PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJA BAHASA INDONESIA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEMxBASED LEARNING TIPE CREATIVE PROBLEMxSOLVING PADA SISWA KELAS IV
SDN .......................
.......................
1Pendidikan Guru Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FKIP, Universitas Terbuka
2 Prodi, Fakultas, Perguruan Tinggi
e-mail : …………………………………………..
ABSTRAK
Tujuan yangxingin dicapai adalah mengetahui tingkat keaktifan dan hasil belajar setelah penggunaan model pembelajaranxproblem based learning tipexcreative problemxsolving. Subjek penelitian sebanyak 20 siswa SDN ....................... pada kelas IV. Cara mendapatkan data melalui observasi, dokumentasi dan tes. Cara menganalisis data digunakan teknik kualitatif. Validasi memakai teknik triangulasi. Perolehan data penelitian memberikan petunjuk meningkatnya keaktifan belajar 3 siswa (15%), meningkat sebanyak 12 siswa (60%), dan 100% atau 20 siswa pada akhir siklus. Hasil belajar siswa sebesar 56,00 pada awal penelitian menjadi 64,00 dan 71,50 pada akhir siklus dengan penjelasan mengenai ketuntasan belajar 2 siswa (10%), menjadi 10 siswa ataux50% dan 18 siswa ataux90% pada akhir pelaksanaan siklus kedua.
Kata Kunci: creative problem solving, keaktifan, hasil belajar, problem based learning
PENDAHULUAN
Kondisi internal siswa bukan satu-satunya faktor penentu utama, tetapi juga memperhatikan faktor eksternal yang mempengaruhinya. Temuan bagaimana faktor eksternal misal bahan pembelajaran, kondisi kelas, alat pembelajaran, dan dasar-dasar belajar dapat mempengaruhi proses pembelajaran (Lubis, 2021:97). Dalam proses pembelajaran, terdapat 2 faktor golongan yang mempengaruhinya, yaitu internal faktor dan eksternal faktor, seperti yang telah dijelaskan Jayanti (2020:8). Internal dan eksternal, dua faktor yang mempengaruhi kinerja. Internal seperti usia, temperamen, kondisi fisik, keletihan, stimulus, dan kepatuhan kerja Sementara itu, faktor eksternal seperti lingkungan ruangan, iklim, dan materi dapat mempengaruhi kinerja secara signifikan. Mode belajar tidak semata-mata disebabkan oleh keadaan di luar dan dari dalam siswa, tetapi juga oleh pemilihan pendekatan yang tepat yang digunakan oleh guru. Temukan strategi pengajaran dan pembelajaran yang efektif yang dipilih dengan cermat untuk menyampaikan materi kursus di lingkungan belajar tertentu. Strategi-strategi ini mencakup sifat, cakutan, dan kronologi kegiatan yang memberi siswa tentang pengetahuan belajar yang berharga (Nuryasana, 2020:8)
Peneliti melakukan observasi awal di SDN ....................... dan menemukan bahwa pada umumnya pendidik belum menerapkan modelxdan metode yangxtepat dalamxproses pembelajaranxuntuk setiap mata pelajaran. Hal ini disebabkan berbagai kendala yang menghambat pelaksanaan metode pengajaran. Media dan kelengkapan sekolah belum sepenuhnya menyokong untuk menerapkan metode pengajaran dengan tepat sasaran. Selain itu, pendidik mungkin tidak memiliki pemahaman yang lengkap tentang bagaimana benar memanfaatkan metode ini. Pada mata pelajaran bahasa Indonesia nampak sosok guru mengajar kelas IV mengandalkan buku teks dalam penjelasan dan tidak memakai media apapun untuk melakukan kegiatan yang menyokong proses belajar. Keadaan tersebut yang berhasil diamati di SDN ....................... adalah monotonnya pemberikan materi dengan metode ceramah dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia.
