan
kegiatan yang akan
dikerjakan siswa lalu cari label/nama metode untuk rentetan KBS seperti itu. Mengkaji
misalnya meliputi kegiatan
pemahaman penelaahan / anlisis
dan sintesis serta
penyimpulan atau penilaian. Maka
untuk mengkaji ini
diperlukan metode telaah buku atau inkuiri kepustakaan atau
tugas membuat ikhtisar/tanya jawab buku atau
diskusi tanya jawab.
Tetapkanlah pilihan beberapa
metode dan yang mana yang paling tinggi kadar KBS dan hasil perolehannya.
4)
Kemampuan
belajar dan lingkungan
belajar siswa. Janganlah menyuruh atau
mengajak siswa melakukan
KBS yang belum mampu/mahir dikerjakan
dan jangan pula
menuntut hal yang tidak ada di lingkungan belajarnya.
Berdasarkan
tinjauan di atas,
penulis menyimpulkan bahwa
metode dalam proses belajar
mengajar memegang peranan yang cukup penting, karena merupakan alat atau
cara yang berupa
alternatif-alternatif yang dapat
digunakan untuk mencapai beberapa
kepentingan dalam usaha
menyampaikan materi pelajaran.
Di dalam pelaksanaannya proses
belajar mengajar banyak
jenis metode yang
dapat diterapkan, misalnya metode
ceramah, tanya jawab,
diskusi, pemberian tugas,
, games dan sebagainya.
Namun pada kenyataannya
seorang guru merasa
kesulitan untuk menentukan metode
yang baik dan
harus dipakai dalam
pengajaran agar pengajaran berhasil.
Sebab ada metode
yang dianggap kurang
baik akan gagal ditangan guru yang tidak menguasai
teknik penggunaannya.
2. Metode Diskusi
Menurut Sudirman, dkk (1987 :
150) bahwa “Metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran di mana siswa-siswa
dihadapkan pada suatu masalah yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan yang
bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama”.
Tabrani Rusyan, (1993 : 108)
menyatakan bahwa : "Metode diskusi merupakan cara penyajian pelajaran di mana siswa-siswa
dihadapkan kepada sesuatu masalah yang
dapat berupa pernyataan
yang bersifat problematis
untuk dibahas dan
dipecahkan bersama.” Metode diskusi adalah metode pembelajaran yang
menghadapkan siswa pada suatu permasalahan.
Tujuan utama metode
ini adalah untuk
memecahkan suatu
permasalahan, menjawab pertanyaan,
menambah dan memahami pengetahuan siswa, serta untuk
membuat suatu keputusan (Killen, 1998:124). Karena itu, diskusi
bukanlah debat yang
bersifat mengadu argumentasi.
Diskusi lebih bersifat bertukar
pengalaman untuk menentukan
keputusan tertentu secara bersama-sama
Dari pernyataan tersebut dapat
dijabarkan bahwa metode diskusi sangat erat hubungannya dengan belajar
memecahkan masalah. Metode diskusi memiliki arti penting dalam
merangsang para siswa
untuk mandiri, berani
menyampaikan pendapatnya
secara bebas, sehingga
secara otomatis siswa
dituntut untuk kritis, kreatif dan bertanggung jawab atas
pendapat yang telah mereka kemukakan.
Selama ini
banyak guru yang
merasa keberatan menggunakan
metode diskusi. Keberatan itu biasanya timbul dari asumsi: (1) diskusi
merupakan metode yang sulit diprediksi
hasilnya oleh karena
interaksi antar siswa
muncul secara spontan, sehingga
hasil dan arah
diskusi sulit ditentukan;
(2) diskusi biasanya memerlukan waktu
yang cukup panjang,
padahal waktu pembelajaran
di dalam kelas sangat
terbatas, sehingga keterbatasan
itu tidak mungkin
dapat menghasilkan sesuatu secara tuntas.
Diskusi tidak sama dengan
percakapan. Percakapan dapat terjadi dengan bebas, dan pembicaraannya tidak
terikat pada suatu masalah tertentu saja, tetapi dapat berbagai hal sekalipun
tidak ada hubungan satu sama lain, sesuai dengan keinginan pembicara.