KKM adalah pedoman untuk menentukan tingkat keberhasilan belajar. Nilai 70 dianggap sebagai parameter keberhasilan. Setelah evaluasi terhadap hasil belajar siswa pada hasil tes di awal kegiatan penelitian, terlihat bahwa total 20 siswa sejumlah 18 siswa atau sekitar 90% dari total siswa, memperoleh nilai di bawah standar yang ditetapkan. Dari hasil penilaian, terdapat 2 siswa atau sekitar 10% dari total siswa yang berhasil mencapai atau melebihi KKM ≥70, dan rata-rata klasikal 56,00 dengan besaran keaktifan belajar 15% atau 3 siswa. Berdasarkan uraian masalah pembelajaran sesuai dengan kondisi aktual di lapangan, maka dapat ditentukan rumusan masalah sebagai fokus pelaksanaan penelitian untuk perbaikan pembelajaran yaitu bagaimana model pembelajaranxproblem based learning tipe creative problemxsolving dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa kelas IV di SDN ....................... pada mata pelajaran bahasa Indonesia. Masalah penelitian yang dikemukakan mengarah pada penetapan tujuan berikut untuk pelaksanaan studi peningkatan pembelajaran yaitu untuk mengetahui peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa kelas IV SDN ....................... melalui penggunaan model pembelajaran problemxbased learning tipe creative problemxsolving dalam pembelajaran bahasa Indonesia.
Dengan beragamnya pilihan metode pembelajaran yang tersedia, seorang pengajar dapat dengan mudah menentukan metode yang paling sesuai tanpa lagi merasa bingung atau kesulitan. Dalam hal ini, pengajar akan lebih mudah menyesuaikan metode yang tepat untuk situasi dan mata pelajaran yang diberikan, sehingga memberikan hasil yang optimal bagi siswa. Temukan kata-kata bijak Easy Safira (2021:172). Dengan menerapkan metode pengajaran yang tepat, efektifitas tujuan pembelajaran dapat meningkat secara signifikan oleh guru. Tidak peduli metode apa yang Anda pilih, prinsip utama yang harus diperhatikan adalah bahwa metode tersebut harus memperhatikan keaktifan siswa, bukan hanya penekanan pada keaktifan guru.
Keaktifan adalah gabungan antara tindakan fisik dan mental yang tak terpisahkan. Hal ini ditulis oleh Sardiman (2016:98) bahwa keaktifan memerlukan keduanya. Meningkatkan keaktifan belajar merupakan kunci utama dalam memperoleh hasil belajar siswa secara maksimal. Pernyataan ini adlaah sebagai bentuk kegiatan belajar yang mendorong siswa agar dalam peran serta dengan aktif pada proses belajar mereka. Menurut Rusman (2016:67), keaktifan siswa merupakan kunci penting dalam proses pembelajaran yang efektif. Temukan kekuatan pembelajaran aktif dengan "hukum latihan" Thorndike, yang menekankan pentingnya praktik dalam proses pembelajaran. Sementara itu, prinsip keaktifan Mc Keachie menyoroti fakta bahwa individu adalah pembelajar aktif yang selalu ingin memperluas pengetahuannya. Sebagaimana dicatat Dimyati dalam publikasi Sri Utami (201:686), menjelaskan prinsip-prinsip ini menggarisbawahi peran penting keterlibatan dan rasa ingin tahu dalam pembelajaran yang efektif.
Menurut Sudjana (2016:19), hasil belajar merupakan capaian yang didapatkan dengan prosedur pembelajaran yang terukur dengan menggunakan tes yang direncanakan secara sistematis, baik yang tertulis, lisan, maupun yang berbasis kinerja. Perubahan ini meliputi pengembangan keterampilan dan nilai-nilai pribadi, selain peningkatan pengetahuan yang akan sangat bermanfaat (Darma, 2021:41). Hasil belajar menunjukkan tingkatan kecakapan yang telah diperoleh siswa dengan kemahiran yang telah dijalani. Hasil dari kegiatan tersebut memiliki peran vital pada prosedur belajar. Pelaksanaan evaluasi terhadap hasil belajar memunculkan paparan data yang sangat berharga untuk guru perihal perkembangan siswa sebagai upaya mencapai tujuan belajar. Dimyati dan Mudjiono (2015:213), menjelaskan hasilxbelajar dapat dilihat dari dua persepsi yang berlainan, yaitu persepsi siswa dan persepsi guru. Ini menunjukkan bahwa ada banyak cara untuk mengevaluasi hasil belajar dan memperbaikinya.
Ferdiani & Khabibah (2022), menjelaskan representasi pembelajaran yang tepat dapat berkontribusi terhadap penyelesaian masalah adalah problemxbased learning tipexcreative problemxsolving. Modelxpembelajaran problem based learning tipexcreative problemxsolving merupakanxmodel pembelajaranxyang menitikberatkan pada pemecahan masalah yang kompleks dan memerlukan kreativitas dalam mencari solusi. Menurut Syaiful dkk. (2021), pembelajaranxberbasis masalahxdengan fokus pada pemecahan masalah secara kreatif merupakan model yang dapat membantu dalamxpemecahanxmasalah. Pendekatan ini memanfaatkanxpermasalahan duniaxnyata sebagai konteksxbagi siswa untuk belajar melalui pemikiran kritis dan keterampilanxpemecahan masalah, dengan tujuanxmemperoleh pengetahuan dan konsepxpenting dari materixpelajaran.
Penentuan jenis model belajar yang tepat untuk digunakan adalah problem based learning tipexcreative problemxsolving. Model belajar jenis ini terbukti dapat mengarahkan siswa dalam pencarian ide, perolehan ide, dan menentukan penyelesaian pada suatu permasalahan, pendidik dapat menyodorkan persoalan untuk diselesaikan oleh siswa khususnya pada hal-hal yang terkait dengan masalah yang ada di lingkungan siswa dalam kesehariannya, menumbuhkan insting mencari tahu siswa, penyusunan upaya penyelesaian perkara, yang berujung pada tingkat pemahaman siswa terhadap upaya penggunaan prosedur yang cocok dan akurat.
Membahas tentang model pembelajaran yang disebut pembelajaran problem based learning tipexcreative problemxsolving menjadi sangat penting karena model tersebut membimbing siswa untuk memunculkan ide, mendapatkan ide, dan menemukan solusi dari suatu masalah. Bagian terbaiknya adalah ketika guru memberi siswa masalah kehidupan nyata untuk dikerjakan, hal itu memicu rasa ingin tahu mereka dan membantu mereka mengembangkan keterampilan pemecahan masalah. Jadi, dengan menggunakan strategi terbaik, siswa dapat menemukan solusi yang paling cocok diterapkan.
Modelxpembelajaran problemxbased learning tipexcreative problemxsolving menuntut siswa untuk menggunakan imajinasi dan emosinya untuk menemukan solusi yang baik yang penting untuk memecahkan masalah tersebut. Akibatnya siswa tidak mampu menyelesaikan tugas dan memecahkan masalah sesuai kebutuhannya sendiri (Selviana, 2022). Model yang dipilih akan membantu masyarakat dalam mengembangkan ide-ide kerja baru yang relevan dengan kebutuhan kelompok, sehingga menghasilkan pemikiran kreatif ketika muncul permasalahan. Ketika seorang siswa berpartisipasi dalam suatu kelompok, mereka diharapkan untuk (1) melakukan penelitian mandiri mengenai tujuan dan masalahnya. (2) mengumpulkan data danxmelakukanxobservasi. (3) mempunyai banyak ide. (4) Permasalahannya harus tepat dan harus ada cara penyelesaiannya. Seorang siswa tidak dapat memecahkan suatu masalah dengan memberi label pada masalah tersebut; sebaliknya, seorang siswa harus memulai dengan menganalisisxmasalah, menghasilkanx ide-ide, dan kemudian menyelesaikan masalah tersebut dengan menggunakan metode yang paling sederhana.