Metode diskusi memilik kelebihan,
sebagaimana dikemukakan Sudirman, dkk (1987 : 151) berikut ini.
a.
Merangsang
kreativitas siswa dalam bentuk ide, gagasan, prakarsa, dan terobosan baru dalam
pemecahan suatu masalah.
b.
Membiasakan
siswa untuk bertukar pikiran dengan teman atau pihak lain dalam mengatasi suatu
masalah yang sangat diperlukan bagi siswa setelah kembali ke dalam masyarakat
(keluarga dan dunia kerja).
c.
Keterampilan
menyajikan pendapat, mempertahankan pendapat, menghargai dan menerima pendapat
orang lain, serta sikap demokratis dapat dibina melalui diskusi.
d.
Cakrawala
berpikir menjadi lebih luas dalam mengatasi suatu masalah.
e.
Hasil diskusi
adalah hasil pemikiran bersama dan pertanggungjawaban bersama, yang melibatkan
banyak orang. Ini akan lebih baik daripada hasil pemikiran dan
dipertanggungjawabkan oleh seseorang.
Adapun kekurangan metode ini,
sebagaimana dikemukakan Sudirman, dkk (1987 : 151) berikut ini.
a.
Menentukan
masalah yang tingkat kesulitannya dan menarik sesuai tingkatan siswa tersebut,
bukanlah pekerjaan yang mudah.
b.
Sering
pembicaraan diborong oleh hanya 2-3 orang siswa yang telah terbiasa dan
terampil mengemukakan pendapat. Sedangkan kebanyakan siswa lainnya kurang
mendapat kesempatan, padahal, siapa tahu ada mutiara pemikiran terpendam pada
mereka yang tidak berbicara itu.
c.
Memerlukan
waktu yang agak longgar karena sering terpaksa memperpanjang waktu dari yang
direncanakan.
d.
Kadang-kadang
pembahasan dapat meluas dan mengambang sehingga sasaran untuk pemecahan masalah
pokok menjadi kabur.
e.
Perbedaan
pendapat yang emosional yang tak terkontrol terkadang dapat menyingggung
perasaan, bahkan adakalanya berlanjut dengan bentrokan fisik di luar kelas.
Cara-cara mengatasi
kelemahan-kelemahan metode diskusi
ada beberapa cara yang dapat diupayakan untuk
mengatasi kelemahan metode diskusi antara lain :
a. Dalam menggunakan metode diskusi perhatikan
persyaratan tentang taraf kemampuan murid
b. Tingkat kesukuran yang memerlukan
pemecahan yang serius agar dipimpin langsung oleh guru
c. Kalau pimpinan diskusi diberikan
kepada murid hendaknya diatur secara bergiliran
d. Guru tak boleh sepenuhnya
mempercayakan pimpinan diskusi pada murid, perlu bimbingan dan kontrol
e. Guru mengusahakan seluruh murid ikut
berpartisifasi dalam diskusi
f. Diusahakan supaya murid mendapat
giliran berbicara dan murid lain belajar bersabar mendengarkan pendapat
temannya.
Sebagaimana dikemukaakan
oleh Bahri. S
(2005:159) yang harus
diperhatikan guru dalam menggunakan metode diskusi adalah :
a. Diskusi harus dilakukan dalam suasana
terbuka
Diskusi yang baik harus
dilaksanakan dalam suasana bebas terpimpin, suasana intim
yang ditandai dengan
kehangatan antarpribadi, kesediaan menerima pendapat
orang lain, menghargai
pendapat orang, antusias terhadap topik
diskusi, memiliki kesempatan
untuk berpartisipasi, dan menikmati diskusi.
b. Perlunya perencanaan
1) Pemilihan topik
atau masalah yang
akan didiskusikan.Unuk ini tiga
hal yang perlu
dipertimbangkan adalah minat
anak didik, kemampuan anak didik
dan bermakna.
2) Dapat memastikan
bahwa guru dan
anak didik telah
memiliki latar belakang informasi untuk mendiskusikan topik secara baik.