METODE
Penelitian dilakukan dengan tujuan mengaplikasikan bermacam kiat dan skema yang terbukti secara teoritis mampu meningkatkan tingkat keefektifan dan keefisienan pada konteks kegiatan belajar mengajar (Mardinugroho, 2021:15). Melalui metode penelitian tindakanxkelas, penulis dapat menginvestigasi siswa dari sudut pandang interaksixmereka dalam konteks pembelajaranx (Hariatin, 2022:7). Penjelasan secara detail mengenai siklus PTK tersajixpada gambar 1.
Gambar 1 Siklus Daur Penelitian
Kajian peningkatan pembelajaran akan dilakukan 2xsiklus. Tiap siklusxterdiri dari tahapan rencana tindakan, rencana pelaksanaan tindakan, pengamatan/observasi danxrefleksi. Penjelasan tahapan-tahapannya :
1. Siklus I
a. Perencanaan
Optimalisasi prosedur pengolahan data awal. Menyusun skenario didaktis untuk pembelajaran bahasa Indonesia. Untuk mengantisipasi proses pedagogik tersebut, sangat diperlukan penyiapan media pembelajaran yang dipersyaratkan, antara lain tidak terbatas pada Lembar Kegiatan Pembelajaran (LKS), lembar observasi, serta soal-soal tes formatif dan kunci jawabannya yang sesuai.
b. Pelaksanaan
Guru menanyakan tentang materi pembelajaran yaitu puisi. Guru meminta murid-muridnya untuk menjelaskan materi puisi menurut pendapat para siswa. Guru menguraikan penjelasan mengenai materi puisi. Guru meminta siswa berkelompok sesuai petunjuk. Guru menguraikan pokok bahasan dasar dari kurikulum pembelajaran. Guru melakukan demonstrasi tentang transformasi materi puisi. Guru telah memberikan tugas kelompok berupa lembar kerja untuk mempertunjukkan hasil kerja kelompok yang telah disiapkan di depan kelas. Guru dengan cekatan memandu lintasan presentasi masing-masing kelompok agar tetap selaras dengan materi pelajaran yang ada. Mengamati dan memantau ketekunan siswa selama prosesxbelajar mengajarxberdasarkan pedomanxobservasi. Guru mengadakanxkuis untuk menilai kemampuanxsiswa dalam menyerapxmateri pembelajaran.
c. Observasi
Rekan kerja telah melakukan pengamatan selama kegiatan pendidikan. Proses observasi dapat membantu meningkatkan keterlibatan siswa dan guru melalui penggunaan lembar observasi. Penelitian ini memiliki sumber data yang beragam, termasuk siswa, guru, rekan kerja, dan kepala sekolah yang akan memberikan informasi yang berharga. Data yang diperoleh sangat berguna untuk memahami proses belajar mengajar, keterlibatan siswa, dan prestasi akademik.
d. Refleksi
Proses analisis dan interpretasi data hasil kerja siswa sangat menentukan dalam menentukan rumusan strategi siklus kedua.
2. Siklus II
a. Perencanaan
Optimalisasi proses berdasarkan hasil siklus 1. Tugas yang dihadapi melibatkan penyusunan rencana komprehensif untuk instruksi prinsip-prinsip ilmiah yang berkaitan dengan materi puisi. Ini harus dicapai melalui pemanfaatan pendekatan demonstratif, yang akan didistribusikan di antara berbagai kelompok untuk kemanjuran yang optimal. Mempersiapkan LKS
b. Pelaksanaan
Guru menyampaikan materi pelajaran yangxakan diajarkan dan menjelaskan rencanaxkegiatan. Guru menguraikan materi puisi. Guru membentuk berbagai kelompok. Guru menguraikan pokok bahasan dasar dengan cara klasik, memberikan contoh ilustratif yang telah disiapkan sebelumnya oleh guru. Guru telah memberikan tugas kelompok. Guru berperan sebagai pembimbing dan pengawas dalam mengawasi kemajuan diskusi dan kegiatan dalam setiap kelompok, yang bertujuan untuk melengkapi lembar kerja siswa yang telah disiapkan. Setiap kelompo menyajikan hasil kolaboratifnya dan memberikanxkesempatan bagi kelompok lainxuntuk memberikan tanggapan. Mengamati partisipasi dan ketekunan siswa selama prosesxbelajar mengajar berdasarkan pedomanxobservasi. Guruxmemberikan penilaian. Guru mengelola penilaian siklus kedua.
c. Observasi
Peneliti dan rekan telah melakukan observasi terhadap pelaksanaan perbaikan pembelajaran, sehingga dapat mengevaluasi tingkat ketercapaian target dengan rencana yang telah dibuat. Selain itu, mereka berhasil mengidentifikasi hambatan atau tantangan yang dihadapi baik oleh siswa maupun peneliti. Hal ini akan membantu untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di masa depan. Dalam proses memperoleh data, instrumen observasi berbentuk lembar pengamatan sangat membantu dalam mengumpulkan informasi yang diperlukan selama pelaksanaan proses pembelajaran. Penelitian ini memiliki sumber data yang beragam dan lengkap, meliputi siswa, peneliti, teman sebaya, dan kepala sekolah.
d. Refleksi
Melalui analisis dan interpretasi data yang diperoleh, dapat disimpulkan mengenai hasil siklus kedua telah berhasil memenuhi kriteria yang ditetapkan atau belum. Hasil observasi digunakan sebagai penentu tingkatan pencapaian hasil model pembelajaranxproblem based learning tipexcreative problemxsolving pada pembelajaran bahasa Indonesia.
Teknik analisis data digunakan dalam menjawab permasalahan yang dirumuskan atau mengevaluasi dugaan hasil sesuai rumusan masalahnya (Sugiyono, 2019:243). Analisis data sebagaimana dikemukakan Dadang Iskandar dan Narsim (2015:72) dalam konteks penelitian tindakan kelas dianggap sederhana karena teknik penyajiannya yang terbatas. Namun, perlu dicatat bahwa penelitian ini berkolaborasi pada data kuantitatif kuat yang didapat pada kegiatan pembelajaran sehingga dapat disimpulkan bahwa teknik analisis data yang tepat adalah teknik deskriptif dan kualitatif, yang diinterpretasikan dalam bentuk narasi.
1. Keaktifan Siswa
Komponen yang menjadi fokus dalam menilai keaktifan siswa menggunakan empat indikator, yaitu sering bertanya kepada guru atau teman sebaya, kesediaan untuk menyelesaikan tugas yang diberikan, kemampuan menjawab pertanyaan, dan kesenangan dalam belajar. menerima tugas belajar.
2. Data Hasil Belajar
Analisis hasil belajar siswa dilakukan melalui pendekatan kuantitatif dengan menggunakan skala penilaian mulai dari 10 sampai dengan 100. Sesuai dengan pernyataan Arikunto (2019:45), menguraikan bahwa analisis data bertujuan untuk memastikan tingkat kemampuan belajar siswa.
1.
Ketuntasan Klasikal
2.
Nilai Rata-Rata
HASILxDAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil PenelitianxPerbaikan Pembelajaran
Penilaian awal menggunakan sepuluh soal multipel choice. Dari hasil penilaian tersebut terdapat dua siswa atau 10% yang berhasil memperoleh nilai setara atau melebihi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar ≥70, sehingga dapat dinyatakan telah tuntas. Sementara itu, sisanya sebanyak 18 siswa atau 90% dinyatakan belum tuntas. Nilai rata-rata klasikal hanya mencapai angka 56,00, dan secara klasikal ketuntasan belajar siswa hanya mencapai 10%. Hasil observasi keaktifan pembelajaran menunjukkan bahwa 3 siswa atau 15% siswa telah berhasil menyelesaikan tugas, sedangkan 17 siswa atau 85% dianggap belum memenuhi standar yang dipersyaratkan.