3) Harus diperiapkan
secara baik, pertanyaan kunci dan bahan
yang tepat untuk mengatur sikuen diskusi.
4) Dalam mempersiapkan
diskusi, ditetapkan dulu besar kelompok.
5) Pengaturan tempat
duduk.
Pola pengelompokan
dalam membentuk kelopok
diskusi (kelompok belajar) dapat
dilakukan dengan cara-cara berikut :
a. Pembentukan
kelompok diserahkan pada anak didik
Bila pembentukan
kelompok diserahkan pada
anak didik, mereka akan
mendasarkan pemilihan anggota
kelompoknya atas dasar
rasa simpatik satu sama lain, minat yang sama atau didorong dengan
kemauan yang sama untuk
memperoleh hasil yang
baik dengan bekerja
sama. Dengan demikian terbentuklah kelompok teman dekat, kelopok minat
dan kelompok prestasi.
b. Pembentukan kelompok diatur oleh guru sendiri
Bila guru
sendiri yang mengaturnya,
pada umumnya dasar pembentukan yang
dipakai antara lain
tempat duduk yang
berdekatan, urutan presensi anak
didik, taraf prestasi
anak didik dan
jenis kelamin. Pembentukan kelompok
yang heerogen atau
yang homogen tergantung pada kesesuaian tujuan pembelajaran
serta sifat isi materi pelajaran.
c. Pembentukan kelompok diatur oleh guru atas
usul anak didik
Walaupun diusulkan
oleh anak didik,
berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan
tertentu guru dapat
melakukan perbahan. Tanpa sepengetahuan anak didik, guru dapat melakukan perubahan
dari pilihan anak demi kepentingan terjaminnya kerjasama atau demi kepentingan
anak didik tertentu, atau demi kepentingan lain sebagai dasar pertimbangan.
B. Kerangka Berpikir
Hasil penelitian awal yang telah peneliti lakukan masih terdapat
perbedaan antara harapan dengan kenyataan yang terjadi dalam pembelajaran Pendidikan kewarganegaraan Materi demokrasi dalam berbagai aspek kehidupan di kelas VIII SMPN 3 ........................ Tahun
Pelajaran 2014/2015 karena rendahnya motivasi dan hasil
belajar yang masih jauh dari kriteria ketuntasan belajar, yaitu di atas KKM
sebesar 70.
Sebagai upaya
perbaikan, peneliti berusaha untuk mengatasi masalah-masalah yang timbul agar
proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik sehingga hasil belajar siswa
dapat tercapai dengan melaksanakan perbaikan pembelajaran PKn materi demokrasi dalam berbagai aspek kehidupan melalui penerapan metode
diskusi kelompok. Hasil diharapkan adalah untuk meningkatkan hasil belajar
siswa sehingga siswa terlibat aktif dalam pembelajaran dan penemuan informasi,
meningkatkannya kemampuan siswa dalam pemahaman materi serta timbulnya suasana
pembelajaran yang menyenangkan sehingga peningkatan hasil belajar siswa dapat
tercapai secara maksimal.
Untuk mempermudah pelaksanaan tindakan maka perlu disusun suatu
kerangka pikir yang merupakan landasan pelaksanaan penelitian
tindakan kelas ini. Secara
jelas dapat dilihat pada gambar 2.1 di bawah ini:
Gambar 2.1. Kerangka Berpikir Penelitian Tindakan Kelas
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan pada uraian di atas, peneliti dapat merumuskan hipotesis tindakan,
yaitu sebagai berikut :
1.
Penggunaan metode diskusi dalam pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan materi demokrasi dalam berbagai aspek kehidupan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa VIII SMPN 3 ........................ Tahun
Pelajaran 2014/2015.
2.
Penggunaan metode diskusi dalam pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan materi demokrasi dalam berbagai aspek kehidupan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII SMPN 3 ........................ Tahun
Pelajaran 2014/2015.
Untuk mendapatkan file secara lengkap, terdiri dari Bagian Depan, Bab I, II, III, IV, V, Daftar Pustaka dan Lampiran2, silakan klik disini.
Terima kasih.