Pada siklus pertama perolehan rerata nilai adalah 64,00. Siswa tuntas sebanyak 10 atau setara 50%, sedangkan siswa belum tuntas 10 orang atau 50%. Berdasarkan uraian nilai tes formatif menunjukkan peningkatan dari kondisi awal, tetapi belum dapat dikatakan tuntas karena belum memenuhi kriteria keberhasilan yaitu 85% siswa mencapai KKM≥70. Penjelasan mengenai hasil observasi keaktifan pembelajaran menunjukkan bahwa dari 20 siswa, 12 siswa telah berhasil menyelesaikan keaktifan belajarnya 60%) berdasarkan tingkat keterlibatannya, sedangkan 8 siswa (40%) belum menyelesaikan keaktifan belajarnya berdasarkan keaktifan belajar. pada tingkat keterlibatan mereka. Diharapkan pada siklus kedua keaktifan belajar siswa mencapai skor 85% atau lebih, sesuai dengan kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan.
Rata-rata nilai prestasi akademik yang diperoleh selama pelaksanaan siklus II peningkatan pembelajaran adalah sebesar 71,50. Jumlah siswa yang berhasil menyelesaikan studinya sebanyak 18 siswa atau 90% dari total, sedangkan 2 orang siswa atau 10% belum menyelesaikan studinya. Tingkat keterlibatan akademik menunjukkan hasil dari 20 siswa, dimana semua 20 siswa telah mencapai tingkat kinerja akademik yang memuaskan (100%). Setelah mengamati hasil, peneliti dengan pengamat membuat kesimpulan bahwa keaktifan belajar yang diamati telah melampaui ambang batas 85% sehingga pada siklus II sudah dianggap berhasil dan tuntas.
B. Pembahasan Penelitian Perbaikan pembelajaran
Penjumlahan skor penilaian formatif siswa dari keadaan awal, xsiklus I, danxsiklus II dapat diamati pada tabel berikut.
Tabel 2 Resume Perolehan Data Tes Formatif Kondisi Awal, SiklusxI dan SiklusxII
No |
Siklus |
Rerata |
Tuntas |
Belum Tuntas |
||
Jumlah |
Persentase |
Jumlah |
Persentase |
|||
1 |
Awal |
56,00 |
2 |
10 |
18 |
90 |
2 |
Siklus I |
64,00 |
10 |
50 |
10 |
50 |
3 |
Siklus II |
71,50 |
18 |
90 |
2 |
10 |
Dengan dasar batasan kriteria
keberhasilan peningkatan pembelajaran, seorang siswa dianggap berhasil menyelesaikan
studinya jika mencapai nilai tes formatif 70 atau lebih dan jika 85% siswa
telah berhasil menyelesaikan studinya. Klarifikasi ketuntasan belajar disajikan
:
Gambar 2 Grafik KetuntasanxBelajar Siswa pada Keadaan Awal, Siklus I dan II
Dari tabel dan grafik di atas dapat disimpulkan sebelum penerapan model pembelajaran problem based learning tipexcreative problemxsolving dalam pembelajaran bahasa Indonesia materi puisi, 2 siswa (10%) masuk dalam kriteria tuntas. Setelah penerapan metode tersebut pada siklus I jumlah siswa tuntas meningkat 10 siswa (50%), dan sebanyak 18 siswa (90%) di akhir pelaksanaan penelitian. Implementasi metodologi eksperimen telah terbukti meningkatkan hasil belajar. Pada pembelajaran awal diperoleh skor 56,00, sedangkan pada siklus I skor adalah 64,00, dan pada siklus II skor adalah 71,50.
Tingkat keaktifan siswa menjadi indikator keberhasilan yang positif dalam pelaksanaan penelitian ini. Data tingkat keaktifan dapat didapatkan menggunakan penilaian pada lembar observasi. Dalam tabel di bawah ini, terlihat peningkatan yang positif mengenai keaktifan siswa tersaji di bawah ini.
Tabel 3 RekapitulasixPeningkatan Keaktifan Siswaxpada KondisixAwal, SiklusxI danxSiklus II
No |
Siklus |
Tuntas |
Belum Tuntas |
||
∑ |
% |
∑ |
% |
||
1 |
Awal |
3 |
15 |
17 |
85 |
2 |
Siklus I |
12 |
60 |
8 |
40 |
3 |
Siklus II |
20 |
100 |
0 |
0 |
Untuk
memperjelas uraian tabel di atas
disajikan grafik sebagai berikut
Gambarx 4 Grafik Tingkat KeaktifanxSiswa padaxKeadaan Awal, Siklus I dan II
Dari data yang diberikan, terlihat pemakaian model pembelajaran problemxbased learning tipexcreative problemxsolving terbukti meningkatkan hasil belajar danxkeaktifan siswa padaxpembelajaran bahasaxIndonesia di kelas IVxSDN ....................... selama semester kedua tahun ajaran 2023/2024.
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Implementasi model pembelajaran problem based learning tipexcreative problemxsolving telah ditunjukkan untuk secara efektif meningkatkan keterlibatan siswa dalamxpembelajaran bahasa Indonesia, khususnya materi puisi. Jadi, seperti yang dijelaskan di atas, keaktifan siswa meningkat setelah dilakukan beberapa tindakan. Pada praperbaikan, hanya 3 siswa atau 15% yang menunjukkan peningkatan, tapi pada siklus awal, jumlah siswa yang aktif meningkatxmenjadi 12 atau 60%., dan akhirnya mencapai 100% siswa atau 20 siswa, selama siklus kedua, sehingga memenuhi ambang batas minimal ≥85% siswa yang dianggap tuntas. Penerapan model pembelajaran problem based learning tipexcreative problemxsolving telah terbukti efektif menaikkan hasil belajar siswa materi puisi. Temuan di atas didukung dengan peningkatan hasil belajar awal 56,00 pada siklus Ixsebesar 64,00, dan pada siklusxII sebesar 71,50, dengan nilai minimal kelulusan sebesar ≥70. Tingkat ketuntasan belajar pada awalnya mencapai 2 siswa (10%), menjadi 10 siswa (50%) pada siklus I setelah diterapkan model pembelajaran problem based learning tipexcreative problemxsolving , dan selanjutnya meningkat menjadi 18 siswa (90%) pada siklus II , melebihi nilai kelulusan minimal 85%.
B. Saran Tindak Lanjut
Pemilihan metodologi yang tepat menghasilkan adil yang signifikan pada prosedur dan produk pembelajaran, khususnya dalam meningkatkan prestasi akademik siswa. Guru harus memberikan bimbingan intensif kepada siswa selama proses pembelajaran, sekaligus mampu menumbuhkan lingkungan belajar yang kondusif. Guru harus memfasilitasi keterlibatan siswa dalam berpartisipasi secara bersungguh-sungguh pada saat pelaksanaan pembelajaran.
Untuk meningkatkan kualitas keahlian guru, berdasarkan pengalaman peneliti, diperlukan kerjasama antara guru dengan rekan sejawatnya dan hasilnya dapat disampaikan kepada guru-guruxmelalui KelompokxKerja Guru (KKG). Hasil laporan perbaikan pendidikan bahasa Indonesia yang berkaitan dengan pokok bahasan perubahan wujud benda, yaitu padat, cair, dan gas, perlu ditindaklanjuti dengan penelitian tindakan kelas pada sesi selanjutnya. Penelitian lebih lanjut sangat diperlukan mengingat laporan peningkatan pembelajaran masih menunjukkan kekurangan dan kekurangan.
Sangat penting bahwa lembaga pendidikan menerimaxumpan balik yangxkonstruktif untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang diberikan. Hal ini dapat dicapai dengan mendorong para guru untuk berkolaborasi dan berpartisipasi dalam semua kegiatan sekolah, sehingga meningkatkan persepsi publik terhadap lembaga tersebut dan meningkatkan standarnya secara keseluruhan. Penelitian tindakan kelas perlu dilakukan secara terus menerus melalui pemberian fasilitasi dan kesempatan oleh lembaga pendidikan kepada guru agar dapat melakukan penelitian tindakan kelas.
DAFTAR PUSTAKA
A.M, Sardiman. (2016). Interaksi Motivasi Belajar Mengajar. Ed. 1, Cet. 23 Jakarta: Rajawali Pers
Arikunto, Suharsimi. (2019). Dasar – Dasar Evaluasi Pendidikan Evaluasi Pendidikan. Edisi. Revisi, Cetakan kesebelas, Jakarta : Bumi Aksara
Darma, Indra Gultom. (2021). Studi Literatur Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Dengan Model Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (Tgt). SEPREN: Journal of Mathematics Education and Applied Vol. 02, No.02, 38 - 49, November 2021. 40-49. https://doi.org/10.36655/sepren.v2i2.510
Dimyati dan Mudjiono. (2015). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Ferdiani, R. D., Manuharawati, & Khabibah, S. (2021). Activist learners’ creative thinking processes in posing and solving geometry problem. European Journal of Educational Research, 11(1), 117-126. https://doi.org/10.12973/eu-jer.11.1.117
Hariatin. (2022). Kemampuan Menulis Siswa melalui Metode Berbasis Kompetensi: Penelitian Tindakan Kelas Di Sdnbaujeng 1. Jurnal PTK, 3(1), 1–9.
Iskandar, Dadang
dan Narsim. (2015).Penelitian Tindakan Kelas dan
Publikasinya
Untuk Kenaikan Pangkat dan Golongan Guru & Pedoman Penulisan PTK bagi
Mahasiswa .Cilacap:Ihya Media.
Jayanti, I. ., Arifin, N., & Rahman Nur, D. (2020). Analisis Faktor Internal Dan Eksternal Kesulitan Belajar Matematika Kelas V. SISTEMA: Jurnal Pendidikan, 1(1), 1–7. https://doi.org/10.24903/sjp.v1i1.602
Lubis, M. S. (2021). Belajar Dan Mengajar Sebagai Suatu Proses Pendidikan Yang Berkemajuan. Jurnal Literasiologi, 5(2), 95–105.
Mardinugroho, S. (2021). Peningkatan Hasil Belajar Sifat Mekanik Bahan Melalui Latihan Konversi Satuan. Jurnal JIRA, 2(11). Https://Doi.Org/10.47387/Jira.V2i11.236.
Nuryasana, E., & Desiningrum, N. (2020). Pengembangan Bahan Ajar Strategi Belajar Mengajar Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Mahasiswa. Jurnal Inovasi Penelitian, 1(5), 967-974. https://doi.org/10.47492/jip.v1i5.177
Rusman. (2016). Model – Model Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.
Safira, Easy dan Hadi Sunaryo, P. (2021). Pengaruh Metode Pembelajaran Dan Motivasi Terhadap Kedisiplinan Dan Prestasi Belajar. Jurnal Ekonomi Pendidikan Dan Kewirausahaan, 9(2), 169–188. https://doi.org/10.26740/jepk.v9n2.p169-188
Selviana, N, Fitri, L. S., Rosyida, F., Putra, A. K., Wirahayu, Y. A., &. (2022). Improving complex problem-solving abilities: Geographical inquiry learning using SETS approach on environmental conservation materials. Pegem Journal of Education and Instruction, 12(4), 61–69. https://doi.org/10.47750/pegegog.12.04.07 .
Sudjana, Nana (2016). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. (2019). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Syaiful, S., Kamid, K., Kurniawan, D. A., & Pratama, W. A. (2021). Problem-based learning model on mathematical analytical thinking ability and science process skills. Al-Jabar : Jurnal Pendidikan Matematika, 12(2), 385–398. https://ejournal.radenintan.ac.idindex.php/al-jabar/article/view/9744
Utami, Sri. (2021). Penerapan Model Pbl Untuk Merangsang Keaktifan Siswa Pada Pembelajaran PAI & Budi Pekerti Di Smp. Vol. 1 No. 1 September 2021 Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Pedidikan Agama Islam. 685-695. https://e-proceedings.iain-palangkaraya.ac.id/index.php/PPGAI/article/view/273/590
Untuk mendapatkan file secara lengkap, silakan klik disini.